Chapter 5

1.1K 251 64
                                    

"Hallo, lo di mana Le?"

Sejujurnya Stefan tidak berminat menghubungi Median, tapi hari ini moodnya mendadak memburuk lantaran berada di situasi menyebalkan. Kakak perempuannya bilang, Stefan hanya akan mengantarnya sampai stasiun. Tapi ketika sampai di tempat tujuan, teman-temannya telah pergi duluan. Avril mengamuk, tentu saja. Dan berakhir Stefan yang menjadi korban. Statusnya sebagai penegak kedisiplinan sekolah, tapi malah mangkir dari sekolah. Doi bahkan masih mengenakan seragam putih abu-abu, kelayapan di jalanan sejak pagi hanya demi mengikuti sekumpulan mahasiswa yang tengah berlibur di pantai. Lebih parahnya, Avril seperti tengah bersenang-senang di atas penderitaan adik cowoknya itu.

"Pantai."

"Hah? Ngapain?"

"Nyawer."

"Yang benar woi?! Bukannya sekolah, malah bolos. Ini nih, kayaknya elo sudah ketularan si cewek Jepang bandel itu."

Jepang lagi.

Stefan malas membahas dan beralih ke topik lain. "Bikinin surat izin, gue ada acara keluarga."

"Parah lo, parah!"

"Bikinin Med!"

"Ya!!!"

Sampai di situ, Stefan lantas kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Untung saja dia membawa jaket, paling tidak benda itu bisa menutupi penampilannya yang mencolok. Sekalian menghindari hal-hal tidak diinginkan seperti tertangkap satpol PP, murid SMA kelayapan di luar ketika jam belajar mengajar masih berlangsung. Jika itu semua terjadi, Pak Yoga mungkin saja terkena serangan jantung. Stefan ngeri membayangkan, berharap memiliki pilihan lain saja seperti menghadapi tingkah gila Miyuki Sanae sepanjang waktu. Bagaimana cewek itu sekarang? Seragamnya? Make up nya? Sepatunya? Stefan berjanji, sebagai gantinya besok akan menjadi hari pembalasan.

"Stef, elo mau minuman kaleng?" Tidak perlu bertanya! Stefan sudah gondok setengah mati. "Jangan diam gitu. Mumpung elo di sini, sekalian aja nikmati pemandangan."

Pemandangan? Bagus.

"Tuh, banyak cewek-cewek pakai bikini. Cuci mata dong." Terus terang Stefan sama sekali tidak menyangka jika Avril akan mengatakan hal demikian, tapi apa yang dikatakan Avril memang benar. Stefan sejak tadi menemukan banyak sekali cewek dengan hanya mengenakan bikini. Kakaknya juga sama, tapi bawahannya masih memakai hotpans. "Dah ya, gue mau gabung teman-teman gue dulu. Lo jangan ngilang, kalau mau jalan-jalan sekitaran sini aja."

Lengkap sudah, Stefan semakin jengkel.

Kenapa orang-orang sangat menyukai tempat seperti ini? Matahari begitu terik hingga Stefan merasa kulitnya akan terbakar, lebih enak bersantai di rumah sambil menonton berita di televisi. Mantan suami menghujat mantan istrinya sendiri bau ikan asin, Stefan terkadang suka ikut-ikutan nimbrung bersama Ibunya. Owalah dasar human!

"Eh, anak SMA ngapain kelayapan di sini?"

Sangat familiar, rasanya-rasanya ada yang aneh. Maunya tetap sendiri, tapi ada saja yang mengganggu ketenangan. Stefan tidak bisa menghirup udara dengan leluasa, lalu dugaannya seratus persen terbukti tatkala menemukan Yuki berdiri di sebelahnya. Sialnya lagi, cewek itu mengenakan bikini maroon yang mempertontonkan hampir keseluruhan tubuhnya yang luar biasa seksi. Kulit seputih kapas, payudara besar, pinggang berlekuk, lalu pantat yang bulat berisi. Mati saja! Diam-diam Stefan berharap bisa menjumpai Ibu Menteri Susi Pudjiastuti dan minta ditenggelamkan. Tidak di sekolah, tidak di rumah, tidak di pantai. Di mana pun, Yuki selalu membayangi. Akhir-akhir ini Stefan menyadari kewarasannya yang mulai terguncang, semua salahnya.

"Lo ngapain di sini, cewek? Ngestalker gue?"

Rupanya, pertanyaan Stefan langsung membuat raut wajah Yuki berubah. "Lah elo ngaca dong, Beb?! Ngapain juga elo di sini? Pakai seragam sekolah pula."

Annoying VibesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang