"Kamu ini sebenarnya kena setan apa? Tiba-tiba berubah jadi anak nakal, berani bolos sekolah, mainnya sama cewek pula."
Yang main sama cewek itu loh siapa?
Stefan kan tidak main, hanya jalan-jalan. Rencananya mau menikmati es krim mochi yang kata Yuki mirip sama susu itu, sudah dalam benaknya membayangkan bagaimana kelembutan dan teksturnya. "Kamu dengar omongan Papa nggak Stef?"
Ayahnya tegas, galak, juga memiliki selera humor yang kurang. Ini sih persis menurun ke Stefan, namanya buah jelas tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Heran, padahal sudah setengah jam berlalu tapi Ayahnya tidak kunjung berhenti menceramahi. Berujung pada kediaman Stefan di kursi ruang tengah, sialnya hal itu menjadi bahan tertawaan kakak dan sepupunya. Mereka berdua sama sekali tidak membantu, malah sepertinya sengaja mondar-mandir seolah ingin tahu bagaimana raut Stefan sekarang. Bete tingkat dewa, pengen beli mobil Avanza, terus kabur menuju bagian terlarang di dunia sekalian jangan sampai ada yang menemukan. Owalah hidup, kok gini banget? Maunya mencari kesenangan malah apes kena pergok di tengah jalan.
"Iya, dengar." Sebenarnya Stefan sama sekali tidak ikhlas menjawab.
"Terus yang tadi itu siapa? Cewekmu?" Kepo.
"Bukanlah."
"Terus?"
"Teman."
"Teman rasa pacar?" Jadi judul ftv terbaru sekarang, Pak Elscant Oktara salah gaul. Bisa-bisanya dia menanyakan hal demikian pada putranya sendiri, kan asw! "Ngaku saja deh. Papa sebenarnya nggak ngelarang kamu pacaran, tapi kamu juga harus tahu aturan."
"Aku bilang teman Pa."
"Oh, mulutnya mau disobek-sobek?" Lah? "Ya sudah kamu ke kamar gih ganti baju, awas saja kalau sampai kamu ketahuan bolos lagi."
Jadi kalau tidak ketahuan berarti boleh?
Ini semua karena keapesan diri, enak-enak jalan berdua tapi Ayahnya tiba-tiba muncul mengacaukan suasana. Mau gondok takut malu-maluin, akhirnya Stefan diboyong pulang setelah mengantar Yuki ke rumahnya. Tidak tahu bagaimana nasib cewek itu, Miyuki Sanae yang bisa dibilang mastah pasti memiliki segudang alasan untuk menyelamatkan diri. Ya, apa boleh buat? Stefan menuruti perintah Ayahnya, berjalan menuju kamarnya di lantai atas sembari saling tunjuk dengan Avril yang duduk di kursi panjang dekat tangga. Jika Ibunya berada di rumah, sudah pasti ada yang membela. Aduh, rasanya begitu sulit menatap hari. Stefan memutuskan tiduran di ranjang terlebih dulu ketimbang berganti baju, iseng-iseng doi menyalakan ponselnya hingga muncul notifikasi di layar pembuka.
Yang teratas adalah Yuki.
Astagfirullah lagi dan lagi.
+62***********
Lo masih hutang es krim mochi ke gue loh Beb!Sudah tertangkap basah, sekarang masih sempat-sempatnya menagih es krim mochi. Kepalanya beneran minta digeplak, Stefan tidak begitu yakin melakukan itu sekalipun nanti bertemu Yuki. "Sebodoh deh."
Doi malas membalas.
Ting!
Rupanya satu pesan kembali masuk.
+62***********
Sad banget chat gue cuma diread, tapi gak apa-apa deh.
Eh, jangan lupa cek Instagram ya Baby gantengku. 😚Cewek ini astaga, orangtuanya pasti terkena serangan jantung jika sampai tahu.
liked by jumadd and 409 others
dimoct.steff Kamu tuh kayak skincare, mencerahkan masa depanku. ❤
Tai.
Apa banget bawa-bawa skincare? Stefan ini cowok macho loh, masa' caption di Instagram nya membahas begituan? Jika Avril tahu, dia pasti tertawa terpingkal-pingkal. Capek deh!
***
Perempuan memang merepotkan, maunya ini itu sesukanya. Tidak Ibunya, tidak kakaknya, kasihan sekali Stefan menjadi pihak yang sering tertindas. Sudah menolak mentah-mentah, Avril lagi-lagi melakukan hal seperti tempo lalu. Menjadikan adik cowoknya sebagai obat nyamuk, masih untung Stefan tidak berbuat aneh-aneh hingga berujung pengaduan ke orangtua mereka. "Lama banget sih cowok lo? Badan gue sakit semua nih kena gigit nyamuk."
"Bentar lagi juga sampai kok." Dari tadi terus mengatakan hal sama, Stefan jadi keki sendiri. "Nah, itu dia datang."
Aduh.
Sebentar lagi mereka paling-paling langsung pelukan, malas aduhay jadi kambing congek. Stefan memilih fokus pada ponselnya, tapi tidak berlangsung lama lantaran tiba-tiba pinggangnya dicubit cukup keras.
Apa sih masalahnya?
"Lo ngapain di sini Beb?"
Si kampret Yuki!
Aneh loh, rasanya dunia begitu sempit sampai intensitas pertemuan mereka bisa sesering ini. "Elo mulu, bosen."
Stefan langsung menggulirkan pandangan pada Avril, dari senyumnya saja sudah kentara. "Gue sengaja nyuruh Zi Yue ngajakin Yuki, biar elo ada temannya dan nggak sendirian kayak garpu pop mie."
"Hitung-hitung pendekatan juga." Bilang saja kesempatan, Zi Yue sok ikutan menyahuti.
"Lo berdua pergi sana gih, cari tempat sendiri gitu." Avril tidak lebih baik dari Collin, dia kakak perempuan paling menyebalkan. Sejak Stefan lahir, cewek itu selalu ingin menang sendiri. "Buruan pergi."
Lagaknya sudah seperti mandor.
Stefan menghela napas lalu melangkah cepat sembari menarik pergelangan tangan Yuki. "Kita mau ke mana?"
"Ke laut." Kelakuan si cowok muram, suram, minta disiram. "Kadung di sini, gue mau cari makan."
"Terus es krim mochi gue?"
"Malam-malam begini elo mau makan es krim?" Tidak ada yang salah dengan pertanyaannya. "Nggak dingin?"
"Ya kalau dingin kan bisa minta kelon elo."
"Gue nanya serius, cewek!"
"Eh, di sana ada rumah hantu." Satu hal yang patut Yuki syukuri, dia tidak menyadari ekspresi jengkel Stefan. "Ayo ke sana?!"
Waduh.
"Ngapain sih ke sana? Gue laper."
"Lapernya ditahan dulu." Berabe nih, tahu begitu ia mana sudi mengiyakan Avril yang minta diantar ke taman hiburan. "Lo susah banget ya dibilangin? Ayo Stefan resek!"
Tidak ada yang bisa dilakukan selain membiarkan Yuki mendorong tubuh tegapnya menuju loket, mereka lalu membeli tiket di sana. Ini nih, sebenarnya Stefan itu sedikit parnoan. Dari mulai masuk saja dia sudah merinding sendiri. Rumah hantu pada umumnya memang di dominasi nuansa seram, dari mulai ornamen hingga benda-benda di dalamnya. Stefan menengok ke sisi kiri di mana terdapat keranda yang bergerak-gerak sendiri, lalu tepat di atas kepala Yuki tiba-tiba muncul kepala manusia yang menggantung. Beberapa orang di sana langsung menjerit, tapi Stefan berusaha stay cool. Lah Yuki? Songongnya astagfirullah pengen nampol. Cewek itu bahkan bergumam jika wajah nyolot Stefan lebih menyeramkan dari genderuwo.
"Di rumah gue banyak beginian, jadi lo kalo parnoan mending mundur saja jadi suami masa depan gue."
Dari mulai pipi dan telinganya memerah, Stefan bukannya malu tapi jengkel bukan main. Seriusan nih dia lagi dalam mode parno!
Kain putih yang bergerak-gerak itu apa pula? Dibedong mirip bayi, tapi bertali. Jadi semakin was-was kalau diperhatikan terus. Sudah pura-pura tidak tahu saat melintas, nyatanya inisiatifnya percuma karena makhluk itu sudah berada tepat di depannya. Mampus! Ke mana cowok yang katanya ketua club bela diri itu? Yuki dan pengunjung lain melongo mendengar teriakan keras Stefan lantaran terkejut melihat hantu pocong dengan wajah yang tidak karuan bentuknya. Jika berteriak dan lari saja maka tidak akan menjadi masalah. Tapi ini? Stefan sempat-sempatnya menempiling kepala si pocong, setelah itu malah ngibrit kabur keluar dengan diikuti pocong yang dia pukul barusan. Mungkin mau balas dendam.
Yuki menghela napas akhirnya, tidak jadi mesra-mesraan deh.
To be continue...
20 Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Vibes
FanfictionDima Oktara Stefano merupakan ketua club bela diri sekaligus penegak kedisiplinan di sekolah. Ganteng, tapi judesnya tidak ukuran. Tipe cowok seperti ini sebenarnya susah untuk didekati, sayangnya Miyuki Sanae bersikap masa bodoh dan malah memasukka...