BAB 22

3.3K 101 3
                                    

Maaf ya kelamaan nulisnya. Terima kasih yang masih mau membaca ceerita saya!

Selamat membaca!!

Nafisa masih asyik bermain game dari gawainya karena sudah tidak tahu harus melakukan apa lagi. Suaminya masih asyik bergulat dengan lembar demi lembar di meja kerjanya. Bosan melakukan satu hal, lanjut melakukan yang lainnya dan ketika bosan lagi ia hanya tiduran di depan televisi sambil menatap langit-langit rumah.

"Kalau sudah mengantuk tidur saja. Jangan menungguku." Ujar Farhan dari meja kerja

"Aku belum mengantuk kak." Nafisa beranjak dari tiduran malasnya dan mengambil wudlu

Kembali lagi sudah menggenakan mukena juga al-qur'an di tangan kanannya. Ia duduk menghadap kiblat dan mulai melantunkan ayat di dalam al-qur'an berupaya surah ar-rahman. Surah favoritnya di dalam al-qur'an.

Farhan tiba-tiba menghentikan pekerjaannya dan menatap Nafisa yang masih mengaji dengan seksama. Ia tersenyum dan berjalan mendekati Nafisa, duduk di samping istrinya sambil mendengarkan Nafisa mengaji, tidur di pangkuan Nafisa sambil memejamkan mata

Nafisa mengaji sambil membelai kepala sang suami. Ia tersenyum, dan melanjutkan sampai bacaan terakhir. Menatap Farhan lekat dan mengecup kening Farhan lama.

"Tidur yuk. Aku capek." Ujar Farhan sambil menatap Nafisa

"Iya."

Mereka ke kamar bukan untuk tidur beneran. Farhan mengganggu Nafisa hingga mereka bisa tertidur pada pukul satu dini hari. Hehehe, ngapain aja sih tuh pengantin

****

Pagi menyapa mereka dan Farhan sudah siap dengan batik berwarna biru donker juga bawahan celana berwana hitam. Dan Nafisa dengan gamis juga kerudung yang berwarna sama.

"Sudah siap?" tanya Farhan dari ruang tamu

"Sudah!" jawab Nafisa dari kamar

Nafisa beranjak keluar dari kamar yang di tunggui Farhan. Untuk sedetik Farhan di buat menganga dengan penampilan sang istri yang cantiknya hanya ia yang tahu. Gamis yang di pakai tak bermotif, bahkan terlihat biasa saja, kerudungnya pun sama biasa juga, hanya motif bunga sakura di bagian belakanag kerudung.

Yang membuatnya beda adalah wajah Nafisa yang tenang, lembut dan menyejukan. Untuk sesaat Farhan merasa sangat bersyukur bisa menerima Nafisa dengan seutuhnya. Ia meraih tangan sang istri dan di tuntun untuk segera pergi. Jika tidak bisa bahaya di dalam rumah kelamaan

Farhan melanjukan mobil dengan kecepatan sedang. Sesekali melirik ke arah sang istri yang terlihat sangat tenang. Tanpa menunggu lama mereka sudah berada di depan gedung serba guna yang sering di gunakan untuk acara pernikahan.

Farhan keluar lebih dulu dan menuntun Nafisa keluar dengan menyerahkan lengannya agar di gandeng Nafisa. mereka sama-sama saling melempar senyum karena bahagia sudah memilih untuk saling menerima dan melupakan masa lalu masing-masing.

Mereka masuk ke dalam gedung yang sudah di hadiri oleh para tamu undangan yang juga sedang sibuk menuju ke arah makanan dan beberapa sedang mengantri menyalami pengantin yang sudah bermuara di pelaminanan

"Kamu mau makan dulu atau salaman dulu sama pengantin?" tanya Farhan

"Salaman dulu yuk." Ajak Nafisa sambil menarik Farhan

Sang suami hanya mengikuti istrinya. Ia menatap sebentar ke arah pelaminan dan menatap sang sahabat juga mantan kekasihnya sedang berbahagia di atas sana. Ia mencari-cari hatinya, detakan penuh irama yang pernah ia rasakan untuk Mawar kini tak lagi ada.

Kami! Suami istriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang