"Desah?" Tanya Hanbin sembari menjilati leher Jennie membuat empunya mendesah lagi. "Nikmat yah, sayang? Baru di belai kaya gini atau sudah sering?""GILA!! JANGAN SENTUH AKU, BRENGSEK! PRIA TUA, JELEK, MASIH SAJA BELAGU!" Ejek Jennie membuat Hanbin lagi-lagi naik pintam karenanya. Dan... "Ahhh"
Hanbin tersenyum puas saat Jennie mendesah walau hanya menjilat leher dan telinganya saja. "Kelemahanmu terlalu mudah di temukan, sayang" bisik Hanbin.
"Brengsek! Lepasin tolol!" Umpat Jennie membuat Hanbin tertawa terbahak-bahak melihat wajah Gadisnya memerah karena malu atau bisa jadi karena kesal juga mungkin.
Karena tidak tahan tertawa, Hanbin memilih untuk melepas pelukannya dari Jennie. Membiarkan Gadisnya pergi dengan pintu terbanting keras membuatnya kembali terbahak. Tawanya terhenti kala mendengar suara ponselnya yang berdering menggema keseluruh ruangan pribadinya.
"Halo? Ada apa Ayah?"
"Datang ke Restoran milik sahabatmu"
"Untuk?"
"Pertemuan kalian berdua dan penentuan pertunangan"
"Hm. Jam 5 sore baru aku bisa"
"Tenang, nak. Jam 8 malam baru kesananya"
"Baiklah, Ayah. Banyak kerjaan"
Sambungan pun terputus secara sepihak. Pria itu kembali duduk di singgahsana nya, kembali mengingat wajah Gadis kecil dan liciknya itu. Seketika senyum terbit di bibir tebalnya. "Aku akan menikah, rubahku" Gumamnya.
***Sekali sentakan pintu mobil membuat Jinhwan ikut terkejut akan kemarahan dan kekesalan adiknya. "Ada apa datang-datang langsung marah?" Tanya Jinhwan saat melihat raut wajah Adiknya yang terlihat merah.
"Hari ini kenapa sesial ini, Kak?!" Ucap Jennie. Jinhwan terkekeh, ia merapikan anak rambut Adiknya yang terbebas lalu mengacaknya kembali, mendoer bibir manyun Adiknya. "Apasi Kak!"
"Kenapa? Ceritakan padaku" Ucap Jinhwan lalu melajukan mobilnya.
Jennie kembali berpikir, apakah ia menceritakan tentang di ruangan Hanbin tadi? Tidak! Tidak akan. Bisa saja, Kakak mungil dan cantiknya ini langsung melayangkan atau menebarkan pesonanya kepada Guru Tampannya. "Tadi Ayah menghubungiku" Jeda Jennie.
"Lalu?" Tanya Jinhwan.
"Dia menyuruhku datang ke Restoran Kakak untuk bertemu calon suamiku" Jennie terdiam lagi, "Wle! Jijik sumpah! Calon suami? Iueww!" Jinhwan tertawa terbahak hingga mobilnya ikut oleng saat melihat ekspresi jijik Adiknya ketika menyebut calon suami. "Kak, kita bukan kucing yang punya sembilan nyawa!"
Jinhwan menghentikan tawanya dan menstabilkan mobilnya sendiri. "Lalu, kamu mau? Terima apa tidak ini?" Goda Jinhwan.
"Yah, terimalah Kak! Kakak sendiri kemarin yang nyaranin aku buat terimakan?" Ujar Jennie sembari memperbaiki gayanya menghadap ke Jinhwan.
Memang kalau dilihat dari posisinya saat ini, Jinhwan terlihat sangat tampan. Tapi kalau sudah memakai makeup, Kakaknya ini akan seutuhnya menjadi seorang Wanita. Entah, wajahnya mengikuti siapa. Jiyong mungkin? Entahlah. Tapi yang pasti wajah si Bungsu menuruni wajah Ibunya yang tengah menatap mereka dari langit.
"Kak Suhyun mau sama Kakak?" Tanya Jennie tiba-tiba membuat raut wajah Jinhwan berubah mengeras. "Bukannya Kak Suhyun sudah punya Anak?"
Sebuah helaan nafas terdengar sangat berat dan kasar. Laju mobil juga terasa cepat dari biasanya. "Anak itu memang Anak Suhyun. Lebih tepatnya Anak diluar nikahnya, tapi cinta kami tentu akan bersatu suka maupun duka" Ujarnya bijak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Taecher Or My Husband (Jenbin)
Любовные романыMenikahi seorang Pria yang notebene-nya adalah Gurunya sendiri!