CHAPTER 20 - END

58 5 0
                                    

Dor!

Sunrise terkejut. Suara apa itu?

Sunrise mendorong Bangtan ke dinding, lalu keluar menuju sumber suara. Sunrise terpaku ditangga, melihat Bibi Songㅡpelayan yang menjaga mereka sejak kecil bersimbah darah diruang tamu.

Hyejung menatap tajam para pelaku. Lebih dari satu orang itu, menampilkan smirk. Tapi tak membuat Hyejung takut.

Namhyun mengangguk memberi kode yang langsung dipahami oleh adiknya.

Hyunjee menyambar pistol diatas dimeja ruang makan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia menembakan peluru pada dada pelaku, begitu seterusnya hingga beberapa tumbang.

Namhyun mengambil busur dan beberapa anak panah yang berada di dinding ruang keluarga yang tidak jauh pula dari tempatnya beridiri. Ia melempar anak panah dengan tepat sasaran. Dada, leher, kaki, semua bagian tubuh. Ia ingin pelaku tidak bisa menggerakan tubuhnya.

Sungkyu mengambil bomnya yang berada dimeja kecil dekat busur Namhyun berada. Melemparkan pada pelaku. Beruntung skala bom itu tidak teralu besar, jadi hanya akan membuat tubuh kaku, tidak dapat berbicara. Tentu saja itu berkat racun buatan Hyejung yang dicampur pada bom itu.

Hyejung mengambil satu botol racun buatannya. Didekat tangga ada lemari berukuran sedang. Ia beralih pada para pelaku. Beberapa tumbang ditangan kakaknya. Beberapa lagi masih mencoba untuk membunuh kakaknya dari belakang. Melihat itu, Hyejung berlari menuju belakang pelaku. Ia menarik tangan pelaku dengan satu tangannya lagi memegang botol racun, ia memasukan racun itu kedalam mulut pelaku, tangannya yang tidak memegang botol beralih menutup mulut pelakuㅡmemaksa menelan racun. Begitu seterusnya, beruntung botol itu bisa habis tepat saat para pelaku tumbang.

Sunrise dengan nafas terengah-engah, menatap Bibi Go dengan sayu. Tuan dan Nyonya Choi? Mereka kembali ke Eropa karena ada tugas yang penting, mereka menitipkan tawanan(?) mereka pada sang anak. Berharap bisa menjaga.

Bangtan sedari awal hanya menonton, sekedar ingin tau seberapa kejamnya mereka saat bermain bersama lawan. "Cukup untuk ukuran perempuan."

Brak!

Bangtan tersenyum licik. Mereka menuruni tangga satu persatu. Iya, mereka nonton dari lantai atas.

"Bawa mereka ke mobil. Kalo udah sampe, taro aja diruangan yang udah disediakan."

"Baik, Tuan."

Beberapa orang itu menggendong Sunrise yang pingsan.

Bangtan mengikuti dari belakang.

SHE'S MAFIA

Dimana?

Kata pertama yang diucapkan para gadis-gadis itu ketika tersadar dari pingsannya.

Mereka hanya melihat ruangan asing, dengan cahaya yang redup-redup.

"Udah sadar?" Sunrise menoleh.

"Mau apa? Makan?" Sunrise mengalihkan pandangannya. Tak ingin menatap Bangtan.

Bangtan terkekeh sinis. "Kenapa? Ngerasa kalah, ya?" Namhyun menatap tajam Taehyung.

Sungkyu mengernyit saat Jimin berjalan mendekat. Sedetik kemudian, ia berteriak karena merasa kepalanya pening. Kakak dan adiknya yang menyadari akhirnya menoleh. Tapi sebelum itu Hoseok menampar pipi Hyunjee dan Jungkook menendang perut Hyejung. Namhyun menatap Taehyung. "Kalo lo mau nyiksa kita, gue yang lo siksa. Jangan adik gue." Taehyung terkekeh. "Lo mohon-mohon kek gini, apa bakal gue turutin?" Ia menggeleng. "Enggak."

SHE'S MAFIA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang