Meski terik matahari begitu menyengat, Yuki semakin merapatkan tubuh hingga menciptakan sensasi aneh di sana. Hal itu menyebabkan Stefan melenguh, kedua tangannya gemetar. Bibir saling menempel dengan sentuhan intim pada tubuhnya yang dilakukan cewek itu, mana mungkin dilewatkan. Diam-diam Yuki tersenyum merasakan payudaranya ditekan, sedikit sesak sekaligus nikmat di waktu bersamaan. Maka sekali tarikan napas, Yuki meraih rahang kokoh Stefan agar ciuman mereka berlangsung kian dalam. Ah, sial sekali! Yuki menawarkan itu, lekukan indah dari mulai payudara hingga pantatnya yang sekal.
Stefan ingin meremasnya!
Napas yang berhembus panas, sentuhan intim di tengah-tengah tubuh mereka yang tidak berjarak, semuanya menciptakan kegilaan. Stefan melakukannya tidak main-main sembari menyentuh belakang telinga Yuki dengan jari. Peduli setan pada kenyataan jika mereka berada di situasi yang salah sekalipun, setiap detiknya Stefan berpikiran liar. Hanya karena ego gilanya yang coba mengecup bibir perawan, Stefan merasa dirinya terbakar. Lupakan beberapa pengunjung pantai yang menjadikan mereka sebagai tontonan, Dima Oktara Stefano memilih masa bodoh dan membiarkan wangi cologne miliknya bercampur dengan wangi Yuki. Ditambah lagi air laut, tiupan angin, serta suara burung camar seolah mendukung tindakan yang tengah mereka lakukan.
Namanya juga halu, meski tidak sikron pun diiyakan saja.
"Lo suka?" Si cewek bertanya sejenak setelah berhasil memberi jarak.
Masih di posisi sama, doi menggendong tubuh seksi Yuki yang hanya berbalut bikini. Sepertinya Stefan sudah lupa pada ambisinya. "Gue suka."
Miyuki Sanae menang telak.
Mereka kembali menekankan bibir masing-masing, mulai meluluh, lalu leleh bersama gairah. Stefan sangat menikmati setiap pengalaman baru itu, tidak ada lagi bongkahan beku di hati lantaran kehangatan yang diberikan Yuki. Membakar pembuluh darahnya, menghangatkannya, merasuk ke tulang-tulang dan demi Tuhan Stefan merasa dirinya terbang ke awan-awan. Tiba-tiba muncul pertanyaan itu, bagaimana mungkin Stefan bisa hidup tanpa merasakan ini? Bagaimana bisa ia menepis sensasi ini?
"Lo kalah, Baby."
Sudah berani dan terang-terangan, mata Stefan membulat begitu mendengar panggilan sayangnya. Mereka tidak memiliki hubungan spesial selain permusuhan tiada ujung, rasa dongkolnya pada Yuki bahkan masih ada hingga sekarang.
Tapi apa?
Bedebah! Doi lemah karena tidak mampu mengendalikan nafsu.
Duk!
Itu lagi.
Berkali-kali Stefan merasakan sakit yang sama ketika dia dengan sengaja membenturkan kepalanya sendiri di atas bangku, Median sampai meliriknya heran karena cowok itu tidak juga berhenti bertingkah bodoh. "Gue kayaknya perlu periksa ke psikiater."
Benar dugaannya. "Kenapa lo?"
"Pikiran gue ternoda."
Semua terjadi lantaran kekhilafan lalu yang tidak kunjung menghilang dari kepala Stefan, terus-menerus berputar di sana. Sensasi aneh, ragu-ragu tetapi sayang jika tidak dinikmati. Dasar setan sialan! Stefan mengacak rambutnya kasar, berusaha mengubur ingatan itu dalam-dalam namun hasilnya tetap nihil. Yuki dengan bikini maroonnya, aduh mak! Juga ciuman yang mereka lakukan, Stefan semakin panas dingin jika mengingat. Bagaimana kulit basah mereka saling bersentuhan intim, panas, membakar. Apa lagi yang bisa didefinisikan untuk sensasi seluar biasa itu? Stefan ingin lagi. Sinting! Semua salah Miyuki Sanae yang dengan berani memulai. Niat hati mencoba eh kok malah keterusan, itulah karma bagi Stefan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Vibes
FanfictionDima Oktara Stefano merupakan ketua club bela diri sekaligus penegak kedisiplinan di sekolah. Ganteng, tapi judesnya tidak ukuran. Tipe cowok seperti ini sebenarnya susah untuk didekati, sayangnya Miyuki Sanae bersikap masa bodoh dan malah memasukka...