Chapter 7

1.2K 251 44
                                    

Mungkin hari ini bukan mujurnya, Yuki sudah malas menjawab segala pertanyaan tidak penting Pak Yoga. Introgasi dadakan, dari semua informasi yang didapat membuktikan jika biang permasalahan berasal dari Nana. Sejak pagi menyindir ini itu, mulai dari mengomentari seenaknya penampilan Yuki yang mengenakan seragam lebih sopan. Semua anak di kelas sebenarnya sudah lama tahu permusuhan antara Yuki dan Nana, tapi puncaknya hari ini. Mereka berdua sudah seperti kucing kera yang saling mencakar, mau dipisahkan malah menyambar. Seperti Stefan kasusnya, sebagai orang yang menengahi eh dia malah mendapati azab ilahi. Rusak! Rusak!

Ctakk!

"Aduh." Yuki terkena sentilan Zi Yue tatkala sibuk mengecek ponsel, salahnya meminta bantuan sepupu laki-laki yang lebih tua demi menggantikan panggilan dari sekolah yang harusnya diperuntukkan untuk Ibunya. Namanya juga Yuki, ada saja yang dia perbuat agar lolos dan tidak didepak dari anggota keluarga. "Sakit Kak!"

"Disekolahin benar-benar malah berantem, mau jadi apa lo?"

"Jadi manusia lah, masa' jadi Youtuber?"

"Youtuber juga manusia, kentut!"

Benar-benar minta dikemplang! Asli, Zi Yue gondok setengah mati lantaran merasa telah dibohongi Yuki. Bilangnya minta jemput karena sakit, tapi malah berakhir seperti ini. Yang benar saja? Dua cewek SMA berkelahi disebabkan masalah sepele, saling ejek yang berakhir menjadi cakar-mencakar. Desas-desusnya pula, beberapa saksi mengatakan jika kedua cewek berusia belasan itu berkelahi lantaran rebutan pacar. Hello? Cowok di dunia ini tidak cuma satu, masih banyak yang lebih ganteng dari tampang datar Stefan. Zi Yue diam-diam melirik satu-satunya cowok berseragam SMA yang setia mengikuti sejak dia dengan Yuki keluar dari ruang bimbingan dan konseling. Semuaya sudah pulang, hanya Stefan saja yang tidak kunjung menghilang dari pandangan.

"Eh elo, adiknya Avril." Ingat juga dia. "Elo pacarnya Yuki?"

"Bukan."

"Iya."

Yang benar mana sih? Zi Yue melotot garang pada dua remaja di depannya, baik Stefan maupun Yuki sama-sama tidak tahu diuntung. "Pacar apa bukan?"

"Bukan."

"Iya!"

"Yuk, lo diam deh?!" Pandangannya kini tertuju pada Stefan sepenuhnya. "Lo pacarnya bukan?"

"Bukan, kami cuma teman."

"Idih, malas banget gue punya teman kayak lo." Yuki ini tidak jelas, Stefan jadi heran. "Ayo Kak, pulang."

"Bentar, gue belum selesai ngomong."

"Ngomong apaan lagi sih? Gue sakit kepala nih gara-gara kena jambak." Salah sendiri.

Zi Yue tidak menggubris dan malah tetap mencoba mengobrol dengan Stefan. "Ini cewek nakalnya amit-amit, gue harap elo bisa ngatasi dia."

Tahu kok, Stefan tahu semuanya. "Orangtuanya tahu?"

"Ya jangan sampai tahu."

"Kok gitu?" Kalau begini sih sama saja, itu berarti selama ini Zi Yue yang selalu menutupi keburukan Yuki. "Setahu gue, justru kalau orangtua nggak tahu kelakuan anak-anaknya malah akan jadi masalah."

"Oh ya?" Kali ini Yuki yang menyahuti. "Mama gue tahunya Yuki itu anak yang paling cantik dan baik hati."

Asw!

"Jangan dengarin, dia kadang suka halu."

Sama sekali tidak ada bedanya, Yuki dan Zi Yue memang cocok menjadi saudara. Lantas, Stefan akhirnya hanya bisa melihat kedua orang itu berlalu pergi. Diam-diam ia jadi memikirkan hal lain, tentang ciuman tempo lalu, tentang Yuki yang biasa-biasa saja, tentang bimbel hari ini yang terpaksa diliburkan. Stefan memijat kepalanya sendiri, tapi setidaknya Yuki telah mau menuruti satu inginnya. Berpenampilan lebih sopan dan sesuai aturan, itu sebabnya dia sampai bertengkar dengan Nana.

Annoying VibesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang