20. Lukisan

111 5 4
                                    

Malam ini, Cayla, nenek dan kedua kakaknya akab makan malam. Setelah selesai, seluruhnya kembali beraktivitas sesuai keinginannya. Beruntung, nenek tidak mengacaukan malam yang damai itu.

Cayla masih memandangi lukisan yang tergenggam ditangannya. Ditemani senyuman manis dan langit malam yang begitu indah.

Bagus, apa Rafaz nggambar gue ya? eh.. kok PD amat. Sejak kapan lo ngarep kayak gitu Cay? gila lo sumpah

Ya, lukisan itu memang bagus. Bagaimana bisa cowok itu menggambar sebagus ini. Dan bagaimana pula cowok itu mewarnai gambar ini? Bisa bisanya ia membawa pensil warna kesekolah. Aneh sekali.

Apa Rafaz sedang jatuh cinta ya? Tapi bukan kegue lah jelasnya. PD amat lo sama cowok sefamous dia. Udah lupakan.

"Whatt? lo ngapain dek senyum senyum sendiri kayak orang gila" Faizal masuk kekamar Cayla tanpa diketahuinya.

Raut wajahnya sungguh menyebalkan dan terlalu aneh untuk dideskripsikan sebagai orang yang berhasil memergoki adek yang sedang senyum sendiri.

"Paan si lo kak? tersera gue dong mau ngapai. Udah pergi sana" usir Cayla sarkastik.

"Haiyoo... gambarannya sapa tu? kok kayak kenal kenal enggak ya?" goda Faizal dengan wajah konyol khasnya.

Ia terlalu refleks untuk mengekspresikan keterkejutannya melihat gambaran yang ia kenal ditangan Cayla.

"Ooo... jangan jangan punya si tikus gendut keroncong itu ya? hayoo ngaku lo Cay" tambahnya.

"Hah? tikus gendut keroncong? mana ada? lagian ya mana ada tikus yang bisa nggambar sebagus ini" ujar Cayla mengalihkan perhatian.

"Halaa.. nggak usah pura pura gak tau gitu lo! Rafaz Rafaz.. mana ada tikus gendut keroncong selain dia? aneh lu"

"Hah Rafaz? lagian si salah sendiri sebut sebut tikus gendut keroncong. Kan gue gak tau"

"Lagian yaa.. gambar bagus itu selalu punya Rafaz? ya nggak lah.. udah sana sana gue mau sok sibuk" Cayla mendorong tubuh kakaknya untuk keluar dari kamarnya sekarang juga.

Namun, dengan kesempatan kecil yang tidak datang dua kali itu, Faizal segera memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Cowok itu menyahut kertas itu dengan lincah dan gesit hingga menimbulkan suara "krek" yang khas.

"Kak Saaaallllll!!" teriak Cayla histeris. Bagaimana tidak histeris? pasalnya, cowok itu dengan tidak sengaja yang dianggap sengaja oleh Cayla itu sudah merobek lukisan favoritnya.

"Ya kan jadi robek. Mana!" teriak Cayla lagi.

Ia berusaha mengambil sebagian kertas yang robek tadi untuk menggabungkannya. Namun gagal. Ia bukan tandingan seorang Faizal yang gesit itu. Kertas tadi berhasil dihindarkannya dibelakang punggung gagahnya.

"Iiiihh.. mana gak? kalo nggak, gue laporin kenenek lo" ancam Cayla.

"Nen.... mmmhh.." teriakan Cayla gagal.

Kakaknya lebih gesit dari mulutnya satu detik. Cowoknya sudah sengaja menyumpal mulut adiknya dengan sapu tangan kesayangannya yang hampir tidak pernah dicuci itu.

"Apaan sih lo? pake nyumpal nyumpal gitu. Asin tau gak.. mmhh.. wekk" jijik Cayla setelah berhasil melepas saputangan itu.

Namun, kakak yang super nakal itu tidak menghiraukannya. Ia mengamati potongan kertas itu dengan seksama. Ia mengamatinya setiap inci demi inci. Tak boleh ada satupun titik yang tertinggal.

"Ya kan betoll.. ini nih tandanya. Ada tilisan disini. 'pie' tulisannya. Nggak percaya lo? ini nih gue tunjukin" Faizal menunjukkan tulisan yang dimaksud itu berada. Dan benar benar ada tulisan itu disana.

Introvert GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang