"Jennie!" Merasa terpanggil, Jennie menoleh kearah teman sekelasnya yang memang duduk disamping kursinya. "Aku tadi lihat kamu datang bareng Pak Hanbin" Bisiknya.Jennie gelapan dan mengisyaratkan untuk tidak ribut. "Jangan katakan pada siapapun, June" Ucap Jennie. June? Iya, June. Suaminya Author eh- ralat teman sekelasnya Jennie. "Nanti aku jelaskan"
Jangan ditanya lagi, June dan Jennie bisa dibilang di ibaratkan Jinhwan dan Hanbin generasi kedua. Lintah yang selalu lengket. Namun akhir-akhir ini, June selalu sibuk dengan urusan keluarganya dan mengambil libur panjang. Maka dari itu, Jennie selalu kesepian setiap kali merasa kalau dirinya sendiri di belakang tanpa seorang June. Tapi saat ini, June kembali dan yang lebih mengejutkannya lagi. Pria ini bertambah segar dengan wajah tampannya.
Bel pun berbunyi. June langsung melompat ke kursi sebelah Jennie membuat Hanbin yang tengah merapikan buku menatap June tidak suka. "Aku tagih penjelasan" Ucap June tanpa menyadari tatapan laser dari Calon Suami Gadis yang ia temani berbicara itu.
Jennie melirik Hanbin yang memang sengaja berlama-lama menyusun buku. Senyum merekah di bibirnya, berinisiaf untuk melakukan hal yang pernah ia rasakan saat Hanbin bersama Lisa. "June, kamu tidak sadar dengan tatapan Pak Hanbin? Dia sangat ingin membunuhmu" June pun beralih menatap Hanbin lalu kembali menatap Jennie seolah tidak terjadi apa-apa.
"Terus?"
"Kamu ingat, aku pernah bilang kalau Ayahku menjodohkan aku dengan teman Kak Jinhwan?" Tanya Jennie, June mengangguk meng-iyakan.
"Calon suamiku adalah Pak Hanbin" Bisik Jennie membuat mata June membulat. Seketika tubuh tinggi itu berdiri, menatap Hanbin lancang. "June... Jangan macam-macam, sialan!" desis Jennie sembari menggoyangkan tangan June.
"Pak Hanbin, saya perlu bicara dengan anda" Ucap June membuat Jennie menepuk keningnya. Tentu saja, Lain dengan Hanbin yang malah tersenyum sinis.
"Saya juga menantikannya, datang keruangan saya. Dan Jennie, datang juga"
***Di ruangan kedap suara. Yang selalu dipakai untuk tempat berduaan Jennie dan Hanbin. Hening dan tidak ada suara selain suara ketikan dari laptop Hanbin. Memang sih, Hanbin tidak melakukan apa-apa dilaptopnya melainkan hanya menatap foto-foto keluarganya.
"Ekhhmm!" Jennie berdehem saat melihat jam tangannya yang sebentar lagi akan jam masuk pelajaran. Kedua pria itu pun kemudian memperbaiki gaya duduk mereka, seperti Hanbin yang menutup laptopnya lalu memperbaiki meja. Dan June yang tadinya hampir terserang kantuk langsung terjaga kembali. "10 menit lagi bel istirahat bunyi" Cuma mau mengingatkan.
"Anda kenapa mau menikahi, Jennie?" Tanya June dengan mata memicing. Lain dengan Hanbin yang menatap kedua Muridnya dengan tatapan tajam.
"Apa urusannya denganmu?" Tanya Hanbin balik membuat June menghembuskan nafas terakhir ehh ralat--- nafas kasar maksud Author.
"Dia sahabatku jadi segala urusannya adalah urusanku juga, Pak Kim Hanbin" June menegaskan kata 'Sahabat' membuat kepalan tangan Hanbin mengerat. "Jadi saya mau anda tidak menyentuh Jennie sampai dia lulus dan cukup umur untuk melakukan hubungan intim dengan anda"
"Saya adalah Calon Suaminya. Jadi tidak usah memberitahu saya apa pun dan menyarankan saya dengan hal tidak penting"
"Saya Sahabatnya Pak Hanbin. Saya lebih dulu bertemu dengan Jennie, ingat dan catat lebih dulu bertemu. Jadi anda jangan sok-sok-an menjaga Jennie karena saya lebih baik daripada Anda!"
"Jaga nada bicaramu Koo June"
Mereka saling bertatapan. Melempar tatapan yang sulit di artikan. Jennie yang merasa suasana semakin menegang langsung menggebrak meja membuat kedua insan itu tentu tersentak namun sok cool. "Sudahlah June Pak Hanbin. Aku tidak mau kalau kalian bertengker seperti ini karena aku. Aku gerah!" Ungakp Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Taecher Or My Husband (Jenbin)
RomanceMenikahi seorang Pria yang notebene-nya adalah Gurunya sendiri!