Author pov.
Setelah kejadian pagi tadi dimana Anita secara langsung meminta maaf kepada Bastian hubungan mereka berangsur angsur membaik. Seperti sekarang ini dua sejoli berbeda gender itu tengah asik menikmati film yang sekarang sedang di putar di tv rumah sakit. Bastian yang tadinya terlihat sangat cengung sekarang sudah bisa mengendalikan dirinya bahkan Ia sudah bisa mengontrol dirinya saat berdekatan dengan Anita.
"Bas...kita duduk di balkon yuk. Aku bosan di dalam"
“Bas” ulang Anita memangil Bastian yang malah hanya diam.
“Apa ?” tanya Bastian balik.
“Kamu kenapa”
“Gak, gak ada” jawab Bastian gugup.
“Aneh”
Sebenarnya Bastian diam karena merasa terkejut dengan bahasa yang Anita gunakan tadi. Tidak dengan lo gua lagi sekarang sudah menjadi aku kamu.
“Bas, kok malah bengong lagi sih ? kamu sakit” ucap Anita sambil memegang kening Bastian.
“Ah.. aku baik-baik aja” ucap Bastian gugup.
“Yaudah ayok ke balkon, aku bosen di sini terus”
" Baiklah. Sini aku bantu turun " ucap Bastian membantu Anita turun dari ranjang dan tangannya yang bebas lainnya memegang infus Anita.
Setelah sampai di balkon Bastian dengan perlahan membantu Anita untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan pihak rumah sakit.
" Kamu mau susu coklat ? " Tanya Bastian.
Anita mengangguk.
" Tunggu sebentar. Aku akan ambilkan"
Tak lama Bastian datang dengan dua cup susu coklat. Bastian menutup pintu kaca yang menghubungkan balkon dan kamar.
Bastian mengambil duduk di sebelah Anita. Tak sengaja lengan Bastian bersinggungan dengan lengan Anita. Membuat Anita secara sepontan langsung menghadap kearah Bastian.
“Sorry” ucap Bastian.
“Ya” ucap Anita dan langsung mengalihkan pandanganya kembali ke hamparan bintang yang sudah menyita perhatianya sendari tadi.
Malam ini cerah dengan bintang dan bulan yang terang. Namun sedikit berangin.
“Ini, ambilah” ucap Bastian menyerahkan cup susu yang sendari tadi ia pegang.
“Terimakasih” ucap Anita mengambil uluran cup yang Bastian sodorkan.
Keduanya memegang cup dengan kedua telapak tangannya mencari kehangatan dari sana.
Hening. Keduanya menikmati suasana malam dengan perasaan mereka masing - masing. Sesekali terdengar sesapan susu coklat dari papper cup di tangan mereka.
"Bagaimana keadaanmu. kamu sudah merasa baikan ? " Suara Bastian memecah keheningan.
" Ya itu berkat kamu"
" Memangnya aku kenapa. Aku tidak melakukan apa - apa "
"Karena kamu merawatku dengan tulus. Makanya aku cepat sembuh”
Bastian menoleh, begitu juga dengan Anita. Anita tersenyum.
Melihat Anita tersenyum membuat hati Bastian tiba tiba menghangat.
Mereka kembali menatap ke depan.
" Anita"
" Hmm ? "
" Kamu sangat mencintai Marsel ya ..? " Tanya Bastian hati - hati.
Bastian mengira Anita akan kaget atau marah dengan pertanyaannya. Nyatanya tidak. Wajah Anita biasa saja.
Anita menyesap susu coklatnya sedikit. Kemudian menghela nafas sebentar.
"Sejujurnya waktu pertama kali aku bertemu dengannya. Aku tak merasakan apa-apa terhadapnya, bahkan saat itu aku merasa risih dengan kehadiranya tapi lambat laun karena kegigihan dan perhatian perhatian kecil yang Adit berikan membuat ku akhirnya luluh juga dan dengan itu memberikan segala yang aku punya kepadanya.”
Bastian terdiam. Perasaan bersalah tiba - tiba kembali menghampirinya.
"Maaf membuka luka lama mu kembali” ucap Bastian menyesal.
“Tidak apa Bas, itu hanya kenangan masa lalu”
“Anita”
“Ya”
“Semisal suatu saat Marsel kembali lagi dan meminta mu untuk kembali kesisinya, apa yang akan kamu lakukan ?”
“Jikapun itu terjadi mungkin aku akan membakarnya hidup hidup dan membuang jasad brengseknya itu ke kandang buaya” ucap Anita santai.
“Jika itu terjadi aku yakin kamu tak akan melakukan itu Anita” gumam Bastian di dalam hati.
Hening.
Keduanya kembali menyesap susu coklat yang sudah dingin. Dan kembali meletakkannya di meja.
Anita mengusap kedua lengannya dengan telapak tangan untuk mengurangi dingin.
" Kamu kedinginan ? "
" Hanya sedikit "
"Pakailah ini” ucap Bastian menyerahkan jumper yang baru saja ia lepas dari tubuhnya.
“Tidak usah, aku tidak apa-apa” ucap Anita berusaha menolak uluran jumper yang Bastian beri.
“Aku tau kamu kedinginan, pakailah ini demi kesehatanmu”
Tak berselang lama dengan ragu Anita menerima uluran Jumper yang Bastian beri dan memakaikan nya di tubuh kecil miliknya yang sekarang seperti ia tengelam di dalam jumper milik Bastian yang tentunya sangat besar di dalam tubuhnya yang terbilang kecil.
"Terima kasih sudah mau merawatku dan menemaniku di sini. Aku tidak tau bagaimana cara membalasnya. Dan Aku...sudah banyak menyakitimu..."
Bastian menoleh ke arah Anita, dengan gerakan cepat Bastian merengkuh tubuh Anita kedalam pelukan hangat miliknya. Diusapnya pungung Anita dengan lembut.
“Sudah cukup, tak perlu kamu menangis lagi. Kamu tau itu sudah menjadi kewajibanku melindungi mu dan menjagamu”
“Tapi aku sangat jahat waktu itu” ucap Anita dalam tangisnya.
“Aku sudah melupakanya”
“Secepat itu ?” tanya Anita sambil mendongakan wajah miliknya guna menatap wajah Bastian yang sekarang lebih tinggi darinya.
“Iya” angguk Bastian mantap.
“Terimakasih Bas”
“Kembali kasih”
Entah dorongan dari mana secara perlahan kepala Bastian sedikit demi sedikit mulai menunduk mempersempit jarak antara dirinya dan Anita. Bastian dengan perlahan mulai memiringkan kepalanya mencari spot yang pas untuk dirinya memulai penjajahan baru. Namun belum sempat Bastian menyesap nikmatnya surga sebuah suara membuatnya seketika langsung melepas pelukan hangat antara dirinya dan Anita.
“Anjir... gua cari-cari dari tadi ternyata lo bedua malah enak-enakan pelukan di sini” ucap Fandi mengeleng-gelengkan kepala.
“Ada apa ?” ucap Bastian menghiraukan ocehan tak jelas dari Fandi.
Sebenarnya Bastian masih merasa kesal karena kedatangan Fandi yang seperti jalangkung itu, membuatnya gagal menikmati surga dunia yang membuat hari-harinya seperti orang idiot. Tapi berkat Fandi juga secara tidak langsung menyelamatkan dirinya dari rasa bersalah yang kelak akan menghantuinya karena dengan sengaja menikmati sesuatu yang bukan miliknya.
Diliriknya sedikit dimana Anita duduk. Terlihat sangat jelas bagaimana Anita merasa tidak nyaman dalam situasi ini.
“Di cariin dokter Eca itu. Gila ya lo Bas istri lo masih sakit begini main sosor aja lo. Kurang kurangin nafsu bejat lo itu.....hais dasar pedofil”
“Apa lo bilang. Monyet punya mulut lemes banget” ucap Bastian tak terima karena di bilang pedofil oleh Fandi”
“Tau lah... sono ajak bini lo masuk, kasian dia kedinginan” ucap Fandi sambil melirik kearah Anita.
******
"Keadaan kamu sudah stabil. Tapi kamu tidak boleh kecapean. Dan lagi, kamu tidak boleh memikirkan hal yang berat-berat, karena itu berdampak pada kesehatan janin kamu"
"Jadi, apa saya boleh pulang dok?" Tanya Anita tak sabar.
Dokter Eca tersenyum.
"Boleh. Tapi ingat pesan saya tadi."
"Makasih dok.. makasih banget." Kata Anita kegirangan.
Anita sungguh merasa senang bukan main. Amat teramat bahagia. Ia bahagia karena sudah dapat pulang dari rumah sakit ini. Saat ini ia sedang membereskan barang-barangnya. Tinggal di rumah sakit selama 5 hari membuat barang-barangnya menumpuk. Mulai pakaian kotor, cemilan dan masih banyak lagi. Ia bertepuk tangan kepada dirinya sendiri setelah selesai memberesi semua pakaiannya.
"Ayo Bas, aku udah selesai nih." Kata Anita.
Bastian yang semula fokus mengangkat tas berisi pakaian Anita pun menoleh ke arah Anita saat mendengar Anita berkata padanya.
"Udah? Yaudah ayok."
Bastian segera menggendong tas berisi pakaian dan satu paper bag yang berisi cemilan yang tersisa. Sedangkan Anita hanya membawa tas tangan miliknya. Semula Anita ingin membawa paper bagnya juga tapi Bastian melarangnya, dengan alasan ia tak ingin Anita kecapean karena baru sembuh.
Mereka berdua berjalan beriringan. Dengan satu tangan Bastian yang bebas di gunakannya untuk mengandeng tangan Anita. Banyak pasang mata yang menatap kearah mereka iri terutama kearah Anita.
"Ayo masuk." Kata Bastian sambil membukakan pintu mobil untuk Anita.
Kini mereka telah sampai di parkiran rumah sakit dan bersiap untuk pulang.
"Makasih." Kata Anita tulus.
Bastian hanya tersenyum menanggapinya. Kemudian ia segera bergegas memutari mobil dan menuju kursi kemudi. Perlahan, mobilnya membelah jalanan ibukota yang macet tak terbantahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ANGEL IS
RomanceAku memang bodoh semua terjadi karena kebodohan ku. Sekarang aku sangat membenci hidup ku sendiri bahkan kedua orang tua ku tak lagi mengakui ku sebagai anaknya, sunguh aku benci kenyataan ini. Tapi semua berubah semenjak dia (Malaikat ku) hadir dal...