Info-chan melanjutkan, "Aku tahu kamu suka pada Ayano. Pertama, aku bisa memberikan informasi apapun yang ada di sekolah setahuku. Kedua, mungkin aku bisa membantumu agar Ayano punya semangat hidup lagi, walaupun aku ragu itu akan berhasil. Jadi, bagaimana?"
"Aku tak yakin. Kurasa kamu orang yang berbahaya, tidak seharusnya aku berhubungan denganmu," keraguan muncul di benak Budo.
"Orang berbahaya hah? Kau bahkan menyukai seorang pembunuh berantai. Dan sekarang kamu takut berhubungan denganku? Hei, selama ini tidak ada satupun siswa yang tahu wajah asliku. Dan kini aku memperlihatkan wujudku padamu, kau pikir aku main-main?" Info-chan menatap Budo dengan wajahnya yang mengintimidasi.
"...kalau pun aku setuju, pasti akan ada bayarannya kan?"
"Tenang saja. Setiap kali kamu membutuhkanku, tinggal kirimkan aku foto celana dalam punya Ayano. Kalau itu tidak cukup, foto saja punya ibunya hehe. Gampang kan? Aku tahu kamu pria yang baik-baik, jadi kamu tidak perlu diam-diam memotret celana dalam para gadis, heh."
"Apa!? T-tetap saja i-itu itu...hah baiklah. Apa boleh buat," Budo tampak pasrah dengan kontrak ini. Lelaki itu tahu, dia tidak akan bisa menolak.
"Bagus, kuberi bonus awal," Info-chan menyodorkan dua kotak pada Budo. "Sampai jumpa," gadis berkacamata itu beranjak dari tempat duduknya. "Ah, hampir saja lupa memperingatkanmu. Kalau kau terlalu lama membolos untuk menjaganya, bisa-bisa klubmu dibubarkan," setelah itu dia pergi begitu saja.
Budo hampir melupakan hal itu. Dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Mina Rai untuk menggantikannya sebagai ketua klub bela diri berikutnya. Sebenarnya Budo merasa berat melepaskan klubnya. Tetapi apalah, tampaknya dia sudah dimabuk cinta dengan gadis psikopat disampingnya.
Budo melihat dua kotak yang diberikan Info-chan tadi. Lelaki itu jadi penasaran dan membuka isinya. Satu kotak berisi cairan obat bius, dan sekotak lagi berisikan beberapa jarum suntik di dalam kotak itu juga terselip nomor telepon milik Info-chan. Budo berpikir apakah dia akan sering menggunakannya. Selagi masih bisa kuatasi, sebaiknya tak akan kugunakan, pikirnya.
Dia merapikan kotak itu lagi. Remaja itu memutuskan untuk berkeliling ruangan. Dan mengejutkannya, dia menemukan ruang bawah tanah. Disana hanya ada kursi dan tali, dia rasa dia tahu apa fungsi semua ini. Budo mengambil tali tersebut dan kembali ke atas. Lalu tali itu diikatkan di tangan dan kaki Ayano. "Maafkan aku Ayano, ini lebih baik dari pada terus-terusan membuatmu pingsan," ucap Budo Masuta. Ia pun memutuskan untuk tidur.
***
Matahari mulai menampakkan dirinya, menggores langit malam dengan semburat jingga dan semerbak cahaya. Udara berhembus begitu sejuk. Dan burung-burung berkicauan dengan merdu. Suasana ini benar-benar mengagumkan. Begitulah seharusnya bagi Ayano.
"Uggh, badanku pegal sekali...," begitulah ucap Ayano setelah bangun dari tidurnya. Ayano mencoba untuk menggerakkan tangannya tapi tidak bisa. "Apa?!" Gadis itu menyadari tangan dan kakinya sudah diikat. Sialan!! Ayano mencoba memberontak. Dan BRUK! Dia malah terjatuh dari sofa. Dan itu tentu saja membuat Budo tersentak dan bangun.
"A-ayano? Kamu baik-baik saja?" Budo membantunya duduk di sofa.
Sedangkan Ayano hanya diam sambil memandangi orang didepannya dengan wajah datar yang cukup menyeramkan. "Apa maumu?"
"Aku hanya ingin kau selamat..," Budo menundukkan pandangannya.
"Selamat dari apa??" Ayano masih dengan wajah datarnya.
"Itu...aku hanya ingin kamu tetap hidup Ayano!" Pria itu menggenggam pundak Ayano.
"Tapi aku tidak ingin hidup!"
"Aku jatuh cinta padamu! Kau membuatku gila dengan semua ini!!" Budo berkata dengan menatap Ayano berkaca-kaca. "Aku tidak akan membiarkanmu pergi..."
Ayano masih dengan wajah datarnya menatap Budo dengan tatapan kosong. "Hatiku hanya untuk senpai," lanjut Ayano.
Budo memejamkan matanya, dia tersenyum sambil menghembuskan nafasnya. "Biar kuambilkan air putih," Budo menjadi lega karena Ayano tidak mencoba bunuh diri lagi. Dia memegangi gelasnya dan membantu Ayano untuk minum. "Lebih baikan?"
Ayano dibuat bingung dengan perilakunya yang tiba-tiba berubah itu. "Tidak," Ayano melanjutkan.
Budo nampak mengerti dan menepuk pundak gadis itu. "Akan kubuatkan sarapan," ucapnya sambil beranjak dari tempatnya.
"Huh? Kamu bisa memasak?"
"Sedikit, hanya yang mudah-mudah saja,"
Ayano tidak menghiraukannya dan menutup matanya. Sekilas terbayang saat senpai ditusuk-tusuk oleh nemesis membuatnya seketika membuka mata dan mengeluarkan air matanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Senpai [BudoxAyano](Tamat)
FanfictionAyano Aishi adalah seorang yandere. Dia akan melakukan apapun untuk senpainya, Taro Yamada. Namun, karena suatu kondisi, Ayano kehilangan senpainya. Apakah dia benar-benar bisa meninggalkan senpai? Dan apakah dia bisa mencintai seseorang lagi? Semua...