Where am I?

297 36 0
                                    

BRUKK!!

"Ouch!" Cat Noir terhempas ke lantai. "Ugh... apa yang terjadi??" Ia mengusap kepalanya sambil melihat-lihat sekeliling.

"Hey, aku masih hidup?" Cat Noir meraba-raba tubuhnya. "Hyuuuh, syukurlah aku tidak terluka."

BIP! BIP! BIP!
Cincin Cat Noir berkedip-kedip. "Oh tidak! Aku harus segera mencari tempat untuk bersembunyi!" Ia bersembunyi di balik sebuah dinding bangunan.

FWOOOOSSHHH!!

"Aaah, aku lapar. Adrien, kau masih punya camembert?" Tanya Plagg.

"Yup. Makanlah kawan. Setelah itu kita pulang." Ujar Adrien sambil tangannya mengambil sepotong keju camembert di balik saku jaketnya.

Adrien berjalan menuju arah rumahnya.

"Plagg, kau rasa apa yang terjadi barusan?" Tanya Adrien saat dalam perjalanan pulang.

"Owh, entawhlhah Adrihengh. Akhuw sendwhiri tidhak yakwhin." Gulp. Plagg menelan camembertnya. "Tapi yang aku yakin, kurasa ada beberapa perbedaan yang terjadi di kota ini." Plagg melihat sekeliling.

Adrien menoleh kesana kemari. "Kurasa... kau benar, Plagg." Lalu ia meneruskan berjalan.

TENG TONG!

Adrien menekan bel rumahnya. Sebuah kamera keluar dari tembok pagar rumah mewah itu.

"Ya, siapa?" Terdengar suara Nathalie dari speaker.

"Nathalie, ini aku, Adrien. Tolong bukakan pintunya."

"Adrien?" Ulang Nathalie.

"Yeah. Bukakan pintunya. Maaf aku pergi tidak bilang-bilang. Aku tadi, uh... berada di kamar, la... lalu orang yang di-akumatize oleh Hawkmoth menculikku. Yah, haha, siapa sangka ternyata dia temanku. Ha..." Adrien berusaha mencari alasan.

"Siapa kau?" Tanya Nathalie akhirnya.

"A--, hey. Ini aku, Adrien. Bukakan pagarnya, Nathalie. Atau ayah akan memarahiku."

"Aku tidak mengenalmu, maaf. Kalau kau ingin bertemu dengan Tuan Agreste, kau tidak bisa. Dia sedang makan malam bersama putrinya sekarang. Silakan kembali lain kali." Dan kamera itu kembali masuk ke tembok pagar.

"Apa? Hey! Nathalie!! Apa maksudmu..." perkataan Adrien terhenti. "Putri?"

"Waw, Adrien. Apa yang sedang terjadi?"

Adrien menunduk. "Aku tidak tau, Plagg."
"Putri? Sejak kapan ayahku punya anak perempuan? Dan lagi... bukankah aku anak satu-satunya? Makan malam? Sejak kapan pula ayahku makan malam, bersama... putrinya?? Bahkan ayah tidak pernah makan malam bersamaku! Dia selalu sibuk!"

"Ini tidak bisa dibiarkan." Adrien berlari ke tempat gelap terdekat.
"Plagg, Claws Out!!"

"Apa, hey!! Tung-- woaaahhh!!!" Plagg masuk ke dalam cincin di jari manis Adrien. Seketika penampilan Adrien berubah menjadi Cat Noir.

"Kalau tidak bisa lewat pintu depan, maka aku akan langsung masuk ke kamar!" Cat Noir melompat.

Hup! Adrien mendarat di salah satu atap bangunan yang menghadap ke jendela besar di kamarnya.

"Wow, wow. Tahan. Apa yang terjadi disini sebenarnya?" Cat Noir tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Kamarnya! Semuanya bernuansa biru dan hitam!

"Ini tampak tidak seperti kamarku!" Seru Cat Noir. Ia melompat ke jendela yang terbuka. Ia masuk ke kamar.

"Claws In."

FWOOOSSHH!

"Hey, Adrien. Ini tidak seperti kamarmu yang biasanya, tapi kurasa aku menyukainya." Plagg melayang di sebelah Adrien yang sedang sibuk melihat-lihat. Adrien berjalan ke rak bukunya.

