6

1.2K 79 2
                                    

"Kemana perginya orang tuamu mengapa rumah sebesar ini sepi"ucap Nana yang berhasil membuat Aera bungkam dan menundukkan kepalanya.

"Ada apa Aera"ucap Yera saat melihat Aera menunduk.

"Orang tuaku telah meninggal 4 bulan yang lalu karena sebuah pembunuhan"ucap Aera sambil menahan tangisnya.
_________________________________________

"Aera maafkan aku... Aku tidak bermaksud membuatmu mengingat kejadian itu lagi"ucap Nana dengan nada bersalah.

"Ne Nana aku baik baik-baik saja "ucap Aera sambil menyeka air matanya.

"Tapi ra bukankah kau baru pindah"ucap Yera yang mulai penasaran.

"Yak Yera kau membuatnya semakin sedih"ucap Nana dengan tatapan tajam ke arah Yera, sedangkan Yera hanya memutar bola matanya malas.

"Aku hanya bertanya saja"ucap Yera santai.

"Tidak apa-apa Nana lagi pula kita sudah berteman bukan aku akan bercerita"ucap Aera.

"Jika itu membuatmu sedih tidak usah kau pedulikan ucapan Yera Aera "ucap Nana sambil mengelus punggung temannya itu.

"Andwe... Begini sebenarnya aku dulu memang tinggal disini bersama orang tuaku , tapi orang tuaku menyuruhku tinggal di Australia bersama nenekku disana "ucap Aera sambil menghela nafasnya sejenak lalu kembali melanjutkan ceritanya.

"Entah apa yang membuat mereka mengirimkan ku kesana sampai aku mendengar kabar bahwa orang tuaku telah meninggal karena sebuah pembunuhan"ucap Aera sesekali menghapus air matanya yang mulai menetes dengan sendirinya.

"Jadi aku memutuskan untuk tinggal disini beberapa hari , lalu kembali lagi ke Australia untuk melanjutkan pendidikan ku tapi naasnya nenekku meninggal jadi aku memutuskan untuk kembali lagi kesini"ucap Aera tapi ia sama sekali tidak menangis saat menceritakan tentang kematian sang nenek. Dia tampak begitu biasa saja seolah-olah itu hanya rekayasa belaka.

Yera yang menyadari hal itu hanya mengeritkan dahinya heran. Tapi ia lebih memilih tidak terlalu memikirkan hal itu. Tapi hatinya terus memberontak agar ia menanyakan. Sedangkan Nana tidak terlalu memperhatikan ekspresi wajah Aera saat bercerita bahkan kini Nana ikutan menangis karena cerita Aera. Yera mencoba mengalihkan pandangannya lalu sesaat kemudian melirik Aera yang sedang tertunduk. Aera tersenyum tipis tapi itu bukan senyum manis yang biasa ia perlihatkan, senyuman ini berbeda.

Nana masih terisak ia dengan refleks memeluk erat Aera yang ada di sampingnya. Yera ? Ia hanya diam melihat adegan dramatis didepannya itu.  Bahkan ia sudah muak dengan tingkah Nana yang terkadang menjadi overprotektif.

"Apa kalian sudah selesai ? Jika belum aku akan tidur duluan "ucap Yera yang muali jengah.

"Yak kau tidak boleh tidur duluan Yera cepat bangun"ucao nana sambil menarik Yera dari posiis tidurnya.

"Tidak bisa kah kau menanyakan pertanyaan tidak pentingmu itu besok ini sudah larut malam dan besok kita harus sekolah"ucap Yera dengan penuh penekanan lalu merebahkan dirinya diatas kasur dan menutupi wajahnya menggunakan selimut.

"Aish dia memang menyebalkan" gerutu Nana.

"Sudahlah Nana apa yang di katakkan Yera ada benarnya juga"ucao Aera sambil mengelus halus punggung Nana.

"Baiklah... Tapi ingat Aera aku masih ada beberapa pertanyaan untukmu"ucap Nana sambil memandang Aera lekat. Sedangakh Aera hanya terkekeh kecil melihat perilaku Nana padannya. Wajar saja jika Yera selalu kesal dengan tingkah Nana.

"Mengapa kau malah tertawa Aera"ucap Nana yang merasa heran karena Aera tertawa pasalnya ia tidak mengatakkan kata-kata lucu ataupun bertingkah lucu.

My Enemy My Husband ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang