Pagi sekali, ketika matahari baru nampak sebagian namun sinar berwarna jingga ke kuningannya mampu berbaur dengan birunya langit serta kicauan burung-burung yang saling terdengar bersahutan seakan ikut menyambut pagi pada hari ini. Tak mau tertinggal, kini Alfris juga ikut menyambut paginya dengan senyum yang tercetak sempurna di bibirnya.
Bahkan, saat ini ia sudah berhadapan dengan cermin sambil memegang sisir. Setelah dirasa cukup memberikan beberapa sentuhan pada rambutnya, lalu Alfris melinting lengan kemeja hitam yang dikenakannya dan mengambil botol parfum dari brand ternama yang berdiri tegak di sudut permukaan laci.
Alfris mengeluarkan mobilnya dari pekarangan rumah. Tujuan selanjutnya adalah toko bunga. Sebagai tanda terima kasihnya pada Alsya, cowok itu berniat untuk membeli bunga. Meski ia tidak tahu Alsya menyukai bunga atau tidak.
“Gue beli bunga apa ya?” tanya Alfris ketika dirinya memegang setir kemudi, siap melaju.
“Gak mungkin gue asal-asalan beli. Lagian apaan coba setiap bunga pake ada artinya segala,” ujar Alfris lalu terbesit pada otaknya untuk bertanya mengenai hal ini pada Araden.
Buru-buru Alfris mengeluarkan ponselnya, mengirimi temannya pesan.
Alfris Thazaka: den
Dua menit berlalu tetapi tidak kunjung ada balasan yang terlampir.
Alfris Thazaka: woi bangsat
Alfris Thazaka: den
Alfris Thazaka: si setan
Alfris Thazaka: bales dulu penting
Alfris Thazaka: sampe chat gue ga lo bales, bukan temen gue lagi lo
Araden ganteng nan lugu: notif lo ganggu anj
Araden ganteng nan lugu: orang lagi enak tidur juga, paan?
Alfris Thazaka: biasanya cewek suka bunga apa?
Araden ganteng nan lugu: kalo gue tau pertanyaannya kaga penting gini gakan gue bales
Araden ganteng nan lugu: gada bunga-bungaan cewek sukanya duit
Alfris menyerngit, bukan. Bukan karena jawaban yang Araden berikan. Melainkan gara-gara nama kontak yang ternyata tiba-tiba sudah berubah padahal Alfris sendiri tidak merasa menggantinya. Jika sudah seperti ini Alfris tahu siapa yang menggantinya. Sepertinya besok-besok Alfris harus mengganti kode sandi pada ponselnya dengan yang lebih rumit lagi agar Araden tidak bisa seenaknya membuka dan mengutak-atik ponsel miliknya. Apalagi sampai mengubah nama kontak yang bertolak belakang dengan kelakukan aslinya.
Alfris Thazaka: anak anjing
Alfris Thazaka: males gue sama lo
Araden ganteng nan lugu: mawar aja si yang umum, ribet amat idup lo
Araden ganteng nan lugu: cantik namun berduri kyaa mantep ga? mantep ga?
Araden ganteng nan lugu: manteplah masa engga
Alfris Thazaka: emg kaga
Araden ganteng nan lugu: tolol
Alfris menyimpan ponselnya kembali pada dashboard mobil. Lalu mulai menjalankan mobilnya ke tempat tujuan pertama yaitu, toko bunga.
“Kayaknya enak nih kalau jemur badan jam segini,” ujar Alisya seraya meregangkan tubuhnya.
“Tinggal jemur apa susahnya?” respon Alsya jutek. Cewek itu sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Microscolove
Genç KurguDirgan Salya Baskara. Murid jenius, penyumbang piala terbanyak kesayangan guru-guru. Secara fisik, cowok itu nyaris mendekati sempurna. Kekurangannya hanya terletak pada cara Dirgan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Alsya Allegra. Hanya...