"Buku-buku desain? 'Cara Membuat Jaket Musim Dingin yang Kasual'? 'Style di Musim Panas'? 'Sketch Book for Designer'? Apa-apaan semua buku ini? Ini bukan milikku!"

"Well, kid. Aku tidak peduli. Yang aku tau sekarang aku mau makan camembert!!" Plagg terbang ke salah satu laci yang berisi camembert kesukaannya. Setidaknya begitu sampai...

"Oh, tidak!! Dimana camembert-ku?? Adrien, kemana semua camembert kesayanganku??"

Adrien kembali melihat-lihat kamarnya. "Semua barang-barang ini bukan milikku..." ia berdiri di depan sebuah meja yang terletak di salah satu sudut kamar. Dia atasnya ada beberapa pensil, pensil warna, drawing pen, sebuah buku sketsa yang terbuka dengan halaman yang penuh dengan coretan, dan bertumpuk-tumpuk buku serta majalah desain. Adrien mengambil buku sketsa di depannya. Ia membolak-balik halaman buku itu.

"Hm. Desain yang bagus." Gumamnya. Lalu tangannya sampai di halaman pertama. Ia terkejut melihat nama pemilik buku itu.

"Adrienn!!!! Aku tidak menemukan camembert-ku dimana pun!! Kemana hilangnya mereka semua?? Oh tidakk.... aku lapar!!!" Plagg mengeluh. Ia terbang dan berhenti di sebelah Adrien. "Oh, wow. Desain yang bagus..." ujar Plagg. Ia mengambil-alih buku sketsa itu dari tangan Adrien dan membaliknyabke halaman berikutnya. "Aku tidak tau kau ternyata bisa membuat desain sebagus ini Adrien." Plagg berceloteh.

Sementara itu, Adrien bergegas ke rak buku. Ia mengambil satu buku dan membuka halaman pertamanya. Lagi-lagi dia terkejut melihat nama pemiliknya. Pindah ke buku berikutnya. Begitu terus sampai sepuluh buku.

Adrien meletakkan buku terakhir ke tempatnya semula.

"Ma... Marinette?" Tanya Adrien pada dirinya sendiri.

"Mm? Ada apa Adrien?" Plagg terbang sambil membawa buku sketsa tadi menghampirinya Adrien.

"Plagg, lihat ini." Adrien merebut buku sketsa dari Plagg.

"Hey! Aku belum selesai melihatnya! Kembalikan pada--"

Plagg serta-merta menghentikan protesnya.

"Marinette?" Plagg membaca nama pemilik buku sketsa itu. "Marinette?? Marinette teman sekelasmu?"

"Aku tidak tau, Plagg." Adrien menutup buku tersebut. "Ini jelas bukan kamarku. Lihat! Semua barang-barang ini! Letak barang-barang ini juga bukan seperti di kamarku!"

"Jadi, apa kesimpulanmu, Adrien?"

"Kau menyadari kalau ada yang berubah di kota ini, bukan?"

"M hm." Plagg mengangguk.

"Kurasa, kita baru saja--"

"Siapa kau?!" Seseorang berteriak dari arah belakang Adrien.

"Plagg, sembunyi!!" Adrien membuka jaketnya. Lalu ia berbalik menghadap orang yang baru saja meneriakinya.

"Mm... maaf. Aku..." ucapan Adrien terhenti.

Di depannya, seorang gadis tengah berdiri galak. Mata biru samudera milik gadis itu menatap Adrien tajam. Gadis itu...

Sangat mirip dengan Marinette, temannya.

"Marinette? Kk... kau kah itu?" Tanya Adrien gugup.

"Hey, bagaimana kau tau namaku?" Gadis itu masih menatapnya tajam, namun kali ini disertai tatapan penasaran.

Gadis itu--Marinette--berjalan mendekati Adrien. Kini wajahnya berada tepat di depan wajah Adrien. "Siapa kau, dan bagaimana kau tau namaku??"

"Uuh... itu..." Adrien serba salah. Dia menatap ke arah lain untuk menghindari tatapan membunuh Marinette.

"Itu..."

Adrien's Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang