Part 15

1.1K 99 3
                                    

Hujan turun dengan sangat deras, Shania menghela nafas sambil hujan, sudah dia duga jika hujan akan turun sederas ini. Angin berhembus, Shania memejamkan mata membiarkan angin dingin itu menyejukkannya. Suara hujan benar-benar membuat mata Shania menjadi berat, seperti sebuah lullaby bagi Shania.

"Kak, kalo Kakak ngantuk mendingan tidur di kamar aku."

Shania membuka matanya kembali saat mendengar suara Nabilah, disini begitu sejuk sehingga Shania enggan untuk berpindah.

"Gak usah, aku disini aja." Tolak Shania.

"Gak baik, nanti Kakak masuk angin. Yuk ke kamar aku aja." Nabilah hanya tidak ingin Shania jatuh sakit karena terlalu lama diluar.

Shania pun mengangguk pasrah lalu mengikuti langkah kaki Nabilah, entah sejak kapan Shania gampang sekali menuruti perkataan orang lain, Shania dapat merasakan perubahan dari dalam dirinya sendiri.

"Kakak mau langsung tidur atau aku bikinin susu hangat?." Tanya Nabilah.

"Tidur aja, sini kamu temenin aku." Jawab Shania.

Shania membaringkan tubuhnya di kasur empuk itu kemudian menepuk tempat kosong di sebelahnya, Nabilah pun menurut tanpa membantah sedikit pun.

"Kamu gak punya selimut?." Tanya Shania.

"Punya kok tapi baru aja di cuci, Kakak kedinginan, ya?." Tanya Nabilah.

Shania menggeleng. "Gak sih, udah kebiasaan kalo tidur pake selimut. Apalagi musim hujan kayak gini, jadi hangat." Ucapnya.

Tanpa izin Nabilah memberanikan diri memeluk tubuh Shania, memberikan kehangatan yang Shania butuhkan. Tak hanya diam, Shania pun membalas pelukan itu.

"Hangat?." Tanya Nabilah.

Shania hanya mengangguk lalu menenggelamkan wajahnya, rasa kenyamanan dan kehangatan bisa Shania rasakan.

"Dek, kamu tahu arti dari kebahagiaan sesungguhnya?." Tanya Shania.

"Ketika kita bersama dengan orang yang kita sayangi, mungkin itu." Jawab Nabilah.

"Bukan cuma itu, ketika kamu menjadi berguna terhadap orang yang kamu sayangi itu udah jadi kebahagiaan yang luar biasa." Ucap Shania.

Suara petir terdengar begitu kerasnya, Nabilah yang kaget langsung mempererat pelukannya pada Shania.

"Tenang, ada aku disini." Shania mengelus punggung Nabilah agar Nabilah sedikit tenang.

Shania dapat merasakan jantung Nabilah yang berdetak sangat kencang, itu artinya Nabilah benar-benar kaget dan takut. Setelah di rasa Nabilah cukup tenang, Shania merenggangkan pelukan dan menatap wajah Nabilah.

"Kamu takut petir?." Tanya Shania.

"Kalo petir kayak tadi aku sedikit takut." Jawab Nabilah.

Shania merasa bahwa dirinya sekarang bertanggung jawab atas Nabilah, rasanya Shania ingin sekali selalu berada disamping Nabilah dan melindunginya layaknya seorang Adik sendiri.

"Kamu gak usah takut, kamu aman kalo di dalam rumah." Dulu sewaktu dirinya kecil, dirinya juga takut petir tetapi Melody selalu bilang bahwa dia akan aman jika di dalam rumah.

"Kalo di dalam dekapan Kak Shania?." Tanya Nabilah.

Shania terkekeh pelan. "Lebih aman lagi." Jawabnya.

Setelah itu sudah tidak ada lagi percakapan diantara mereka, Shania menutup matanya dan perlahan-lahan mulai tertidur. Nabilah tersenyum melihat wajah Shania jika sedang tertidur, terlihat begitu damai dan menenangkan.









Sorry✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang