Prolog

4.8K 140 15
                                    

Seorang pria menggendong bayi yang sangat lucu, bayi itu terus menangis tanpa henti. Pria itu melihat-lihat keadaan sekitarnya dengan penuh kewaspadaan, kebetulan saat ini sudah pukul 10 malam jadi keadaan di sekitar begitu sepi. Dia menaruh bayi itu di pinggir jalan dengan hati-hati, dia menatap bayi itu sambil tersenyum sinis lalu meninggalkan bayi itu tanpa ada rasa bersalah dan kasihan sedikit pun. Bayi itu terus saja menangis di pinggir jalan, udara malam begitu sangatlah dingin dan pria itu dengan tega membiarkan bayi mungil yang malang itu tergeletak di pinggir jalan. Sungguh pria yang sangat kejam.










***









Seorang wanita cantik terlihat sedang mondar-mandir di teras rumahnya dengan wajah khawatir sambil menggendong anak perempuannya yang berusia 2 tahun itu. Dia seperti sedang menunggu seseorang. Tak lama kemudian seorang pria datang, dengan cepat wanita itu menghampiri si pria.

"Dimana bayi itu? Dimana anak aku? Kamu sembunyikan dimana?." Tanya wanita itu sambil menangis.

"Aku sudah membuangnya." Ucap pria itu dengan santainya tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Wanita itu membulatkan matanya, dia mulai emosi. "Kamu sudah gila?! Kamu membuang anak aku, darah daging aku sendiri!." Bentak wanita itu.

Pria itu tersenyum sinis. "Dia memang anak dan darah daging kamu, tapi dia bukan anak dan darah daging aku, ingat itu." Ucapnya dengan begitu tegas.

"Jaga ucapan kamu itu, dia anak kandung kamu." Wanita itu semakin emosi saat mendengar ucapan suaminya yang tidak mau mengakui anak kandungnya.

"Sampai kapanpun dia bukan anak aku." Ucapan pria itu begitu tajam, lalu dia memutuskan untuk masuk kedalam rumah.

Wanita itu menangis sambil memeluk erat anaknya itu, bagaimana suaminya tega membuang anak kandungnya sendiri. Suaminya memang tidak menganggap bayi itu sebagai anaknya, itu karena suaminya tidak suka jika dia melahirkan seorang bayi perempuan, rasa penyesalan dan bersalah memenuhi diri wanita itu karena tidak bisa mencegah perlakuan kejam suaminya itu. Tiba-tiba dia teringat perkataan suaminya, sesudah dia melahirkan anak perempuan yang ada di gendongannya.

"Cukup anak ini yang berjenis kelamin perempuan, setelah itu aku ingin anak berjenis kelamin laki-laki karena kelak dia yang akan meneruskan perusahaan yang aku bangun."

"Sayang, kelak jika kamu sudah dewasa kamu harus bisa membanggakan Bunda dan juga Ayah kamu itu." Wanita itu mencium pipi anaknya dengan penuh kasih sayang.

"Maafin Bunda, Nak. Bunda gak bisa berbuat apapun saat Ayah kamu membuang kamu." Ucap wanita itu dengan penuh penyesalan.

Betapa terpukulnya dia, dia berharap bisa menemukan anak kandungnya itu secepatnya. Dia tidak ingin anak itu terlantar, dia ingin merawat anak itu.









Adakah yg menunggu lanjutan dari ff ini?

Yg itu akun wattpad lama aku tapi lupa password :")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yg itu akun wattpad lama aku tapi lupa password :")

Sorry✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang