Bagian 6

1.2K 151 30
                                    

"Ayano!!"

Ayano tidak menghiraukan siapa yang memanggilnya. Dia harus mengikuti senpai sampai rumahnya lagi seperti dulu. Dan dia tidak ingin terlambat sedetik pun untuknya.

"Ayano! Kenapa kamu diam saja siiihhh," Shima datang merangkul Ayano yang hendak pulang. "Ayano Ayano, kenapa kamu keluar klub bela diri?? Padahal kamu hebat sekali,"

"Shima aku buru-buru," Ayano berusaha kabur darinya.

"Eits! Jangan mencoba kabur Ayano, aku melihatmu kemarin dengan kapten. Apa kalian pacaran? Kapten tampaknya malu-malu kucing begitu. Gimana-gimana? Apa kapten keren? Kami satu klub sudah tahu lhoo,"

Apa yang dibicarakan bocah yang satu ini? Ayano menjadi pusing karenanya. "Kami tidak pacaran oke, dan hal itu tidak akan pernah terjadi. Aku harus pergi sekarang," Ayano mencoba melepaskan rangkulan Shima dan pergi dengan cepat.

"Heeii-," suara shima semakin menjauh seiring bertambahnya langkah Ayano.

Sesampainya dirumah, Ayano mengusap-usap kepalanya. Dia benar-benar tidak mengerti, "Bagaimana jika rumor itu sampai terdengar ke seisi sekolah? Bagaimana jika senpai mendengarnya dan mengira aku sudah punya pacar??" Ayano bergumam dengan kegelisahannya tersebut.

Dan tiba-tiba muncullah ide dikepalanya, eliminasi. Ya, bagus sekali, sekarang Ayano harus menambah target mingguannya. Dia harus membunuh Budo Masuta secepatnya. Juga tak lupa, Amai Odayaka.

***

Ayano memulai rencananya tepat esok harinya. Berdasarkan rencana, gadis itu akan membunuh dua orang sekaligus pada saat jam aktivitas klub nanti.

Ayano mengambil pisau yang berada di dekat wastafel rooftop, dan menyelipkannya dibalik rok sekolah. Lalu Ayano mengambil sarung tangan dari ruang jahit dan menyimpannya di lokernya agar nanti ia bisa melakukannya dengan cepat.

Ketika bel aktivitas klub berbunyi, Ayano mengambil sarung tangan tadi diloker. Namun, alangkah terkejutnya ia ketika ada surat rahasia yang tergeletak diatas sepatunya.

Surat itu berisi:

'Temui aku di air mancur saat pulang sekolah nanti. Saat ini, nyawa Taro Yamada ada digenggamanku. Kalau kau terlambat sedetik saja, akan kugores kulitnya yang berharga itu.'

Ayano menjadi super panik, dia segera memakai sarung tangannya dan bergegas menuju ke air mancur. Tidak ada tanda-tanda senpai, tidak ada siapapun disana. Ayano tidak bisa mencari senpai, karena orang itu pasti menculiknya di suatu tempat. Dan jika nanti Ayano mencarinya lalu kembali lebih lambat sesudah bel berbunyi, bisa-bisa nyawa senpai akan terancam. Mau tidak mau Ayano harus menunggu dan melupakan semua rencana yang sudah dia susun sedari kemarin.

***
Keparat bajingan itu dimana dia!? Pekik Ayano. Setelah menunggu selama kurang lebih satu jam, Ayano masih belum melihat penampakan orang yang menculik senpainya itu. Padahal sekolah sudah sepi, kemungkinan kecil bila ada murid yang masih disekolah.

"Sudah kuduga kau akan datang Aishi."

Ayano berusaha mencari sumber suara, dan pemilik suara tersebut tak lain adalah seorang perempuan berambut hitam dan bermata merah. Wanita itu datang dengan membawa Taro yang tangannya diikat dan mulutnya dilakban. Ayano lantas geram dengan apa yang dilakukan orang itu.

"Lepaskan senpai!! Atau kau akan mati sekarang juga,"

Wanita bermata merah itu pun tertawa terbahak-bahak mendengar apa yang dikatakan Ayano. "Apa kau bilang hah? Membunuhku??" Dia melanjutkan tawanya. "Coba saja kalau bisa," perempuan itu menusuk tenggorokan Taro berkali-kali. Hal tersebut sukses membuat Taro tidak bernyawa dan membuat Ayano berteriak.

"SENPAAAII!!!" Pikiran Ayano bercampur aduk antara sedih, marah, dan terkejut. Tangannya bergetar hebat, wajahnya memucat. "Kau.... KUBUNUH KAU!!" Ayano berlari menuju wanita yang membunuh Taro. Namun, wanita itu dapat menghindar dengan sangat cepat.

Perempuan itu menyerang Ayano namun dapat dihindari dan membuat yandere yang mengamuk itu terluka di bagian pundaknya. Dia mencoba menyerang lagi dengan cepat dan gagal lagi.

Mereka berdua bertarung dengan sangat sengit. Ayano mendapat banyak sayatan di tubuhnya. Sedangkan perempuan itu mendapat sayatan di pipinya dan tusukan di betisnya, hal terseput akan mengurangi kecepatannya. Mereka berdua bersiap untuk menyerang lagi. Hingga-

"Kalian apa ya-"

Pertarungan mereka berhenti karena suara orang itu, lagi-lagi Budo Masuta. JLEB, Ayano berhasil menusuk wanita sialan itu, dia menusuknya berkali-kali. Sedangkan Budo, masih terpaku melihat situasi. Tubuhnya tidak bisa bergerak melihat apa yang terjadi.

Senpai [BudoxAyano](Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang