TENG TONG!
"Nathalie, tolong bukakan pintunya! Itu pasti temanku!" Seru Marinette dari arah dapur.
"Baik, Marinette." Nathalie berjalan ke ruangannya. Menekan tombol untuk membuka pagar, setelah itu dia kembali berjalan ke ruang depan. Membuka pintu.
"Selamat datang, Adrien. Marinette sudah menunggumu." Ujar Nathalie ramah.
"Oh, uhh... thank's."
"Mari kuantarkan kau ke kamar tamu."
"Iya." Adrien mengangguk. Sambil menaiki tangga, Adrien menatap Nathalie yang berjalan di depannya.
"Hey Plagg, bukankah Nathalie juga terlihat sedikit... berbeda?" Adrien berbisik.
Plagg mengeluarkan kepalanya dari saku jaket Adrien. "Umm, tampilannya memang tak jauh beda. Tapi, ya. Sikapnya yang berbeda."
"Ada apa, Adrien?" Nathalie menoleh ke belakang.
"Eh, tak apa-apa." Adrien menggaruk tengkuknya. "Eum, hey, terima kasih karena mengizinkanku menginap disini."
"Tak masalah. Tuan Agreste memang sering menerima teman-teman Marinette untuk menginap disini, jadi aku juga sudah terbiasa." Nathalie tergelak kecil. "Marinette mempunyai banyak teman. Syukurlah Marinette tidak pernah mengajak pacarnya menginap disini. Atau Tuan Agreste pasti akan menyuruhnya putus saat itu juga. Yah, walaupun sebenarnya Tuan Agreste tidak masalah dengan pacar Marinette, hanya saja dia tidak ingin Marinette bertindak terlalu jauh."
"Tuan Agreste... mengizinkan teman-teman Marinette... menginap?" Adrien bertanya tak percaya.
"Ya. Itu sudah biasa. Bahkan Marinette pernah mengajak teman-temannya menginap selama seminggu penuh dan Tuan Agreste tidak masalah dengan itu." Nathalie membuka pintu kamar. "Nah, Adrien, beristirahatlah. Sebentar lagi Marinette akan menemuimu."
"Terima kasih, uh... Nathalie."
Nathalie mengangguk. Lalu ia berjalan keluar. Bertepatan dengan Marinette masuk membawa dua gelas dengan uap mengepul di atas nampan. Juga terdapat sebuah piring berisi kue kering.
"Hey Adrien." Marinette meletakkan nampan di atas nakas. Menghulurkan satu gelas pada Adrien. "Cokelat panas?"
Adrien menerimanya. "Thank's."
Adrien duduk di kasur berukuran queen size dengan sprei putih di tengah ruangan itu. Meniup uap di gelasnya.
"Kau pernah tidur di kamar tamu di rumahmu sebelumnya?" Marinette duduk di sofa. Menggigit satu kue kering.
"Tidak." Adrien menghirup pelan cokelat panas.
"Bagus. Setidaknya sekarang kau punya pengalaman tidur di kamar tamu rumah sendiri." Marinette tertawa pelan. Meraih gelasnya.
Adrien termenung sesaat.
"Adrien?"
Marinette menatap Adrien bingung. Kenapa anak ini tiba-tiba diam?
"Adrien? Adrienn??"Adrien tersadar dari lamunannya. "Ya?"
Marinette mendengus. "Kau ini kenapa? Kenapa tiba-tiba diam seperti itu?"
"Ah. Bukan apa-apa. Maaf." Adrien tersenyum simpul.
Marinette menghela nafas. Berjalan mendekati Adrien.
"Adrien..."Adrien mengangkat kepalanya.
Marinette menggenggam bahu Adrien. Tersenyum tipis. "Dengar... euh..." Marinette menunduk sesaat, lalu matanya kembali menatap Adrien. "Aku tau ini berat untukmu. Walau aku tak tau bagaimana rasanya tapi..."
"Kuharap kau bisa bersabar..."Adrien memperhatikan kalimat Marinette.
"Aku tau apa yang sedang kau pikirkan sekarang." Marinette berkata lagi. "Kau sedang berpikir, 'apakah kau bisa mempercayaiku' bukan?" Marinette berjongkok dihadapan Adrien. "Kau ingin menanyakan hal itu, kan? Tanyakanlah... jangan ditahan."
Adrien akhirnya membuka mulutnya, "Bisakah... bisakah aku mempercayaimu, Marinette?"
Marinette tersenyum.
"Kalau kau mempercayai Marinette temanmu, maka kau juga pasti hisa mempercayaiku, Adrien." Marinette menangkup tangan kanan Adrien.
"It's a promise. I swear."
Keesokan pagi...
"Mornin' Adrien." Sapa Marinette saat Adrien keluar dari kamar mandi.
"Marinette? Apa yang kau lakukan di kamarku?"
"Ayah mengajakmu sarapan. Ayo." Marinette berjalan keluar. Teringat sesuatu, ia berbalik. "Oh ya, apa kau nyaman memakai baju itu dari kemarin? Tuh, Nathalie sudah menyiapkan baju baru untukmu. Kurasa cocok dengan ukuranmu." Marinette menunjuk ke kasur.
Adrien ikut menoleh. "Sungguh? Apa tidak apa-apa aku memakainya?"
"Tentu. Cepatlah ganti bajumu. Aku dan ayah memunggumu di bawah. Kau tidak perlu ditunjukkan arahnya, kan? Secara, rumahmu di dimensi 'sana' juga persis seperti ini."
Adrien mengangguk. "Thank you, Marinette."
"Ur welcome~" Marinette menjawab sambil berlalu dari kamar itu.
"Sarapan, bersama ayah?" Adrien tersenyum.
"Adrien, kurasa aku perlu mengingatkanmu. Dia bukan ayahmu untuk saat ini. Dia hanya orang yang berbaik hati mengizinkanmu menginap di rumahnya karena kasihan!" Plagg keluar dari saku jaket Adrien. "Dan lagi, aku belum makan malam dari kemarin!" Serunya lagi.
"Astaga Plagg... bukankah kau sudah menghabiskan sepiring kue kering dan membuatku terlihat rakus tadi malam?" Adrien menyanggah.
"Itu hanya makanan ringan, Adrien. Bukan makan malam. Makan malamku adalah camembert, kau tau itu!" Plagg bersedekap.
"Hh... baiklah. Nanti aku akan mencari camembert untuk sarapanmu."
"Sungguh?"
"Ya, ya. Sekarang diamlah. Aku akan berganti baju setelah itu kita pergi ke ruang makan."
"Horeee! Aku akan mendapatkan camembert kesayanganku lagi!!" Plagg berseru riang.
"Ooh, camembert-ku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrien's Another Dimension
Fanfic[Written in Bahasa] This is a story about Adrien Agreste, a cool little guy who's a model and often featured in several fashion magazines. He lives in a big mansion with his father, Gabriel Agreste, the best fashion designer in Paris. And his bodygu...