BAB 5

4.5K 131 1
                                    

Suasana kampus kembali terasa asing bagi Nafisa. Ia hanya mengikuti ospek pada hari pertama, maka ketika ia sampai di depan prodi. Ia hanya bisa melihat nama-nama yang terpampang di dinding informasi. Namanya, kemudian penasehat akademik, dan kelasnya.

Ia masuk di dalam kelas unggulan. Kelas A dan penasehat akademiknya adalah suaminya sendiri. Ia masuk ke dalam prodi dan langsung menghadap tata usaha untuk menanyakan terkait kartu rencana studi yang harus ia isi.

Seorang wanita cantik yang duduk di balik meja menatapnya bingung. Ia melihat gadis cantik ini mungkin salah jurusan sehingga masuk ke dalam jurusan pertanian.

"Cari apa dek?" tanya ia ramah

"Saya mau ambil KRS bu" jawab Nafisa sopan

"Jurusan pertanian juga ya?"

"Iya bu"

Sang ibu yang bernama Cika itu memberikan apa yang di minta Nafisa. Nafisa lalu keluar dari ruangan TU dan berjalan menuju tempat duduk di bawah pohoh mangga. Mengambil pulpen dari dalam tasnya dan mengisi beberapa mata kuliah yang akan ia kontrak.

Saat sedang seriusnya ia mengisi dan mengaris beberapa mata kuliah di semester atas yang tak perlu ia kontrak. Seorang pria malah duduk di sampingnya dan enak saja tersenyum padanya

"Bingung ya?" tanya ia sok akrab

"Gak" jawab Nafisa datar. Melihat sekilas pada sosok di sampingnya kemudian kembali ke tujuan awalnya

"Oh. Butuh bantuan?" masih menawarkan diri

"Gak" jawabnya masih cuek. Sambil memindahkan diri dari sisi kursi lainnya

Pria itu lalu merasa tak enak karena sikap Nafisa dan ia yang sok berani tampil jadi pahlawan di depan Nafisa. ia kemudian berdiri dan berlalu tanpa permisi. Nafisa bahkan tak meliriknya sama sekali, di dalam hatinya. Tak tahukah kalau aku istri orang.

****

Farhan duduk di tempatnya dengan keadaan gelisah. Ia tak melihat Nafisah hampir sehari ini. Ingin ia menghubunginya tapi tak mau, terlalu memikirkan ego dan perjanjian mereka tentang pernikahan. Maka ia biarkan saja

"Assalamualaikum" sapa Nafisah lirih

Farhan langsung melempar pandangannya pada istri yang sempat membuatnya khawatir. Ingin sekali ia mencerca Nafisa dengan berbagai pertanyaan jika di dalam ruangan itu hanya mereka berdua

"Waalaikumsalam" akhirnya hanya itu yang bisa ia katakan

"Saya mau minta tanda tangan bapak" ucapnya lirih nampak sangat polos

"Oh, mana KRSmu?"

Nafisa memberikan KRSnya pada Farhan yang sesekali meliriknya, sambil menanda tangani KRS yang memiliki lima halaman. Ia menyerahkan KRS itu kembali pada Nafisa dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Nafisa sendiri malah cuek saja

Saat Nafisa keluar dari ruangan dosen. Farhan malah baper sendiri, tak biasanya ia baper dengan sikap seorang perempuan. Ia lalu berpikir, mungkin karena ia sudah menikah. Maka sikapnya jadi berubah

Sedangkan Nafisa, ia kembali menyerahkan KRS pada bu Cika yang menantinya sambil tersenyum. Kemudian ia keluar ruangan dan mencari angkot untuk pulang. Kedatangannya ke kampus tak berbekas sedikit pun.

****

Mawar masih duduk di depan rumahnya sambil terus memainkan ponselnya. Mencoba menghubungi Farhan, tapi orang yang di hubungi tak juga menanggapi panggilannya.

Kami! Suami istriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang