Author bakal Up tiap hari kalau lagi Mood bikin cerita, tapi kalo gak Up tiap hari, author pasti bakap Up 2 hari setelahnya. Disini Author bakal Up tiap hari sampe Chap ke 10. Mungkin. Jadi Happy-Happy aja yah!
.
.
.
.
.
Di hari yang indah dan kabar yang membahagiakan untuk kedua keluarga tersebut. Hanbin yang sejak tadi hanya terdiam mendengarkan Keluarganya dan Jennie, sedangkan Jennie memilih untuk terus menyela atau menolak setiap nama hari yang di tentukan untuk pernikahannya. Dengan berkata, Tidak itu sangat cepat! Membuat pihak Hanbin terlihat kewalahan mencari hari yang baik."Baiklah, kita akan melakukan pernikahan minggu depan dan tidak ada penolakan!" Tegas Jiyong sembari menatap Jennie yang terlihat dari sorot mata sedang menolak. "Dan kamu Jennie, jangan menolak! Ini kebaikan kita juga!"
Lagi-lagi, mata kucing indah itu kembali berkaca-kaca. Ini kali kedua Jennie di bentak, dan kali pertama dibentak saat Jinhwan tidak ada. "Kakak mana?" Tanya Jennie membuat semua orang bingung.
"Kenapa kamu cari Jinhwan?"
"Aku mau dia, aku mau dia temani aku tidur dikamar sebentar!" Ucap Jennie dengan isakan kecil dan imut yang dikeluarkannya membuat keluarga Hanbin tersenyum karena gemas. "Ayah, Pak Hanbin, hubungi Kakak yah, please"
Hanbin tersenyum, ia berpindah posisi menjadi duduk didekat Jennie. Di elusnya surai kecokelatan itu lalu mengecupnya pelan. "Jay lagi di bar" Bisik Hanbin membuat Jennie mendongak menatap manik mata Calon Suaminya. Sangat dekat bahkan tanpa disadari airmata Jennie kembali jatuh membasahi. "Hei! Jangan menangis! Kamu mengantuk? Ayo tidur! Aku akan menemani mu sampai kamu tertidur!"
"Tapi nanti Pak Hanbin bertindak jauh" Nafas Hanbin tercekat saat Jennie berkata, tapi untungnya, tuhan berpihak padanya saat suara teriakan dari arah pintu membuat suara Jennie mengecil.
"HAI!" Jinhwan si mungil dan imut itu datang dengan wajah sumringah namun mata sembab.
Jennie yang melihatnya langsung tersenyum dan berlari kencang kearah Kakaknya. Dipeluknya erat hingga Jinhwan sempat mundur kebelakang. "Hei hei, kamu kenapa baby?" tanya Jinhwan sembari menepuk-nepuk belakang Jennie. "Jane?" Tak ada jawaban, pelukan gadis itu kian melemah membuat Jinhwan reflek menarik tubuh adiknya. "JANE!"
Mendengar teriakan Jinhwan dan melihat tubuh Jennie yang terlihat kaku terhuyung kalau saja bukan Jinhwan yang memegangnya. Hanbin langsung melompat dan menghampiri keduanya. Melihat Jennie dengan wajah cantiknya yang terlihat pucat. "Jane! Jane bangun!! Jangan bercanda sama Saya Jane!!" Hanbin terus menerus menepuk pipi gembul Jennie.
Jinhwan merogoh saku sweater Jennie, saat merasa sesuatu ada didalamnya. "Sialan!!" dengan sekali lemparan jauh mampu membuat botol berisi obat-obatan itu terjatuh dan berhambur membuat Hanbin bingung dan penasaran.
"Itu apa Jay?" Tanya Hanbin sembari menunjuk ke arah obat tersebut.
"Itu obat tidur! Dan Jennie alergi dengan Obat Itu!!!" Suara teriakan dimana-mana. Jiyong sudah menghubungi dokter kepercayaan keluarga mereka untuk datang. Seluruh nama hewan di sebutkan oleh sang Ayah dari Gadis yang pingsan itu.
Datanglah asisten rumah yang mengurus serta merapikan barang dirumah ini. Dan juga, pengurus dimana obat-obatan yang pernah Jennie pakai dulu di sembunyikan. Jiyong menatap murka pelayan tersebut, "DARI MANA ANAK SAYA MENDAPAT OBAT ITU LAGI?!!!" Suara Jiyong menggema membuat seluruh pelayan yang berkumpul bergetar hebat. "KATAKAN!!!"
"S-saya tidak tahu, gudangnya j-juga terkunci, Pak!"
Jiyong yang memang tak mungkin percaya begitu saja, langsung melangkah ke gudang tersebut. Di bukanya lalu di tutupi kembali dengan bantingan keras membuat pelayan semakin gemetar. "ITU YANG KAMU BILANG TERKUNCI?! KENAPA KALIAN SECEROBOH INI!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Taecher Or My Husband (Jenbin)
Storie d'amoreMenikahi seorang Pria yang notebene-nya adalah Gurunya sendiri!