Care to Explain?? <2>

148 19 0
                                    


Marinette P.O.V

    "Dia... bukan Adrien."
Mama dan Mr. Dupain serentak menoleh kepadaku. Tatapan mereka mengantarkan satu pesan yang sama.

    "Apa maksudmu?" Tanya Mr. Dupain. Aku menelan ludah. Duh, kenapa aku gugup? Ini kan nggak seperti aku mau mengakui kesalahan? Lagipula aku juga tidak melakukan kesalahan apapun. Aku hanya mau mengatakan kebenaran pada Mama dan Mr. Dupain bahwa Adrien yang ini bukanlah anak mereka.

    "Dia bukan Adrien anak kalian." Dan kalimatku barusan justru membuat kedua orang dewasa di depanku semakin bingung.

    "Apa yang kau bicarakan, Marinette? Bisa kau jelaskan? Apa maksudmu Adrien bukan anak kami?" Mama menggandeng tangan Adrien. Wajah Adrien semakin pucat. Dia juga masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi di ruangan ini.

    Aku akhirnya menghela napas. "Ayo kita bicarakan di atas saja. Dan mungkin.... akan lebih baik kalau toko ditutup dulu hari ini. Penjelasannya akan panjang dan kurasa akan membutuhkan waktu yang lumayan lama bagi kalian untuk memahaminya."

~~~~

Adrien P.O.V

    Ruang keluarga ini hampir tak ada bedanya dengan ruang keluarga Marinette di dimensiku. Yang membedakan adalah, dindingnya tidak berwarna pink melainkan lebih ke nuansa putih. Mataku melirik ke seisi ruangan, sampai Marinette tiba-tiba menyikut pinggangku, menyuruhku diam. Aku menurut. Aku pun duduk dengan tenang disebelah gadis itu, tapi menatap was-was pada Mr. Dupain dan Mrs. Dupain-Cheng.

    Aku masih bingung bagaimana bisa mereka mengenaliku, sesangkan yang kutau sejauh ini, tidak ada Adrien lainnya di dimensi ini. Maka aku berpendapat bahwa Marinette lah kunci dari semua persoalan ini. Yeah, secara dia yang bertanggung jawab dari semua masalahku.

    "Pertama, biar kukenalkan temanku pada kalian." Marinette memulai percakapan. "Ini Adrien Agreste."

    Aku tersenyum kaku pada pasangan itu.

    "Dan sebelum kalian bertanya macam-macam, tolong izinkan aku untuk menjelaskan semuanya pada kalian. Sampai selesai."

    Untungnya, Mr. dan Mrs. Dupain-Cheng tidak keberatan akan hal itu. Mereka bisa menunggu nanti untuk bertanya.

    Dan mengalirlah cerita itu dari mulut Marinette. Semuanya. Dia benar-benar menceritakan semuanya. Sesekali aku meralat jika ada yang kurang tepat, tapi sejauh ini lancar. Dan cerita itu memcapai bagian terakhirnya, yaitu kejadian tadi pagi.

    Selama penjelasan lima belas menit Marinette, tidak sekalipun pasangan di depan kami berusaha untuk menyela. Mereka mendengarkan dengan seksama, perhatian penuh.

    "Jadi kau berasal dari dimensi lain?" Selidik Mr. Dupain. Aku mengangguk.

    "Oh dear... kasihan sekali. Maafkan kami atas kejadian tadi. Kami memelukmu tiba-tiba dan bertanya macam-macam padamu. Kau pasti terkejut sekali, ya? Habisnya, kau benar-benar mirip dengan Adrien anak kami..." Mrs. Dupain-Cheng tertawa kecil, mengelus lembut punggung tanganku. Rasanya sangat tenang, dan...

    Hangat.

    Yeah. Suasana di rumah ini persis sama dengan suasana di rumah Marinette di dimensiku. Penuh dengan kasih sayang. Tatapan lembut dan menenangkan. Semua itu membuatku betah berada disini. Sesuatu yang tidak akan pernah kudapatkan, bahkan dirumahku sendiri.

    Seandainya aku bisa bertukar tempat dengan Adrien di dimensi ini...

    Dari penjelasan Marinette tadi, aku dapat menangkap sesuatu. Bahwa Adrien Dupain-Cheng dan Marinette Agreste merupakan teman masa kecil. Walaupun penjelasannya tidak begitu rinci, tapi sepertinya mereka berdua merupakan teman baik dan mempunyai masa kecil yang indah.

    Mr. dan Mrs. Dupain-Cheng tersenyum ramah. "Oh ya. Apa yang kau lakukan datang ke sini pagi-pagi?"

    Aku mengusap tengkukku salah tingkah. "Euh... sebenarnya, aku ke sini untuk membeli neberapa potong roti, untuk... sarapan." Bahkan aku sendiri pun hampir lupa tujuan utamaku kemari jika mereka tidak menanyakannya.

    "Astaga! Ini sudah hampir jam makan siang! Owh, maafkan kami, Adrien. Kau pasti lapar sekali ya sekarang?" Mrs. Dupain-Cheng menatapku dengan perasaan bersalah.

    Aku menggeleng sopan. "Tidak apa, Mrs. Dupain-Cheng. Bukan masalah-" Sayangnya perutku tidak berpikir demikian. Suara yang memalukan berasal dari perutku, protes atas ucapanku barusan. Mau tidak mau aku tersipu. Marinette, serta Mr. dan Mrs. Dupain-Cheng tertawa demi mendengar suara tersebut.

    "Well, sepertinya perutmu keberatan akan hal itu." Ujar Mr. Dupain disela tawanya. Membuat wajahku semakin merah saja.

    "Bagaimana kalau kami mengundangmu makan siang bersama? Tidak masalah bukan? Sekalian menebus waktu sarapanmu yang terlewat, aku akan memasak makanan yang lezat. Kau bisa menunggu disini. Tenang saja, tidak akan lama." Mrs. Dupain-Cheng berjalan ke dapur.

    Aku ingin menolak, tapi Mr. Dupain terlebih dulu menahanku. "Tidak ada penolakan, Nak. Ini undangan khusus. Kau harus setuju."

    "Tapi—" aku sekali lagi berusaha menolak, namun lagi-lagi tertahan. Oleh suara Marinette.

    "Ayolah, Adrien. Terima saja. Kau tidak punya alasan untuk menolak, bukan?" Ia tersenyum, untuk kemudian segera berlalu ke dapur. Membantu Mrs. Dupain-Cheng menyiapkan makanan.

    Aku berpikir sejenak. Baik. Mungkin tidak ada salahnya aku ikut makan siang disini. Dan seperti kata Marinette, aku memang tidak punya alasan untuk menolak. Aku mengangguk.

    Mr. Dupain, begitu melihat anggukanku segera berseru. "Nah, Adrien, sambil menunggu masakan istriku siap, aku akan menantangmu main game Ultimate Mecha Strike 3!! Kau bisa memainkannya, bukan?"

    Aku berseru tak percaya. "Ultimate Mecha Strike 3? Whow! Tentu saja aku bisa. Itu game favoritku!" aku menerima tantangannya.

    Mr. Dupain tidak membuang waktu. Dia memberikan sebuah stik kepadaku, segera menyuruhku memilih karakter yang akan kumainkan. Tentu saja, tanpa ragu aku memilih karakter andalanku, Cat Noir. Aku mengandalkannya bukan tanpa alasan. Banyak jurus menarik yang terdapat pada karakter ini. Disisi lain, Cat Noir merupakan alter ego-ku.

    Sejauh ini, aku yang memenangkan permainan. Ini ronde kedua dan aku mengalahkan Mr. Dupain dengan telak. Mr. Dupain menantangku untuk ronde ketiga. Aku menyetujuinya.

    Namun, entah bagaimana fokusku hilang di ronde ini. Tanpa sengaja aku melirik Marinette yang sedang membantu Mrs. Dupain-Cheng memasak makan siang. Dan entah apa pasal, aku justru asyik memperhatikannya. Dia benar-benar mirip dengan Marinette temanku di dimensi asalku. Tatapannya, senyumnya, caranya tertawa, bahkan lirikannya mengingatkanku pada Marinette temanku. Bedanya, Marinette ini tidak seceroboh temanku. Cara bicaranya juga sedikit lebih kasar.

    Tapi, ada sesuatu yang membuat pikiranku melayang jauh. Marinette Agreste mengingatkanku pada seseorang selain Marinette Dupain-Cheng. Seseorang yang juga dekat denganku, tapi... aku tidak bisa mengingat siapa orang itu. Sifat pemberani, pantang menyerah, dan gerakannya yang taktis mengingatkanku pada orang tersebut.

    Siapa?

    Sementara aku sibuk dengan pikiranku sendiri, disebelahku, Mr. Dupain berseru-seru heboh. "Yeah!! Aku menang! Aku menang! Tom style, Boo-YA!!" Aku tertawa menanggapinya. Melupakan pikiranku sebelumnya.

    "Ayolah Tom, jangan bertingkah seperti anak-anak. Makanannya sudah siap. Ayo kemari. Adrien, kau juga, ayo." Mrs. Dupain-Cheng menegur. Sedangkan Mr. Dupain salah tingkah. "Oh, baiklah."

    Aku berjalan menuju meja makan dengan empat bangku hitam tinggi itu. Mr. Dupain mengambil tempat disebelah istrinya. Marinette baru duduk setelah menuangkan jus jeruk kedalam empat buah gelas, dia mengambil tempat disebelahku.

    "Ayo, Adrien. Jangan malu-malu. Anggap saja rumah sendiri." Mrs. Dupain-Cheng tersenyum ramah. Aku mengangguk. Mulai menyendok makanan. Sepertinya ini akan menjadi makan siang yang menyenangkan.

    Namun tarikan Plagg di saku jaketku membuatku mendesis sebal. Owh, tolong jangan katakan bahwa semua potong camembeart di dalam plastik itu sudah habis dimakannya.

Adrien's Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang