BAB 26

5.8K 152 32
                                    

Setelah perjalanan melelahkan dari rumah orang tua Farhan. Kini Nafisa dan Farhan sudah sampai di kota kembang. Kota yang sering di juluki dengan gadis-gadis manis yang tak tertandingi di area pulau jawa.

Mereka menginap di salah satu hotel terkenal di bandung. Nafisa melepas penat setelah hampir setengah hari di dalam mobil. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk sambil memejamkan mata.

Farhan yang baru keluar dari kamar mandi menyungging senyum manis ketika melihat istrinya nampak nyaman di atas kasur.

"Fi, jalan-jalan yuk." Ajak Farhan sambil berjalan menuju balkon.

"Kemana?" tanya Nafisa, perlahan bangkit dari pembaringan. Berjalan menuju suami.

"Kebun teh."

"Ayo, setelah itu kita ke Kawah Putih Ciwidey ya?" timpal Nafisa antusias.

Sejenak Farhan terpana dengan kedua mata bulat Nafisa, yang seolah bercahaya.

"Kamu kayak anak kecil aja." Ujar Farhan sambil mencubit pipi Nafisa gemas.

Senyum kian merekah di bibir mungil sang istri.

****

Perjalanan panjang hingga malammenyelimuti mereka. Nafisa dan Farhan sudah kembali lagi ke hotel setelah hariini bukan hanya ke kebun teh dan Kawah Putih. Tapi mereka pergi ke Curug Cimahi,Maribaya Bandung, dan terakhir ke Dusun Bambu Lembang. Nafisa tak pernah merasa sebahagia ini,di temani jalan-jalan hingga malam. Tapi ketika usai makan malam, perutnyaterasa terkocak dari dalam. Dengan cepat ia menuju ke kamar mandi. Makanan yang belum tercerna baik,keluar semua dari lambungnya. Farhan nampak khawatir. Takutnya Nafisa masukangin, karena dari jakarta setelah subuh, dan ketika sampai mereka jalan-jalan.Dan tak tanggung-tanggung bukan hanya satu tempat. Farhan diam-diam merutuki dirinyasendiri. Seharusnya mereka istirahat, bukannya jalan-jalan. Ia hanya bisamengusap-ngusap punggung Nafisa yang masih memuntahkan makanannya."Kitake dokter ya?" ajak Farhan dengan intonasi lemah."Gakusah. Fisa baik-baik aja, ini mungkin masuk angin." Tolak Nafisa sambil tersenyummanis."Akukhawatir kamu kenapa-napa.""Fisa,tahu kondisi tubuhku, gak apa-apa." Farhan menyerah dengan keras kepala istrinya. Mereka memilihminum teh di balkon sambil menatap langit malam yang ramai di penuhi bintang. "Setelahlulus kuliah nanti Fisa kerja di mana ya?" tanya Nafisa masih memandang langit."Gakperlu kerja. Biar kakak saja, kamu tugasnya jadi istri yang baik. Ngurus anak-anakkita nanti, biar kakak yang bekerja untuk kalian." Timpal Farhan, kini sudahmeraih tangan Nafisa dan di remas-remas lembut."Akungantuk, tidur yuk." Farhan tersenyum jenaka. Nafisa mendadakmalu, ia kemudian tersadar. Barusan bilang apa ya? Gumamnya, ketika melihatFarhan sudah berdiri hendak membimbingnya."Ets.Tidur beneran." Ujar Nafisa sambil melangkah cuek menuju ranjang. Farhan tersenyum makin lebar. Segeraberjalan cepat menggapi istrinya dan memeluk Nafisa dari belakang. Dalam sekejapmereka sudah di balik selimut. **** Uap segar embun pagi menyapa merekaketika Nafisa berdiri di beranda. Farhan masih mengaji setelah shalat subuhtadi. Matahari masih malu-malu keluar dari kenyamanannya, Nafisa menutup mata, sambilmerentangkan tangan. Menghirup banyak oksigen hingga memenuhi paru-parunya dandi hembuskan perlahan. Sebuah tangan kokoh sudah melingkardi pinggang Nafisa, satu kecupan mendarat di pipi kanan Nafisa. wanita muda ituterkejut, memutar tubuh dan menatap suaminya. Senyum khasnya terbit mengalahkanmentari pagi yang perlahan naik ke langit. "Hariini kita istrihat saja ya. Aku takut kamu muntah-muntah lagi." Ujar Farhan."Yah,padahal Fisa pengen jalan-jalan ke perpustakaan." Bibir mungilnya cemberut. Ingin rasanya Farhan melahap bibirmungil istrinya itu. Tapi ia masih waras, bagaimana kalau ada yang lihat. Kan kurangbaik, mereka sudah halal, tapi tak baik menampakan keromantisan di depan umum."InsyaAllah kalau punya waktu, kita jalan-jalan lagi. Liburan di sini kan gak lama,nanti sore udah harus balik. Kakak ada kerja." "Iyadeh." Mereka berdua hanya menghabiskanwaktu di kamar hotel. Nafisa menonton acara di televisi dengan bosan. Sesekali meliriksuaminya yang sudah berkutat dengan laptop, ia menghembuskan nafas berat. Ia berjalan menuju koper besar milikmereka dan mengambil baju ganti. Tapi tangannya yang awalnya sibuk tiba-tibaterhenti ketika melihat satu bungkus pembalut yang di belinya bulan lalu masih utuh.Ia sengaja membawa takutnya tamu bulanannya datang mendadak. Ia mendadak mual lagi. Sarapan yangbaru di makan beberapa jam yang lalu meronta ingin keluar. Farhan langsungmengalihkan fokusnya ke Nafisa yang berlari ke kamar mandi. Ia melepas kacamatadan berlari menyusul istrinya ke kamar mandi."Kitapergi ke dokter sekarang ya?" ajak Farhan lagi, berharap kali ini Nafisa setuju."Gakusah lah. Nanti siang kan, kita udah balik." Tolak Nafisa masih keras kepala."Yahudah deh." Nafisa memilih berbaring di ranjang.Pikirannya berkelena menentukan satu kemungkinan. Ia hamil, bisa jadi kan? Ia sudahtelat sebulan, dan ia muntah-muntah. Apa lagi kalau bukan gejala yang satu ini. Perlahan senyumnya terbit. Ia mengusapperut ratanya sambil mengucap syukur. Ia melantunkan doa agar apa yang dipikirkannya benar-benar jadi kenyantaan.


TBC...

maaf ya nunggunya lama. sekarang lagi nyusun skripsi, jadi fokus saya terbagi. sekali lagi terima kasih ya, sudah nungguin...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kami! Suami istriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang