🍁
04.20 a.m
Suara alarm dari ponsel membuat seorang gadis yang itu harus bangun. Tangan Gadis itu meraba ponsel di atas nakas samping ranjangnya kemudian ia Mematikan alarm tersebut.
Lalu gadis tersebut bangun dari ranjangnya untuk menuju kamar mandinya setelah 30 menit menyelesaikan ritual mandinya tak lupa juga ia mengambil air wudhu kini gadis tersebut sudah rapi dengan menggunakan seragam putih abu-abu nya.
Usai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim gadis tersebut menuju meja rias yang terdapat di sudut kamarnya. Mata Sayu nya menatap lurus cermin yang ada di depannya tangannya meraih bedak padat yang berwarna gelap dan segera menaburkan ke wajahnya dan juga memakai kacamata berbingkai hitam besarnya
Nerd? Tepat sekali Iya sudah biasa berpenampilan seperti ini sejak kelas 1 sekolah SMP.
Jam sudah menunjukkan jam 6 tepat, segera gadis tersebut keluar dari kamarnya dan menuju dapur.
"Boleh vina bantu bik?"
"Eh non, ga usah non, bentar lagi juga beres ko" tolak bik dayu halus.
"Yaudah bik vina mau bikin bekal dulu." bik dayu mengangguk an kepalanya yang artinya iya.
Bekal yang setiap hari buat sebenarnya bukan untuk dia namjun diberikan kepada seseorang yang ia kaguminya.
Setelah semua bekal sudah siap. Devina segera memasukan nya kedalam tas miliknya. Devina menuju pantry dan memakan sarapannya sendirian.
"Good morning everybody." sapaan ceria dari alvita
"Pagi sayang." kompak riska dan imanuel.
"Pagi my prince".
Dengan sekuat hati devina mencoba menahan air matanya yang sudah menggenang di pelupuk mata nya agar tidak jatuh."Bik, vina berangkat dulu ya." pamit devina.
Bik dayu mengangguk an kepalanya dan tersenyum hangat. "Iya non hati hati."
Lihat bahkan devina lebih memilih berpamitan dengan bik dayu ketimbang sama keluarganya sendiri.
Devina tidak memperdulikan tatapan dari keluarganya itu, ia langsung saja melangkah ke arah pintu utama rumah nya.
"Dasar anak gak tau diri"." geram riska.
Bik dayu menatap sendu devina yang sudah berjalan menuju pintu rumahnya itu.
Jangan kira devina tidak mendengar ucapan dari mamanya itu justru terdengar jelas sehingga hatinya terasa teriris mendengar ucapan tadi. Air mata nya sudah jatuh tidak bisa lagi untuk dicegah.
Tepat puku tujuh devina kini sudah sampai disekolah nya. Devina berjalan melewati lapangan basket dan terlihat para anggota osis yang twngah sibuk mempersiapkan upacara.
Hari senin pasti akan ada upacara yang pasti akan membuatg para siswi mengeluh karena kepanasan.
Setelah 30 menit upacara. Devina segera menuju kelasnya yang berada di ujung koridor kelas 11 ips.
Setelah meletakkan tasnya di bangku paling belakang, devina memegang erat erat bekal tersebut. Dia menuju ke gerombolan siswa laki laki yang tengah duduk dipinggir lapangan basket.
"Kak- kak dion ini buat kaka". Devina mengulurkan bekalnya dengan tangan gemetar.
Dion berdiri dan meninggal kan devina dan sahabatnya
"Tolong diterima kak". Lirih devina.
Dion menghentikan langkahnya lalu menerima bekal dengan kasar, setelah itu ia melemparkan ke arah sahabat nya. Dengan sigap anjasmara menerima lemparan dari dion.
"Sekali lagi lo ganggu gue, abis lo!!." peringagt dion.
Devina tersenyum tipis dan berbalik menuju kelas nya. Saat sampai dikelasnya ia segera menuju bangku nya karena pelajaran akan dimulai.
"Selamat pagi". Sapa guru yang baru masuk kelasnya.
"Pagi bu".