"Dia menyukaimu, Adrien." Marinette tersenyum, menyandarkan tubuhnya pada meja. "God, it's really obvious, you know?""Marinette? Menyukaiku? Pfft, kau bercanda. Mana mungkin?" Adrien menyangkalnya. Marinette temannya tidak mungkin menyukainya. Dia tidak terlihat seperti tipe orang yang disukai oleh Marinette.
"Ayolah, seberapa bodohnya sih kau itu? Sampai kenyataan seperti ini saja kau tidak mengetahuinya!" Marinette memaki Adrien.
"Tidak, tidak. Itu tidak mungkin. Lagipula, ada Luka. Kurasa Luka menyukai Marinette. Dan sepertinya... Marinette juga menyukai Luka. Entahlah. Tapi aku yakin sekali kalau Marinette tidak menyukaiku 'seperti itu'. Dia hanya teman." Adrien masih berlagak menolak.
'Demi camembert-ku yang menghilang, kau bodoh Adrien!!'
Plagg hanya bisa bermonolog sendiri."Luka?" Tanya Marinette. "Kau punya teman bernama... Luka??"
Adrien mengangguk. "Yeah. Dia gitaris yang hebat. Dia mempunyai band bernama Kitty Section. Dan Marinette juga terlibat dalam band itu. Meski tidak bermain musik sih. Dia hanya bertugas mendesain kostum untuk mereka." Adrien menjelaskan panjang lebar.
"Tunggu, tunggu. Ini semua sungguh membingungkan. Marinette? Luka? Kitty Section??" Sergah Marinette. "Kitty Section yang beranggotakan Luka, Rose, Juleka, dan... Ivan??!"
"Uuh... ya?"
"Hei, tunggu. Bagaimana bisa kau... mengenal mereka??""Tidak salah lagi! Memang ada yang aneh disini! Kau... setelah masuk ke lubang hitam itu. Apa yang terjadi??" Tanya Marinette.
"Euh... aku hanya merasa kalau ada yang sedikit berbeda di kota ini dengan yang biasanya..."
"Kau kenal Nino? Alya? Chloé? Mylene? Max? Kim? Mrs. Bustier? Mr. Damocles? Alix? Sabrina? Lila?" Marinette menyerang Adrien dengan pertanyaan bertubi-tubi.
"Ya? Nino... teman baikku. Alya pacar Nino. Chloé sepupu dan teman masa kecilku. Sabrina teman Chloé. Mylene pacar Ivan. Max si jenius. Kim yang atletik. Alix yang sporty. Mrs. Bustier wali kelas. Mr. Damocles kepala sekolah... dan, uh... Lila si... pembohong?" jawab Adrien lancar.
"Kau kenal... mereka semua??" Seru Marinette tak percaya.
"Yeah? Kenapa?"
"Aku sepertinya mulai mengerti situasimu, Adrien." Marinette berlari melintasi kamar luas itu menuju ke salah satu rak buku. Mengambil sebuah buku, lantas membolak-baliknya cepat.
"Ah! This is what I mean!!" Marinette berjalan kembali ke Adrien. "Adrien..." ia menghentikan kalimatnya. "Kurasa, kau baru saja terlempar ke dimensi 'lain'." Ucapnya.
Adrien hanya menatapnya tidak mengerti. "Hah? Apa? Dimensi lain? Apa itu??"
"Aku pernah membaca sebuah komik bahwa ada seseorang yang ditelan lubang hitam lalu dia muncul di dimensi lain. Bukan tempat seharusnya dia berada. Tapi dia merasa seakan mengenal tempat itu. Dia mengenal semuanya. Bahkan orang-orang di dimensi itu, dia kenal mereka. Hanya saja, tidak ada yang mengenalnya di tempat itu. Yeah, dia mengenal orang-orang itu, tapi tidak sebaliknya. Dia dianggap orang asing."
"Lalu? Itu hanya komik, kan?" Soal Adrien masih tak mengerti.
"Setelah membaca komik itu, aku sangat penasaran. Dan aku berusaha mencari kebenarannya. Dan akhirnya, kutemukan buku ini di sebuah toko buku. Tinggal satu. Aku segera membawanya ke kasir. Kau tau apa yang penjaga kasir bilang padaku?" Marinette memberikan bukunya pada Adrien.
Adrien menggeleng. Dia tidak punya ide sama sekali tentang apa yang baru saja dikatakan oleh Marinette. Tangannya membuka halaman pertama buku itu. Tidak spesial, hanya buku biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrien's Another Dimension
Fanfic[Written in Bahasa] This is a story about Adrien Agreste, a cool little guy who's a model and often featured in several fashion magazines. He lives in a big mansion with his father, Gabriel Agreste, the best fashion designer in Paris. And his bodygu...