Gibran marah

2.8K 337 127
                                    


Keadaan kantor kali ini beneran mencekam, bukan karena kehadiran tuyul imut si Adit atau karena berita Ginan mendadak gak bisa jalan, melainkan karena aura salah satu manusia paling gak pernah marah di kantor sekarang raut mukanya kusut, lebih kusut dari ketiak Lucas.

Pasalnya pagi-pagi waktu suasana kantor masih segar-segar nya tiba-tiba ada berita yang katanya salah satu klien batalin kontrak. Gibran yang tanganin klien tersebut terang kaget, kenapa tiba-tiba ada pembatalan kontrak tanpa pemberitahuan sebelumnya, alasan juga gak masuk akal menurut Gibran. Terlebih rekannya yang dari divisi lain malah banding-bandingin hasil kerja dia sama Yoga, siapa yang nggak pundung?

"No!!, Kan gue udah bilang ini naskahnya masih kacau, gimana klien mau puas kalo gini?!! Ganti-ganti!,", Gibran lempar proposal ke lantai tepat disebelah kaki Jeno yang berdiri di depan dia sambil mainin jari, Jeno sendiri gak berani celometan kalo Gibran udah mode iblis kayak sekarang.

Ginan sendiripun takut sendiri liat Gibran yang bisa dibilang jarang marah itu jadi emosian begini, tapi kasian sama rekannya yang jadi lampiasan rasa kesal Gibran. Ditangannya sekarang ada naskah yang baru selesai dia perbaikin, mau dikasih ke Gibran tapi takut kena amukan.

Yaudah, bismillah semoga habis ini Ginan masih bernyawa.

Ginan jalan ke arah meja Gibran, suaminya itu lagi buka tutup berkas sekalian ngoreksi laporan yang lain.

"Mas ini,", katanya sambil kasih proposalnya ke Gibran, Gibran dongak sambil benerin kacamatanya sambil liatin Ginan. Ngangguk bentar bikin Ginan meringis, padahal biasanya Gibran senyum gitu ke Ginan walaupun cuma senyum tipis.

"Ini udah bener, kamu kasih ke Zaki. Biar nanti dia bawa ke klien," kata Gibran balikin naskah yang Ginan tulis, Ginan cuma ngangguk pelan sambil ngucap syukur karena Gibran gak marah ke dia.

"Iya mas," jawab Ginan terus ke mejanya Zaki buat kasih naskah, Zaki terima dengan baik naskah yang dibawa Ginan sambil kasih senyum dikit, kasian lihat Ginan ikutan di cuekin. "Makasih ya, Nan," Ginan ngangguk.

Waktu mau balik ke mejanya dan duduk, tiba-tiba suara Yoga bikin suasana sekitar hening. "Dek, temenin mas temuin klien yuk, sekalian ngasih surat kontrak. Galang lagi repot," kata Yoga sambil ambil kunci mobilnya di laci.

"Kalo gitu sekalian anterin Ginan kerumahnya mbak Tia Tallen nggak? Mau nanyain kapan bisa syuting iklan, tadi dimintain tolong sama Mbak Sinta" Yoga ngangguk gak masalah, jangan lupain senyum gantengnya yang bikin adem pikiran juga hati. Tapi bukan senyum itu yang bikin suasana hening, melainkan tatapan menusuk dari meja pojok di arah lain.

Sadar sama keselamatan atasannya yang terancam, Lucas mau jadi penengah tapi takut. "Mas Yoga, sama gue aja. Lagi free ini gue, hehehe," kata Lucas bikin dahi Yoga mengkerut, padahal biasanya Lucas paling malas diajak Yoga kecuali kalo ditraktir makan.

"Nggak usah Cas, sekalian nganterin Ginan juga," Lucas garuk-garuk kepala, ini kenapa Yoga nggak peka banget. Jeno, Zaki, sama Kinar udah ketar-ketir di tempat. Merasakan aura-aura nggak enak disekitar mereka.

"Iya Cas, biar sekalian akunya," ini Ginan juga malah ikut-ikutan gak sadar keadaan, hancur ini hancur.

"Lo nggak bisa gitu pergi bareng Kinar, apa Lucas ? Ngapa harus Ginan?," Yoga sama Ginan yang tadinya udah siap-siap mau pergi dihentikan sama suara mengintimidasi dari Gibran.

