25. Heii!

55 5 1
                                    

'Apa mungkin aku sudah terjebak untuk yang kedua kalinya?'

"Yaudah Cay.. santai-santai in sama Rafaz deh, tenang aja.. Gue bakal setuju kalo lo ama dia" jujur Kazra.

Mendengarnya, Cayla jadi aneh sendiri. Selama ini, yang ia tahu adalah Kazra yang 'sepertinya' suka dengan Rafaz. Buktinya, beberapa minggu lalu Kazra menarik tangan Rafaz untuk berbicara 'hanya' berdua saja. Yap! berdua saja! Cayla mengkhawatirkannya. Ia tidak mau dirinya menjadi orang ketiga diantara keduanya. Namun, kenapa sekarang Kazra malah tersenyum senang dan seolah-olah mendukungnya 100% bersama dengan Rafaz.

"Kaz? Lo gapapa kan?" tanya Cayla penasaran.

"Gapapa lah.. emang kenapa?" tanya Kazra balik. 

"Umm,, ngga jadi" cengir Cayla. Ia bingung harus menanyakan pemahamannya mengenai hubungan Kazra dengan Rafaz. Ia takut hal itu akan menyakiti hatinya sendiri. Ia benar-benar bingung harus bersikap bagaimana.

"By the way, Lo ngga dijemput Kak Faiz Faizal nih?" tanya Kazra.

"Ngga, katanya sebenarnya mereka lagi sibuk sama tugasnya. Jadi gue minta pulang sendiri aja" jawabnya.

Tak lama kemudian, mereka berada di cabang jalan. Artinya, Cayla dan Kazra harus berpisah dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Terbesit memori di benak Cayla, ia rindu akan kenangan masa lalunya bersama Kazra. Mereka suka berjalan pulang bersama dari sekolah. Mengisi kekosongan dan rasa penat setelah seharian berada di sekolah dengan canda tawa. Ia ingin kembali ke masa itu, masa yang indah dimana seseorang juga pernah datang di dalam hidupnya dan mengisi kekosongan hatinya secara bersamaan. Cayla kembali kepada pikirannya. 

'Parah amat tadi sampe lupa Shafa seharian kemana' batin Cayla.

Cayla teringat kejadian di sekolah. Perkataan Iqbal memenuhi pikirannya. Ia bingung mengapa harus dirinya yang mengikuti perlombaan itu dan bukan Izzy saja yang juga bisa menjadi penggantinya. Pikirnya, seharusnya ia tidak menerima tawaran itu. Mungkin saja, Shafa atau anak jurnalis lainnya bisa menggantikan dirinya. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan kalau-kalau pekerjaan akan molor karena ulah Rafaz. Ditambah lagi, perasaan aneh yang mengganggu aktivitas Cayla. 

"Caylaa!" Cayla tidak menoleh, ia hanya diam di tempatnya sekarang. Lagi-lagi suara yang begitu familiar. Ia tahu dan yakin suara milik siapa itu. Namun, dirinya berharap dugaannya salah. Ia tidak ingin merasakan jantungnya berdebar untuk kesekian kalinya

"Untung lo ya, bisa satu bagian ama gue"

"Eh? Rafaz?" gumam Cayla.

Dugaannya benar! Rupanya, sedari tadi Rafaz memang mengikuti Cayla dan Kazra. Ia ingin tahu apa pembicaraan mereka. Rafaz pikir, mereka membahas dirinya yang sedari kemarin masih saja menjadi isu pembicaraan kelas. Izzy lah yang membuat semuanya menjadi rumit hingga ada isu Rafizz yang menyebar ke seluruh penjuru sekolah.

"Kenapa lo ikutin gue? Lo nguntit kita ya?" tuduh Cayla tidak suka.

"Ngapain coba ngikutin, emang gue orgil? Mending gue ke cafe lah.. Gajelas dah"

"Lahh, buktinya apa? Lho barusan aja ngerti percakap--"

Belum sempat Cayla berbicara, Rafaz sudah mencubit bibir atas dan bibir bawah Cayla dengan jemari besarnya. Cayla yang menyadari itu hanya diam saja. Tubuhnya memanas. Hatinya berdegup kencang. Ia sama sekali tidak pernah merasakannya. Apa maksud perlakuan Rafaz? Ia tidak mengerti mengapa Rafaz suka bersikap seperti ini. Bukannya Rafaz sedang bersama Izzy saat ini?

"Akhir-akhir ini lho cerewet ya?" ujar Rafaz menaikkan alisnya. 

"Heii! Paan si?" 

Cayla melepaskan cubitan Rafaz di mulutnya. Mengusapnya dan menundukkan kepala. Ia tidak bisa menahan senyumannya akibat ulah Rafaz kali ini. Cayla tidak tahu harus berkata atau bahkan berbuat apapun. Rasanya, seolah ia terjebak didalam perangkap Rafaz lagi. Dan pikirnya, Rafaz memang telah merencanakan ini semua.

Introvert GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang