Kok bisa nikah? Gimana?

6K 582 176
                                    


Biasanya orang yang habis nikah itu pasti identik sama mesra-mesraan, semacam dunia milik berdua yang lainnya ngontrak. Tapi beda sama keluarga bau kencur yang baru lahir kemarin malam ini, dibilang romantis enggak dibilang canggung juga mereka biasa aja.

Lah kok bisa? Kan udah nikah, kok nggak ada romantis-romantisnya? Apa jangan-jangan nikahnya di jodohin ya? Kalo ditanyain begitu, pasangan suami istri ini pasti membenarkan.

Jadi, sebelum kita pantau bagiamana kehidupan pernikahan mereka, mari kita baca dulu kronologi kejadian dari awal mereka kenal sampai bisa nikah kayak sekarang.

Jadi, Gibran ini anak orang kaya yang doyan luntang lantung kayak gembel dengan alasan gak mau ngerepotin orang tua. Semenjak kuliah, Gibran udah pisah rumah sama orang tuanya dan nge-kos di dekat kampusnya dia. Uang kuliah pun Gibran bayar sendiri dari hasil kerja di kafetaria sebelah kampus, kalau lagi bener-bener butuh uang baru dia minta Bundanya. Keren ya? Enggak sih, biasa aja.

Nah, lulus kuliah dia ngelamar kerja di perusahaan Bapaknya yang memang kebetulan cocok sama bidang yang Gibran kuasai. Jelas Gibran keterima dengan ataupun tanpa tes, tapi itu rahasia Bapak ya, jangan kasih tahu Gibran kalo Bapaknya yang lolosin dia. Gibran kerja di bagian kreatif di perusahaan iklan Bapaknya, yang dulunya dia jadi copywriter sekarang sudah naik jabatan jadi kepala tim kreatif.

Singkatnya, pada suatu malam Bapak sama Bundanya ngajak Gibran makan malam dengan kedok urusan bisnis sama kolega orang tuanya. Gibran ya mau aja, hitung-hitung uang jajannya bisa hemat.

Gak taunya ternyata itu salah satu cara orang tuanya buat jodohin dia yang sudah 26 tahun menggelepar jadi single ganteng idaman tapi gak doyan jajan wedokan. Walaupun tiap malam tisu, headset, juga kuota harus tersedia sebagai pegangan.

Disitu yang katanya kolega Bapaknya datang sekeluarga udah kayak seserahan, ada suami, istri, dan juga anak yang gak asing di mata Gibran. Lah gimana gak kenal, wong itu anak buahnya.

"Loh, Pak Gibran kok disini?," Itu anak buahnya yang paling lempeng mukanya negur dia, Gibran yang lagi makan nasi pecel versi restoran mahal itu langsung noleh, gak langsung senyum karena takut kalau ada cabe nyangkut di gigi.

"Ginan sama Mas Gibran udah kenal, toh? Kok ndak bilang?," Perempuan yang sekiranya gak jauh beda sama Bunda Gibran sedikit terkejut karena ternyata anaknya kenal sama Gibran. Ya sebenarnya orang tua Gibran sama Ginan sama-sama kaget ternyata anak-anaknya udah saling kenal. Kalau gini kan enak.

"Ibuk juga nggak bilang kalo mau ketemu Pak Gibran, bapak-bapak ini atasan Ginan," Ginan duduk di kursi yang berhadapan sama Gibran, nggak canggung sama sekali karena mereka sering ketemu, tiap hari malah apalagi mereka ini satu tim. Tapi emang Ginan ini masih karyawan baru, jadi bisa dibilang juniornya Gibran.

"Jangan bapak-bapak dong, saya belum nikah," Gibran emang risih kalau di panggil Bapak, kesannya dia itu tua banget. Padahal keriput pun dia belum punya, masing kenceng. Masih kuat.

"Ya udah, nikah cepetan. Mumpung ada Ginan ini," Bunda nya ngomong santai, Gibran yang denger usul Bundanya nggak kalah santai. Dua keluarga yang lagi duduk satu meja bundar inipun reaksinya sama, santai banget. Ini bahas nikahan apa bahas bikin bakwan?

"Kamu mau nikah sama Mas Gibran dek?," Bapak Ginan yang dari awal udah setuju-setuju aja anaknya nikah, masih punya hati buat nanyain pendapat anak semata wayangnya.

"Mau dong dek, Bunda kasian sama Gibran udah kayak gembel kemana-mana sendirian," Bundanya Gibran coba bujuk Ginan, takut kalau anaknya ditolak. Masa si ganteng ditolak, kan gak elit.

"Bunda ini nawarin Gibran udah kayak barang bekas aja," Gibran jelas kesal dong, seharusnya Bunda nya itu bangga-banggain dia didepan Ginan biar citranya bagus gitu, ini malah disamain sama gembel. Ya mendingan gembel.