Yoga noleh, "Kinar sibuk, lagian gue kan sekalian nganterin Ginan daripada dia pergi sendirian pake gojek,"

"Ya tapi kenapa Ginan mulu? Kan lo tau Ginan itu anak buah gue, bukan anak buah lo lagi! Kalo mau pergi nemuin klien sendiri aja sana, Ginan bisa dianterin Zaki," Ginan natap Gibran heran, sejak kapan Gibran jadi nggak se-profesional ini.

"Mas Zaki sibuk, Mas. Lagian Ginan juga gak apa-apa," Ginan nggak bermaksud buat belain Yoga, toh dia juga gak keberatan diajak Yoga.

"Oh, jadi kamu suka gitu berduaan sama dia? Yaudah, silahkan," Ginan kerutin dahi, ini Gibran kenapa tiba-tiba gini sih?

"Mas nggak gitu, jangan kayak gini. Nggak enak diliatin sama orang ," Gibran keliatan geleng kepala, pertanda dia gak setuju sama kalimat Ginan. "Kamu pikir pantes orang yang udah nikah jalan sama orang lain selain pasangannya? Bagus banget!,"

"Kok lu mikirnya gitu sih, Gib. Gue bahkan gak pernah kepikiran sampe kesana," Zaki yang daritadi cuma bisa perhatiin geleng kepala pasrah, suasana makin runyam.

"Udah deh Gib, kamu profesional dong," Kinan yang juga daritadi diam ikut campur, ya kalo nggak gitu perang saraf ini nggak bakalan selesai.

"Iya Gib---Drrrrtt Drrtt," Zaki yang punya keberanian buat ngomong gara-gara Kinar mau ikutan melerai, tapi terpotong gara-gara ponselnya di meja bergetar. Segera dia angkat itu panggilan masuk.

"Halo,, iya?,"

"..."

"Iya bener, tapi Mbak Sinta nya lagi izin. Kenapa ya?,"

"..."

"Loh, kok gitu?! Eh-eh!! Mbak-mba...k,"

"Lah dimatiin,"  Zaki natap horor layar ponselnya itu, bikin seluruh atensi rekannya tertuju ke dia.

"Kenapa mas?," Tanya Jeno, penasaran sama raut muka Zaki yang kaget sekaligus takut itu.

"Ini, managernya Tia Tallen bilang mau batalin kontrak. Katanya artisnya punya jadwal padat," Kata Zaki yang bikin semua kaget termasuk Gibran, dia langsung arahin tatapan tajamnya ke Ginan.

"Liat! Ada yang batalin kontrak lagi?! Ginan! Kerja kamu gak becus gini?!! Mau cari model dimana sekarang?!," Ginan diem, emang daritadi dia ngapain kok tiba-tiba disalahin.

"Loh Mas, kok Ginan? Ini kan tugasnya Mbak Sinta, Ginan cuma dimintain tolong doang,", Ginan itu walau cenderung diem dan kadangkala polos banget, dia gak mungkin tetap gak ngapa-ngapain kalo dituduh kayak sekarang. Ginan juga coba buat nggak kepancing amarahnya, dia nggak mau meledak di tempat yang gak tepat.

"Ya harusnya kamu bisa amanah dong! Ini juga jadi tanggung jawab kamu, saya gak mau tau kamu harus cari model baru sekarang! Atau kamu bakalan saya pecat! copywriter yang lebih baik dari kamu banyak!," Ginan makin gak bisa ngomong apapun waktu Gibran panggil dia 'kamu' dan panggil dirinya sendiri 'saya'. Padahal selama kenal sama Gibran, belum pernah Gibran panggil dia kayak gitu. Apalagi Gibran pake embel-embel mau pecat, Ginan gak tau harus respon kayak gimana.

"Mas Ga, pergi sekarang aja," setelah ngomong gitu Ginan balik badan bubar jalan dari hadapan Gibran, bikin anak-anak yang lain gelagapan sama tindakan yang Ginan ambil. Gimanapun juga, Ginan itu masih lebih bocah daripada Gibran. Jelas Ginan gak diterima dipersalahkan tanpa alasan jelas.

Gibran? Melongo ditempat.





A.n :

Hehehe, mau update susah juga :")


[8]Mas Gibran & Dek Ginan - Park Jinyoung x Seo Changbin | Marriage Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang