Chapter 22.

4.2K 244 190
                                    

Chapter 22

Author POV.

Setelah kejadian tadi alfian langsung pulang dan masuk ke kamar. Mengurung diri di kamar berfikir apa yg barusan terjadi. Semuanya terasa menyakitkan buat alfian. Ayah yg selama ini dia rindukan tak tau keberadaan nya dr kecil hingga besar dan tiba tiba datang maah menyakitkan hatinya. Bukan hanya menyakitkan tp dia menghancurkan hatinya. Alfian hanya bisa menangis dikamar seorang diri.

Mama, clarisa dan siska bingung apa yg terjadi dengan alfian. Tiba tiba pulang seorang diri sambil menangis dan masuk ke kamar tanpa salam tanpa sapa. Tak biasanya alfian seperti ini. Mereka bertiga heran.
Sampai bagas dan leon mengetuk pintu.

Siska langsung membukakan pintu mempersilahkan leon masuk.

"Alfian ada di rumah mah?" Tanya leon. Lalu mereka duduk di ruang keluarga.

"Alfian tadi pulang nangis-nangis dan langsung masuk ke kamar."

"Alfian kenapa gas, leon. Kalian pasti tau" kata ibunya alfian khawatir.

"Tadi kami bertemu ayah." Kata bagas yg berhasil membuat semuanya terdiam.

"Dan yg lebih parahnya lagi ayah menghina fian dan yg meneror fian oun dia dan anaknya. Sepertinya leon kenal dengan perempuan yg bersama si brengsek itu" lanjut bagas dan ibunya yg mendengarnya pun menahan tangis.

"Iya aku kenal dia maudy dan ayahnya om bagus. Dan maudy itu...... Mantanku" kata Leon

"Tak cukup kah dia membuat kita sengsara dahulu. Sekarang dia datang menghina anak ku. Aku tak akan tinggal diam kali ini, dia harus tanggung akibat dari perbuatannya kali ini" kata ibu yg kesal bercampur sedih.

Semua terdiam apalagi Clarisa dan Bagas mereka tak pernah melihat sang ibu seperti ini. Yg mereka tahu sang ibu adalah wanita baik, sabar, penyayang, pekerjaan keras, dan tangguh.  Tapi sekarang sang ibu yg dihadapan mereka seperti bukan ibu yg mereka kenal. Ya karna setiap kesabaran ada batasnya. Lestari sudah cukup sabar sekarang dia tak akan tinggal diam salah satu anaknya di hina.

**********************************

Tok.. Tok... Tok

"Alfian apa kau di dalam, apa aku boleh masuk?" Kata leon sembari mengetuk pintu. Dan tak ada jawaban dari dalam. Leon tetap menunggu di depan pintu kamar alfian.

Semenit, dua menit, sampai lima belas menit. Tiba tiba terdengar suara barang jatuh. Leon langsung berdiri dan mengetuk pintu itu lagi..

"Alfian!. Sayaang buka pintunya kenapa kau kunci." Lagi lagi tak ada jawaban. Leon yg panik akhirnya memutuskan untuk mendobrak pintu dengan paksa.

BUGH.

Ahirnya pintu dapat terbuka. Dan betapa kagetnya leon mendapati alfian dengan leher terikat tali yg terikat di langit langit kamar. Alfian sedang kesusahan nafas. Kakinya meronta-ronta. Dan di bawahnya terdapat bangku yg terjatuh. Ya sepertinya alfian berniat untuk bunuh diri.

Leon kaget dan panik dia langsung menghampiri alfian mambenarkan posisi bangku dan melepaskan ikatan tali yg berada di leher alfian. Leon memeluk alfian akan tetapi yg di peluk sudah tak sadarkan diri.

Leon menangis tak kuat menahan air matanya. Dia terlambat. Alfian terluka dia tak ada di sisinya. Dia menyesal. Lalu datang clarissa.

"Ada apa ini...  ALFIAAAANN!!!. MAMAAA... KA BAGAAAAASSSS!!" Clarissa berteriak memanggil ibu dan kknya mereka berdua datang. ibu dan Clarissa langsung menghampiri alfian sambil menangis.

"ALFIAAAAN BANGUN NAAKK. mama sayang kamuu kakak-kakak mu jugaa. Alfiaaaan bangun" Kata lestari yg menggoyang-goyangkan tubuh alfian.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Gimana dok keadaan anak saya" "gimana dok keadaan alfian" kata lestari dan Leon berbarengan.

"Pasien belum sadar sepertinya dia kekurangan oksigen akibat cekikan tali di lehernya untung dia cepat diselamatkan dan langsung dibawa kesini, kalau tidak mungkin sesuatu yg buruk akan terjadi." Kata sang dokter.

Pagi harinya alfian tersadar dan membuka matanya dia mengira sekarang ada di surga ternyata dia berada di rumah sakit. Dia merasa berat pada tangan kanannya. Dan ternyata Leon sedang tdr dan menjadikan telapak tangan alfian sebagai bantalan. Terasa basah tangan alfian. Ya itu dikarenakan air mata leon.

Alfian bergerak dan leon langsung tersadar dari tidurnya. Leon menatap alfian dengan lekat. Alfian melihat wajah lelah disana. Sontak leon langsung mendekati wajah alfian dan mencium pipi sang kekasih.

"Syukurlah kau sudah sadar. Aku mencemaskan mu." Kata leon dan alfian hanya terdiam. Lalu seseorang yg tidur si sofa terbngun. Ibunya alfian terbangun dan menghampiri Alfian.

"Kau sudah sadar nak. Syukurlah ibu. Kakak-kakak mu dan teman-teman mu semua menghawatirkan mu sayang" kata sang ibu dam alfian tetap terdiam

Tiba tiba air mata jatuh dr mata alfian. Dia menangis. Bahkan sampai terisak. Sang ibu dan leon menatapnya.

"Untuk apa aku hidup maa. Aku tak dianggap, bahkan ayahku membuangku. Dia tak mau menganggap ku. Menghina ku. Apa aku anak yg tak di harapkan? Apa aku pembawa sial? Sampai sebegitu bencinya ayah kepadaku. Apa salahku... Apa salahku mah!!. Lebih baik aku mati aku ingin bertemu tuhan dan memarahinya. Untuk apa aku diciptakan.... Aku hanya anak yg tak di inginkan. Alu benci diriku sendiri." Kata alfian yg menangis terisak, Begitupun sang ibu.

"Kamu salah alfian kamu salah. Kamu bukan anak yg tidak diharapkan. Ibu sangat mengharapkan mu. Ibu bangga mempunyai anak seperti mu, ka Clarissa, dan ka Bagas. Ibu sangat bangga. Kalian anak ibu tak ada pembeda kasih sayang semua sama. Memang ayahmu lah yg salah dia telah mensia-siakan kita dan ibu tak akan tinggal diam. Dan kamu harus berjanji tidak akan berbuat seperti ini lagi" kata sang ibu.

Alfian dan ibunya menangis dalam pelukan hangat. Leon yg berada di situ hanya dapat berdiam terpaku menyaksikan adegan ibu dan anak yg mengharukan itu.

Sampai sesuatu di saku Leon bergerak dan terdapat bunyi dering. Itu adalah bunyi handphone Leon yg berdering. Ada panggilan masuk terlihat nama orang yg menelphon adalah Arya.

"Apa perusahaan kita collapse" kata leon

.

.

.

.

.

.

. Bersambung.....

Saya mau minta maaf kalo ga dapet feelnya karena saya ga jago bikin cerita sedih  dan tata bahasa banyak yg ga pas mohon maklumlah

Dah itu aja trimakasih ❣️❣️ love you

DRIVER TAMPAN (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang