Part 4

35 8 13
                                    

Happy reading😉😘
~~~~~
"Kamu adalah cowok yang kumaksud, seandainya kamu tahu itu."

*****

"Mungkin dia hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya."

Deg. Icha mati kutu mendengar ucapan Varo barusan. Dia nggak salah dengarkan? Seorang Varo mengatakannya? Icha masih tidak yakin. Dia menoleh pelan dan ragu ke arah Varo.

Alangkah terkejutnya dia melihat wajah Varo yang serius. Tidak ada canda disana yang ada hanya sebuah keseriusan.

Icha mengeluarkan suaranya pelan. "Dari mana lo tau?"

Varo menatap Icha dengan lembut. Dia melihat wajah Icha yang terkejut akibat perkataannya. Ditatap seperti itu membuat jantung Icha makin tidak karuan. Pipinya sudah sangat merah seperti kepiting rebus.

Varo tersenyum manis tepat di depan Icha. Senyum yang membuat Icha bisa terkena penyakit diabetes.

"Nebak aja. Gue kan peramal."

Plak. Seperti tamparan keras di pipi Icha, yang sempat berpikir kejauhan. Ekspresi Icha otomatis berubah. Dia menyesal sudah berpikir berlebihan. Varo yang dengan mudah membaca ekspresi Icha melanjutkan ucapannya.

"Dan biasanya ramalan gue nggak pernah meleset, selalu tepat sasaran," ucap Varo bangga.

What the hell! Varo memang yang terbaik dalam mengombang-ambingkan perasaan Icha.

"Bahas yang lain," putus Icha nggak sanggup mendengar ucapan Varo yang akan semakin memberi luka dihatinya.

"Hari ini lo cantik Cha," puji Varo.

Pipi Icha merona kembali. "Makin pintar ya make make-up," lanjut Varo.

"Nggak juga, gue hanya bisa make bedak, lipstick, mascara sama eyeliner," jelas Icha sesuai fakta.

"Emang apa lagi yang kurang?" tanya Varo.

Icha menunjuk alisnya "Lo nggak lihat, gue nggak punya alis. Gue nggak pintar ngelukis alis. Dan nggak pengen juga. Lagian biasanya gue nggak terlalu suka make-up an, habisin waktu." Varo tertawa mendengar celotehan Icha yang menurutnya lucu.

Ketika Varo ingin membalas ucapan Icha, suara klakson bis terdengar. Icha buru-buru mengambil tasnya. Sebelum pergi Icha menyalakan kamera ponselnya dan "Varo lo nggak pengen foto sama gue, mumpung gue lagi cantik." Tingkat kepedean Icha melambung tinggi saat ini.

Varo terkekeh dengan kekonyolan Icha. "Disini?" Icha mengangguk cepat menanggapi pertanyaan Varo. Icha mendekat ke tubuh Varo dan cekrek Icha mengambil gambar mereka berdua. Walaupun Varo tidak sepenuhnya siap untuk difoto tetapi tetap saja dia sangat tampan di foto itu.

"Dek, kamu ikut nggak sih," panggil supir bisnya sambil membunyikan klaksonnya.

Icha tidak meresponnya. Dia menoleh ke arah Varo. "Makasih banyak ya Varo, kamu juga tampan kok."

Varo hanya menebarkan senyumnya membuat Icha terpesona. "Cepat naik nanti  lo ditinggalin lagi. Makin ngerepotin."

Tawa mereka berdua menggelegar. Akhirnya Icha masuk ke dalam bis melambaikan tangannya ke arah jendela. Varo juga melakukan hal yang sama.

Icha bahagia hari ini. Sangat-sangat bahagia. Dia membuka ponselnya dan melihat hasil jepretan tadi. Sangat bagus. Kurang lebih sepuluh tahun dia mengenal Varo. Ini lah pertama kalinya dia berfoto dengan si cinta pertamanya.

Dia langsung mengirim foto tersebut ke story WA nya. Dengan caption 'Perdana. Makasih banyak😌.'

Icha menyimpan ponselnya. Dan tak berapa lama ponselnya berdering menandakan ada pesan masuk. Sesuai dugaannya teman-temannya pada heboh. Icha tidak memperdulikannya. Dia tidak membalas pesan tersebut.

Gadis LangkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang