Part 28

1.3K 98 39
                                    

Saat ini Shania sudah berada di rumah sakit, dokter mengatakan jika penyakit Shania kambuh dan bisa saja akan memperparah kesehatan Shania. Tapi untunglah keadaan Shania sudah kembali normal dan tinggal menunggu siuman, sedari tadi Melody tak henti-hentinya mengucapkan doa. Syukurlah ada Shani yang langsung membawa Shania ke rumah sakit, jika tidak Melody tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya.

"Kak, gimana keadaan Shania?" Ketika mendengar jika Shania masuk rumah sakit, Kinal pun panik dan segera kesini.

"Keadaannya Shania sudah membaik dan tinggal menunggu siuman." Jawab Melody.

"Nabilah udah tahu Shania masuk rumah sakit?"

Melody menggeleng. "Handphone nya gak aktif." Ucapnya.

"Padahal udah jam segini."

Kinal mencoba untuk menghubungi Nabilah, tetapi benar yang dikatakan Melody jika nomornya tidak aktif. Kinal mulai kebingungan mengapa Nabilah belum pulang juga, handphone Nabilah yang biasanya selalu aktif pun kini tidak dapat di hubungi.

"Mungkin dia sudah sampai di rumah." Melody mencoba untuk berpikir positif.

"Bisa jadi."

"Oh iya, kata Dokter Shania harus di rawat beberapa hari disini. Kinal, aku minta tolong ambil beberapa pakaian milik Shania sekalian kamu lihat keberadaan Nabilah." Ucap Melody.

"Kalo gitu sekarang aku kesana, aku juga khawatir dengan keadaan Nabilah."  Entah kenapa saat ini perasaan Kinal tidak enak.

Bahkan selama di kantor dia selalu memikirkan Nabilah, tapi Kinal berharap perasaannya salah dan Nabilah baik-baik saja.







***







Gracia berlari sekuat tenaga sesekali menoleh kearah belakangnya, 3 pria terus saja mengejarnya. Gracia sangat takut, tadi hampir saja dia dilecehkan tetapi untung saja Gracia bisa melarikan diri. Gracia kembali melirik kearah belakang dan untungnya mereka sudah kehilangan jejak Gracia, namun tiba-tiba saja Gracia menabrak seseorang sehingga membuatnya jatuh.

"Aw.." Gracia meringis menahan sakit karena kakinya terkilir.

"Kalo lari tuh lihat ke depan jangan ke belakang."

Gracia seketika menegang, Gracia sangat tahu siapa pemilik suara tersebut. Gracia mendongakkan kepalanya, ternyata benar saja dugaannya, saat ini yang berdiri dihadapannya adalah Shani, Kakak kandungnya.

"Ci Shani." Lirihnya.

"Dari dulu sampe sekarang ternyata masih ceroboh." Shani mengulurkan tangannya dan membantu Gracia untuk berdiri.

"Kaki aku sakit banget, Ci." Ringis Gracia.

"Lebay, makanya hati-hati." Ketus Shani.

Sebenarnya Shani kasihan melihat Gracia seperti ini, tetapi Shani berusaha untuk bersikap cuek seakan tidak peduli pada Gracia.

"Bisa jalan gak?"

Gracia mencoba untuk jalan namun tidak bisa, lalu dia menggeleng pelan kepalanya. Shani melihat ke bawah, terdapat beberapa luka dan memar pada kaki Gracia membuat Shani semakin tidak tega.

Shani berdecak lalu berjongkok. "Naik ke punggung aku." Ucapnya.

Walaupun awalnya ragu, Gracia tetap naik ke punggung Shani karena jika tidak bisa-bisa Shani semakin kesal padanya dan merubah pikirannya untuk tidak membantu Gracia. Gracia meletakkan dagunya di bahu Shani, dia dapat melihat wajah samping Shani yang tampak kesusahan menggendongnya.

Sorry✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang