BAB 3

4.9K 144 2
                                    

Mawar masih duduk di tepi pantai di atas pasir putih, sambil menikmati angin berhembus sepoi-sepoi. Ia menikmati kesendiriannya, pandangannya melintas ke arah pasir yang terhampar di sepanjang mata memandang.

Kenangannya melintas bebas ketika ia dan Farhan selalu datang ke sini ketika ingin bersenang-senang. Ia tersenyum, seolah melihat bayangan dirinya dan Farhan saling berkejaran di atas pasir, sesekali masuk ke dalam air laut hanya untuk saling menyiram.

Ia melempar pandangannya ke arah sisi kiri dan mendapati Farhan berjalan dan memegang sepatunya di tangan kiri sambil menunduk memainkan air laut yang di bawa oleh ombak ke pesisir. Jelas saja Mawar bahagia melihat Farhan datang, ketika ia sudah rindu setengah mati ingin berjumpa.

"Farhan" teriak Mawar sambil berlari ke arah lelaki yang masih ia cintai itu

Farhan diam terpaku di tempatnya. Ia tak menyangka bahwa Mawar ada di pantai ini, dan kenapa juga ia malah datang ke sini, dan tidak langsung pulang.

"Aku rindu padamu sayang" seketika langsung memeluk Farhan

"Lepaskan aku" Farhan melepaskan paksa pelukan Mawar dan mundur teratur

"Ada apa?" wajah Mawar berubah sedih

"Kenapa kamu di sini?" tanya Farhan

Mawar menatap penuh selidik ke arah Farhan

"Bukankah ini tempat kenangan kita? Dan kenapa kamu di sini, kalau bukan menemuiku" mata Mawar kembali berbinar

"Tidak. Aku hanya ingin mencari ide" Farhan berusaha lari dari topik

"Aku tidak percaya. Aku tahu kamu Ran, aku kenal kamu sudah lama"

"Tidak!" gertak Farhan "Kali ini kamu salah, aku datang ke sini untuk menjernihkan pikiranku darimu" bentak Farhan

"Ran" mata Mawar berkaca, ia hendak menangis

Ia tak percaya orang yang selama ini baik padanya, bisa membentaknya. Tapi, kemudian ia sadar. Semua adalah salahnya, tak bisa menyalahkan sikap Farhan yang sekarang.

Farhan berbalik ingin meninggalkan Mawar yang hendak menangis. Ia sangat tak sanggup melihat wanita itu menangis, walau ia ingin sekali melupakan Mawar, tapi perasaan itu masih ada. Masih milik Mawar.

Farhan berbalik dan memeluk mantan kekasihnya itu. Ia memang tak mudah melupakan Mawar, tapi ia sekarang sudah tidak sendiri lagi. Ia sudah memiliki istri yang menunggunya di rumah. Istri yang ingin ia terima, istri yang ingin ia cintai, dan istri yang ingin ia bahagiakan.

*****

Farhan mengantar Mawar kembali ke rumahnya. Ia langsung pulang karena hari sudah sore. Ia mampir ke super market membeli sekotak coklat untuk Nafisa. Istrinya itu masih seperti gadis kecil, ia terlalu lucu untuk menjadi seorang istri.

Suara mobil masuk ke pekarangan rumah mewah keluarga Bagaskoro. Farhan turun dari mobilnya dan menatap ke pintu masuk tidak mendapati Nafisa yang beberapa hari yang lalu selalu menunggu kepulangannya.

Ia masuk ke dalam rumah. Di atas meja makan sudah tersedia makanan dengan berbagai macam rasa, terlihat nikmat ketika di pandangan apalagi jika di makan. Tapi ia lalu mencari istrinya. Berjalan menuju kamar, ketika ia masuk ke dalam kamar, tak mendapati Nafisa di dalamnya. Berjalan keluar dan mendapati Nafisa sedang berdiri di balkon sambil memandang langit dengan membiarkan rambut panjangnya terurai di terpa angin, dari belakang saja terlihat sangat cantik.

"Fi" panggil Farhan lirih

Nafisa berbalik dan berusaha tersenyum. Walau pun di paksakan, tapi terlihat sangat manis.

"Kamu ngapain di situ?" tanya Farhan lagi

"Kakak baru pulang?" bukannya menjawab malah balik bertanya

"Iya. Kamu kenapa?"

"Gak apa-apa. Kakak mau makan?"

"Boleh. Makan bareng aja, bunda sama ayah mungkin pulangnya besok. Oh ya, ini untukmu" Farhan memberikan sekotak coklat untuk Nafia

"Makasih" jawabnya Nafisa sambil memberikan senyum terpaksanya itu

Makan malam antara Farhan dan Nafisa terlihat biasa saja. Tak ada yang memulai pembicaraan. Masing-masing sibuk dengan pikiran mereka. Hingga bel berbunyi dan membuyarkan fokus mereka.

Nafisa tanpa di suruh langsung melangkah menuju pintu. Walau Farhan hendak memanggil asisten rumah tangga mereka. Ia terkejut ketika melihat wanita di depannya yang tak ia kenal. Tapi sangat cantik. Tak ada cara lain selain mempersilahkan ia masuk.

"Sebentar ya. Saya panggilkan Kak Farhan" ucap Nafisah lirih

"Kamu siapanya Farhan? Aku baru lihat" tanya Mawar penuh selidik tapi dengan intonasi lembut, bersahabat

"Saya" diam sesaat memikirkan sesuatu "Adiknya" jawabnya, lalu berlalu

Di meja makan. Ia menatap Farhan yang masih asyik makan dengan nikmatnya. Ia tak berani menganggu kekyusuan makan Farhan. Tapi, ada orang yang menunggu

"Kak. Ada yang nyari" ucapnya sambil menunduk tak berani menatap Farhan

"Siapa?"

"Gak tahu namanya" jawabnya polos

"Bilang dia tunggu bentar, aku masih mau makan"

"Baik"

Farhan menatap langkah kaki Nafisa seolah berat. Ia menyelesaikan makannya dengan cepat dan berdiri mengikuti Nafisa dari belakang. Dan betapa kagetnya ketika ia mendapati Mawar duduk manis di ruang tamu dan Nafisa yang berdiri sambil menunggu perintah

"Mawar" panggil Farhan lirih

"Ran" Mawar bangkit dari duduknya sambil menampakkan senyum manisnya yang membuat Nafisa agak iri.

"Kamu ngapain ke sini?" Farhan bertanya sambil melirik Nafisa yang melongo melihat keberanian Mawar. Dasar anak kecil. Gumam Farhan

"Aku kangen, pengen ketemu sama kamu" Mawar blak-blakkan.

Farhan lalu terdiam. Sedangkan Nafisa langsung menatap Mawar dengan tatapan tak suka. Ia kemudian mundur teratur meninggalkan suaminya itu dengan orang yang baru menyebut kata kangen pada Farhan

Tak lama ia sudah kembali lagi dengan dua cangkir minuman hangat dan beberapa kue buatannya tadi siang. Ia meletakan isi nampan sambil melirik Farhan yang berusaha menjauh dari Mawar. Hatinya malah sakit melihat suaminya tak menyuruh wanita itu untuk pulang.

"Makasih ya adek ipar" ucap Mawar lirih sambil memberikan senyum terbaik

Farhan makin salah tingkah. Ia menatap Nafisa dengan tatapan iba, tidak setajam seperti biasa. Nafisa berlalu dari ruang tamu, meletakan nampan di atas meja dapur dengan kesal yang bisa di lihat oleh bibi dan berlari masuk ke kamarnya.

Kami! Suami istriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang