Ayano belari menuju pohon sakura dengan gembira sekaligus berdebar. Rona menghiasi pipinya yang juga diterpa oleh kelopak-kelopak bunga sakura. Di belakang pohon sakura, dia memainkan jari-jarinya sembari tersenyum sendiri. Tampaknya Ayano menunggu seseorang.
Tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya. "Ayano, maaf membuatmu menunggu," ucap Taro Yamada.
"Eh, t-tidak apa-apa senpai."
Taro mulai menggaruk kepalanya dia memalingkan wajahnya ke samping bawah sambil tersenyum dan merona, "Emm.. jadi... sebenarnya ada yang ingin kukatakan. Uh..Ayano Aishi, maukah kamu menjadi kekasihku?" Taro mengatakan dengan tegas dan membungkukkan badannya.
Wajah Ayano sangat merah hampir menyerupai tomat. "Senpai... a-aku...ya, tentu saja aku bersedia," gejolak dalam diri Ayano meluap, jantungnya berdetak sangat cepat.
Taro Yamada kembali tegak dan langsung memeluk Ayano. "Terimakasih."
Ayano memejamkan matanya karena tersipu malu. Ia pun juga memeluk Taro. "Senpai..." Ayano dan Taro melepaskan pelukannya. Betapa kagetnya ia melihat tubuh Taro yang berlumuran darah dengan tatapan kosong. Lantas Ayano mendorong tubuh Taro. Napas Ayano terengah-engah sambil melihat kedua tangannya yang bersimbah darah.
Ayano langsung terbangun dari tidurnya. Masih dengan napas yang terengah-engah dan mata yang sembab.
***
"Ayano kamu baik-baik saja?" Budo berusaha menenangkan Ayano dengan mengusap-usap punggungnya. "Akan ku ambilkan air putih," Budo beranjak untuk mengambilkan minum.
Ayano berusaha menenangkan diri, ia melihat ke sekitarnya. Tampaknya matahari masih belum terbit. "Jam berapa ini?" Tanya nya kepada Budo.
"Masih jam 2 pagi, mau tidur lagi?" Jawab Budo.
"Tidak."
Budo menghampiri Ayano dengan membawa segelas air putih. "Minumlah,"
Ayano meminum air putih tersebut. Lalu ia menghembuskan napasnya.
"Mimpi buruk huh?"
Ayano hanya diam.
Budo duduk di sampingnya dan menghadap ke Ayano. "Ayano," ia memegang kedua pundak Ayano dan mengarahkan ke depannya. "Apa yang terjadi? Kenapa kau seperti ini? Kumohon jawablah,"
Ayano menundukkan pandangannya, tampaknya ia enggan berbicara. Namun pada akhirnya mulutnya terbuka. "Aku... aku sudah hancur sejak lahir. Aku rusak." Ayano menceritakan kisah hidupnya kepada Budo, mulai dari masa kecilnya yang suram sampai ia bertemu senpai. Semuanya ia ceritakan.
"Ayano...kamu berantakan." Budo menanggapi sambil dengan perasaan sedih. Ia memeluk Ayano dengan erat.
"Aku...aku pasti akan membuatmu bahagia. Ayano..."Ayano sangat kaget dengan apa yang Budo lakukan. Ia hanya bengong. Terasa kehangatan dari pelukan Budo. Entah kenapa, Ayano memikirkan dirinya sendiri dengan rasa iba. Sebelumnya ia tidak pernah begitu. "Maaf, maafkan aku..." ucapnya sambil terisak dan menitikkan air mata.
"Oh Ayano. Ini sama sekali bukan salahmu," Budo berusaha tersenyum dan menghapus air mata Ayano. "Mulai sekarang, semuanya akan baik-baik saja," Budo mengelus-elus kedua tangan Ayano.
Ayano kembali meneteskan air matanya. "Tidak akan, semuanya masih belum berakhir. Aku...aku pasti akan di penjara setelah ini."
Tiba-tiba Budo teringat mayat Taro dan pembunuhnya. Ah, ia mengusap dahinya dengan frustasi. "Jangan dipikirkan... sekarang yang kamu lakukan hanya perlu beristirahat," Budo berusaha membaringkan Ayano dan mengusap air matanya lagi. "Tidurlah yang nyenyak."
***
Budo mengambil ponselnya yang bergetar. Rupanya ia menerima pesan dari Info-chan.
"Semuanya sudah kuurus, mayat pembunuh dan juga barang bukti sudah kulenyapkan :)). Kau berhutang padaku."
Budo mengernyitkan alisnya dan mengetik.
"Apa yang harus kubayar?"
"Mudah saja. Kirim foto pakaian dalam Nyonya Aishi."
Budo merutuki gadis cabul itu dalam hati. Mau tidak mau dia harus menuruti permintaannya. Ia mengirimkan beberapa foto pakaian dalam Nyonya Aishi. Dan berharap ibu Ayano akan memaafkannya.
"Senang berbisnis denganmu Masuta."
Budo meletakkan ponselnya dan merebahkan diri. Makin lama matanya mulai terpejam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Senpai [BudoxAyano](Tamat)
FanficAyano Aishi adalah seorang yandere. Dia akan melakukan apapun untuk senpainya, Taro Yamada. Namun, karena suatu kondisi, Ayano kehilangan senpainya. Apakah dia benar-benar bisa meninggalkan senpai? Dan apakah dia bisa mencintai seseorang lagi? Semua...