"Ginan tergantung Pak Gibran aja," Ginan pegangin perutnya, sebenarnya dia lapar. Baru datang bukannya dikasih makan malah udah bahas nikahan. Mau minta makan takut dikira gak sopan, ya udah tahan aja dulu. Paling nanti pingsan doang.

"Saya mah iya-iya aja, kamunya gimana?," Gibran ngeliatin Ginan yang dari tadi pegangin perut, di kepalanya mikir ini Ginan mules apa gimana?

"Ya udah iya," Ginan langsung setuju, soalnya dia tahu kalo ikut-ikutan kayak drama-drama di tv yang sok-sokan nolak terus jual mahal pasti bakalan lama. Dia udah kepalang laper. Yang penting perut terisi dulu, masalah nikah atau apalah itu mah sudah bukan urusan dia.

Setelah negoisasi pernikahan yang kesannya kayak mau janjian kencan itu berjalan lancar, gak ada aksi gebrak meja atau kejar-kejaran kayak yang ada di sinetron, Gibran dan Ginan akhirnya nikah setelah 3 bulan proses pengenalan. Pengenalan disini bukan pacaran, ya cuma sekedar pendalaman sifat masing-masing supaya nanti waktu sudah sah gak kaget. Sebenarnya Bunda Gibran usul buat mereka pacaran dulu, tapi Gibran nolak dengan alasan kurang lebih begini.

"Gak, aku gak mau pacaran. Kalo nikah ya nikah aja, pacarannya nanti kalo udah sah. Gibran gak mau ngotorin anak orang,"

Ginan? Dia oke-oke aja, lagian dia gak punya bakat buat pacaran.

Sedikitnya begitu lah proses awal mereka sampai sekarang bisa jadi pasangan hidup. Gampang kan? Gampang banget malah, dan kesannya kayak main-main. Nah kalau kayak gitu, mereka saling cinta? Nggak ada yang tau jawabannya, baik Gibran atau Ginan juga gak tau gimana jelasnya. Mereka berdua lagi dalam proses mencari tahu, mereka ini beneran main-main apa enggak? Ya kan kalau main-main nanti tinggal cerai. Apa susahnya?

Nah, contoh mencari tahunya mereka ya seperti pagi ini. Dihari pertama mereka menjadi pasangan sah.

"Dek, kamu mau honeymoon kemana?," Gibran yang lagi minum kopi di meja makan sekaligus nungguin Ginan yang lagi bikin sarapan nanyain rencana honeymoon mereka.

"Mas lagi gak repot gitu? Bukannya di kantor banyak kerjaan?," Bukannya jawab, Ginan balik nanya. Dia yang gak tau lagi masak apa itu membelakangi Gibran.

"Repot sih, ngejar deadline apalagi lusa ada klien baru,"

"Ya udah kapan-kapan aja, aku juga repot. Banyak laporan yang masih harus direvisi, mungkin hari ini aku gak jadi libur," Ginan balik badan, ditangannya bawa satu piring yang isinya roti sandwich ala kadar yang paling bisa dia buat. Roti sandwich isi telor mata sapi dengan selai kacang. Gak tau dapat resep darimana, tapi Ginan bilang itu makanan hemat kesukaannya.

"Sarapan apa, dek?," Gibran yang emang laper ngeliat ada makanan langsung semangat, tapi waktu tau di piring cuma ada dua roti bikin semangat Gibran luntur.

"Sandwich isi telor mata sapi sama selai kacang," Ginan duduk didepan Gibran, senyum tipis karena bangga sama buatan dia yang hari ini lumayan rapi karena kuning telur yang dia goreng gak berantakan.

"Kok sandwich? Nasi pecel nggak ada?,"

"Lah ini juga pecel, tapi rasa barat. Ada selai kacangnya kan?,"

"Nggak gitu dek,"








A.n :

Kalian nyaman gak sih tulisannya model begini? Gak baku kayak aku yang biasanya?
Ya aku mau coba santai, biar penyampaian nya itu beneran sampe ke kalian karena memang disini aku gak mau yang serius-serius banget. Ringan gituloh, tapi kalo misal kalian nggak terbiasa dengan narasi modelan begini nanti aku ganti :')

Ini juga pertama kali aku bikin gak baku gini, hehehe :")

Sama satu lagi, kalo di Twice, kapel nya mas Jinyoung siapa ya? Nayeon iya ngga?

Udah gitu, aja semoga kalian nyaman deh dengan tulisan seperti ini, KOREKSI AKU KALAU ADA KESALAHAN :')

See yaaa.... ❤❤❤

[8]Mas Gibran & Dek Ginan - Park Jinyoung x Seo Changbin | Marriage Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang