BAB 19

3K 104 0
                                    

Nafisa pelan-pelan membuka matanya. Pandangannya silau saat matanya terkena cahaya lampu yang terlampau terang atau ia baru saja sadar. Ia masih mengerjap-ngerjap berusaha beradaptasi dengan suasana yang tak ia ketahui.

Hingga penglihatannya benar-benar kembali. Ternyata ia di sebuah ruangan yang terlihat putih dan biru tua. Di samping tempat tidur di sisi kiri ada selang infus yang juga menempel di tangannya. Ia menggitari pandangannya dan mendapati Farhan yang tertidur di sofa

"Kak," panggil Nafisa lirih, masih lemah

Farhan memang punya kesadaran yang luar biasa. Ia bisa mendengar suara dari Nafisa yang saking pelannya. Ia bangkit dengan cepat, menatap Nafisa yang sudah sadar dan memandangnya sayu.

"Kamu udah bangun Fi?" tanya Fahran sambil berjalan mendekat

"Kenapa aku di sini?"

"Kamu sakit."

"Aku gak apa-apa. Aku mau pulang, benar-benar tidak nyaman," jawabnya nyaris merengek

Farhan hanya diam. Ia bingung, penasaran. Sebenaranya ada apa dengan istrinya

"Cerita sama aku, apa yang terjadi?" pinta Farhan tegas

Nafisa menatap Farhan lama. Lebih lama dari biasanya, kemudian air matanya perlahan meluncur dari sudut matanya

"Ada apa Fi?" suara Farhan agak melunak

"Aku gak mau kamu melihat sisi lemahku. Please bawa aku pulang," pintanya sekali lagi

"Tidak! Beri aku alasan yang jelas. Kamu pingsan dari kemarin gak bangun, dan kamu merengek minta pulang? Tidak akan aku izinkan," intonasi suara Farhan tegas. Tak main-main

Nafisa terbelalak kaget. Dari kemarin dia tak sadarkan diri? Oh tidak, ini akan bertambah parah. Jika ia lama berada di rumah sakit, kenangan itu akan muncul lagi di otaknya

"Dokter bilang kamu sakit kepala karena dehidrasi. Apa benar?" mata Farhan penuh selidik

Nafisa memandang Farhan sebentar dan mengangguk

"Kemarin aku kecapean, dan kurang minum. Jadi please, kita pulang ya?" bujuk Nafisa lagi

"Lalu. Rasa tidak nyaman itu apa?" Farhan masih mengintrogasi. Ia perlu tahu, ia harus tahu semua tentang Nafisa

Nafisa memejamkan mata sebentar. Menghirup udara hingga memenuhi paru-parunya dan menghembuskannya perlahan. Membuka mata, menatap Farhan

"Aku pernah mengalami kecelakaan saat masih bocah. Di bawa ke rumah sakit dan di obati, tapi perlakuan perawat saat itu tidak baik. Aku trauma sampai sekarang, jadi please aku mau pulang." tutur Nafisa dengan mata berkaca-kaca

"Perlakuan tidak baik apa?" Farhan memberondong Nafisa dengan pertanyaan

Nafisa menatap Farhan lagi. Ingin hati tak menceritakan hal tersebut, karena akan menambah sakit hati dan luka lama kembali basah. Terlalu memalukan.

"Ia hampir melakukan pelecehan seksual jika mama tidak cepat datang ke kamarku," tutur Nafisa sambil memalingkan muka dari Farhan. Malu

Farhan mendekat di tempat tidur istrinya. Mengusap puncak kepala Nafisa dan menunduk, mendaratkan kecupan di kening istrinya. Kecupan sayang yang mulai menguasai rongga dadanya. Nafisa langsung memandang Farhan penuh cinta

"Jangan takut sayang. Aku di sini, tidak akan meninggalkanmu," ucapnya lirih sambil mengenggam tangan Nafisa dan meramasnya lembut

"Aku masih takut." suara Nafisa bergetar karena takut plus menahan tangis

"Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu," ucap Farhan tegas

Nafisa hanya tersenyum menanggapinya dan menutup mata, berusaha istirahat lagi

*****

Hari rupanya semakin siang. Matahari di luar ruangan pun semakin panas saja. Farhan masih setia menemani Nafisa di kamar pasiennya sambil mengupas buah jeruk untuk Nafisa. ia butuh asupan nutrisi, dari buah yang banyak airnya.

"Kakak gak kerja?" tanya Nafisa lirih

"Gak. Aku izin, mau menemani istriku," jawab Farhan cepat

"Apa sudah ada yang tahu tentang kita?"

"Sudah. Para dosen sudah tahu kamu istriku, jadi jangan malu ketika mereka memperlakukanmu lain,"

"Aku malu."

"Semua juga akan tahu, hanya waktu saja yang menentukannya. Jadi mulai sekarang, jangan takut lagi dan jangan bersembunyi dari kenyataan. Kamu istriku." Tutur Farhan tegas

"Baiklah," Nafisa menerbitkan senyum manisnya

Rasa sayang telah hadir hati Farhan. Dia ingin menjadi suami yang baik, yang mau menerima kelemahan dan kekurangan Nafisa seutuhnya. Membangun rumah tangga dengan baik mulai sekarang.

TBC....

Kami! Suami istriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang