Part 27

1.5K 95 17
                                    

"Dok, bagaimana keadaan anak saya?"  Melody harap-harap cemas jika Shania akan baik-baik.

"Keadaan anak Ibu baik-baik saja, hanya saja dia lupa meminum obatnya dan kelelahan." Jawab Dokter itu.

Semua yang ada disitu pun lega dengan jawaban dari dang dokter, syukurlah tidak terjadi hal yang buruk dengan keadaan Shania. Mereka sangat percaya jika Shania gadis yang kuat, dia bisa menjalani ini semua.

"Tapi kalian harus ingat, jangan sampai Shania tidak meminum obatnya karena itu akan memperburuk keadaannya." Lanjut sang Dokter.

"Terima kasih, Dokter. Saya janji mulai sekarang tidak akan lalai lagi." Ucap Melody.

Sang Dokter mengizinkan mengizinkan mereka untuk melihat keadaan Shania, Melody dan Nabilah segera masuk ke dalam sedangkan Gracia dan Shani memilih untuk menunggu diluar.

"Sayang, kenapa sih kamu keras kepala." Melody mengecup kening Shania.

Tidak ada seorang Ibu yang tidak sedih melihat sang Anak terbaring lemah, harusnya Melody lebih menjaga Shania dengan baik. Melody menyesal nantinya jika dia tak menjaga Shania dengan baik, padahal dia sudah tahu jika Shania keras kepala sama seperti dirinya.

"Bunda, maafin Nabilah karena gak bisa jaga Kak Shania." Sesal Nabilah.

"Ini bukan salah kamu, Sayang. Maaf, Bunda udah marahin kamu tadi." Melody membawa Nabilah kedalam dekapannya.

"Bunda, Kak Shania pasti dapet donor ginjal, kan?" Lirih Nabilah.

"Iya, Sayang." Ucap Melody dengan sangat yakin.

Melody selalu berdoa yang terbaik untuk Shania dan selalu optimis, walau dia tahu sekarang mencari pendonor ginjal sangatlah sulit. Melody sempat berpikir, apa dia saja yang mendonor ginjalnya untuk Shania.

"Sayang, gimana kalo Bunda aja yang donorin ginjal Bunda buat Shania." Ucap Melody.

Nabilah kaget lalu menggeleng. "Jangan, mendingan kita tunggu untuk mendapat pendonornya." Ucapnya.

Jelas Nabilah sangat tidak setuju, apalagi di usia Melody yang bisa terbilang sudah mulai menua, sangat rentan bagi Melody terserang sakit jika hanya memiliki satu ginjal.

"Biar Bunda aja yang jadi pendonornya, Bunda gak tega lihat Kakak kamu sakit-sakitan kayak gini." Ucap Melody.

"Bunda, tolong jangan lakuin itu, Bunda gak mau kan buat Kak Shania marah?" Ucap Nabilah.

"Iya, Sayang. Tapi—"

"Bunda percaya sama aku, secepatnya Kak Shania bakal dapet pendonor ginjal." Nabilah berusaha meyakinkan Melody.

Melody hanya mengangguk pasrah, tapi Melody berjanji pada dirinya sendiri jika selama beberapa bulan ke depan Shania belum juga mendapat donor ginjal, maka Melody lah yang harus menjadi pendonor tersebut tak peduli jika kesehatannya akan memburuk.

Sedangkan diluar ruangan rawat Shania, Gracia dan Shani masih setia berdiri di depan ruangan tersebut dalam diam. Sesekali Gracia melirik kearah Shani, tatapan dingin dan tajam milik Shani membuatnya takut.

"Mendingan kamu balik ke kampus." Ucap Shani.

"Kenapa? Aku disini aja bareng Ci Shani." Gracia ingin sekali bisa berada di samping Shani seperti ini, dia merindukan sosok Shani selama ini.

"Saya juga sebentar lagi pergi dari sini, mendingan kamu balik lagi." Nada ucapan Shani yang begitu dingin benar-benar menambah kesan seram.

Bukannya menuruti ucapan Shani, Gracia malah diam di tempat itu sembari menundukkan kepalanya. Rasanya Gracia ingin memeluk gadis yang selama ini dia rindukan, tapi apa daya Shani seakan tidak menginginkannya. Kenapa takdir selalu kejam kepadanya? Bahkan Gracia hanya bisa merasakan kebahagiaan sebentar saja.

Sorry✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang