Part 11

1.3K 107 36
                                    

Saat ini Nabilah sedang berdiri di depan kelas Shania sambil mengintip dan berharap Shania melihat keberadaannya, jujur Nabilah malu jika langsung masuk begitu saja. Tangan kanan Nabilah memegang kamtong plastik bening yang di yakini akan dia berikan untuk Shania. Rasanya Nabilah ingin memanggil Shania yang sedang serius membaca bukunya.

"Kak Shania fokus banget sih baca bukunya." Keluh Nabilah.

Tanpa sengaja teman sekelas Shania melihatnya kemudian mengucapan sesuatu pada Shania sambil menunjuk kearahnya, Shania segera mengalihkan padangannya kearah Shania. Shania tersenyum senang saat melihat kedatangan Nabilah, dia melambaikan tangannya lalu menyuruh Nabilah untuk masuk. Dengan sedikit malu-malu, Nabilah masuk ke dalam kelas Shania.

"Dek, duduk disini aja." Temannya Shania mempersilakan Nabilah untuk duduk di tempat duduknya.

"Makasih, Kak." Nabilah pun segera duduk bersebelahan dengan Shania.

"Baru dateng ya? Kenapa gak langsung masuk aja sih?." Tanya Shania.

"Malu, Kak." Ucap Nabilah sembari tersenyum kaku.

"Gak usah malu-malu kali, Dek. Disini orang-orangnya gak galak kok." Ucap Shania.

"Iya sih keliatannya baik-baik semua, gak kayak Kak Shania galak banget." Ledek Nabilah.

"Udah berani ledek aku ya." Shania mencubit hidung Nabilah.

Sedangkan Nabilah hanya tertawa, sekarang Nabilah sudah tidak takut pada Shania. Nabilah sudah mendengar semua cerita Shania dan kenapa Shania bisa sangat jutek dan dingin, benar saja dugaan Nabilah waktu itu bahwa Shania memiliki sikap hangat.

"Dek, ngapain kesini?." Tanya Shania.

"Aku cuma mau ngasih ini ke Kakak." Nabilah menyerahkan kantong plastik itu pada Shania.

Shania segera membuka dan mendapati 1 bungkus roti coklat-keju dan 1 kotak susu coklat. Shania sedikit bingung, dia tidak pernah menyuruh Nabilah untuk membelikannya makanan dan juga minuman.

"Untuk aku? Aku gak pesen loh." Ucap Shania.

"Pengen aja beliin Kakak itu, takutnya juga Kakak gak sempet makan siang apalagi tadi pagi Kakak sarapannya dikit." Jawab Nabilah.

Shania tersenyum, sungguh betapa perhatiannya Nabilah padanya, bahkan sahabatnya pun tidak seperhatian ini padanya. Jika ditanya bagaimana perasaan Shania, jelas saat ini Shania sangat bahagia.

"Makasih ya, Dek." Ucap Shania sembari mengacak-acak rambut Nabilah.

"Oh iya, Kak. Kata Kak Kinal tante Melody belum sadar, doain aja yang terbaik buat tante Melody." Nabilah memang tadi pagi mendapat pesan dari Kinal tentang keadaan Melody.

Wajah Shania yang awalnya terlihat bahagia tiba-tiba saja menjadi sedih, dia merindukan Bundanya itu. Biasanya setiap pagi Melody selalu membuatkan sarapan untuknya dan mengantarnya ke kampus, namun kali ini terasa sangat berbeda.

"Kakak jangan sedih, yang terpenting keadaan tante Melody baik-baik aja tinggal menunggu kapan tante Melody sadar." Nabilah mengelus punggung Shania.

Benar apa yang dikatakan Nabilah, namun sama saja sehari tanpa Melody terasa sangatlah hampa. Tetapi syukurlah ada Nabilah yang selalu ada untuknya, ketika dia sedang sedih dan down seperti kemarin Nabilah lah yang menghiburnya dan memberinya semangat.

"Dek, kamu udah makan siang belum?." Tanya Shania sekaligus mengalihkan topik pembicaraan.

"Belum, Kak." Jawab Nabilah.

"Jangan sampe perut kamu kosong." Shania mengambil roti tersebut lalu membagi menjadi 2 bagian, setelah itu sebagian dia berikan pada Nabilah dan sebagiannya lagi untuknya.

Sorry✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang