MY ANGEL IS #27

2.3K 135 10
                                    

“Sayang... hay sayang”

“Sayang, kok aku di cuekin sih. Sayang he aku jangan di cuekin” Bastian terus mengekor di belakang tubuh Anita. Membuntuti Anita yang sendari tadi mondar-mandir menyiapkan sarapan untuk mereka.

“Apa sih Bas, aku lagi sibuk siapain sarapan buat kamu ini. Please jangan ganggu” Anita sekilas melirik kearah Bastian namun detik berikutnya mulai tengelam dalam acara masak memasaknya.

Bastian berdecak kesal akan tanggapan Anita barusan. Dengan sekali tarik Bastian langsung memeluk tubuh Anita. Menempelkan tubuh bagian depan miliknya yang tanpa alas itu langsung bertubrukan dengan punggung Anita yang sekarang tengah subuk dengan masakannya.

“Bastian! Astaga kamu ya..” Teriak Anita saat merasakan sebuah lengan kokoh tengah memeluknya dari belakang.

“Siapa suruh kamu cuekin aku. Kan kamu tau sendiri aku gak suka kalo kamu cuekin aku” bisik Bastian tepat di kuping kanan Anita. Dagunya masih setia berada di pundak Anita bahkan sesekali Bastian dengan nakalnya mengigit gigit kecil leher dan juga belakang telinga Anita.

Anita hanya memutar bola mata malas. Membiarkan Bastian yang terus mengoceh di belakangnya. Gerakan Anita berhenti saat merasakan sebuah gigitan kecil menyentuh leher dan belakang telinganya.Menjadikannya tak fokus dengan masakannya sekarang.

“Bastian! Stop ganguin aku. Dan cepat mandi, kamu akan telat kekantor jika terus ganguni aku masak!” sentak Anita melepas pelukan Bastian.

Anita berbalik menghadap Bastian yang sekarang tengah tersenyum manis kearahnya.

“Sayang....”

“Stop! Segera ambil mandi SEKARANG. Dan berhenti ganguin aku masak!” sentak Anita mendorong dada telanjang Bastian yang tadi hendak memeluknya lagi.

“Sayang, aku kangen sama kamu. Dan lagi aku gak kekantor hari ini”

“Kenpa lagi kamu gak kekantor? Kamu itu ya nakal banget. Nanti kalau kamu bangkrut gimana, terus kamu mau kasih makan aku sama anak kita pakek apa dan lagi......”

CUP “Sayang he, tenang aku gak akan bangkrut semudah itu. Dan lagi aku mau habisin waktu aku sama istri cantik aku selama yang aku mau. Aku udah ambil cuti lima hari full buat kamu” ucap Bastian panjang lebar setelah melepas kecupan pada bibir Anita.

Anita hanya membelalakan mata tak percaya mendengar perkataan Bastian barusan, dengan perlahan Anita mulai membuka mulutnya kembali “ Kamu seriusan?” tanya Anita memastikan.

“Iya sayang, aku seriusan” angguk Bastian mantap.

“Makasih sayang” Anita langsung menghambur dalam pelukan Bastian dan mendaratkan ciuman singkat pada bibir Bastian.

“Sama-sama” bisik Bastian, sesekali tangannya yang bebas mengelus belakang kepala Anita sayang.

Anita melepas pelukan “bantuin aku masak kalau gitu ya” ucap Anita Manja mengalungkan kedua lengannya yang terekspos ke leher Bastian.

Bastian tersenyum manis kearah Anita, di kecupnya bibir Anita lagi “Dengan senang hati sayang”

Setelah acara masak memasak dan sarapan pagi tidak lupa dengan mandi pagi tentunya. Dua sejoli itu sekarang sedang duduk manis di depan TV dengan Bastian yang menjadikan tubuh miliknya sebagai tumpuan Anita bersandar.

“Bas...” ucap Anita manja, mengelus dada bidang Bastian secara sensual dan sedikit nakal.

“Hem”

Bastian yang merasakan usapan lembut pada tubuh depannya tak sadar mengeluarkan desah tertahan dari bibirnya. Matanya sedikit terpejam merasakan sensasi kenikmatan yang Anita beri.

“Bastian” bisik Anita pelan menuntun wajah Bastian yang semula terpejam mendongak keatas agar berhadapan dengan wajah miliknya.

“Iyahhh” sahut Bastian sekenanya. Menahan hasrat yang sekarang memuncak karena sentuhan sensual yang Anita beri pada dada bidang miliknya.

“Kamu kenapa? Kok jadi tegang gitu” tanya Anita pelan saat merasakan tubuh Bastian yang tiba-tiba menegang.

“Engak” geleng Bastian pelan mencoba menghapus fikiran-fikiran mesum dalam otaknya atas tubuh sang istri yang menurutnya sangat mengiurkan pagi ini.

“Dasar aneh” cibir Anita.

“Hem, kamu tadi mau bilang apa? “ tanya Bastian mengalihkan pembicaraan.

“Aku mau di pangku”

“Kok tumben pingin di pangku, biasanya gak mau”

“Aku pingin manja-manjaan sama kamu” ucap Anita mau-malu.

“hahhaha” seketika tawa Bastian pecah mendengar perkataan Anita barusan. Yang menurutnya sangat imut dan mengemaskan.

Anita mengerucutkan bibir, menatap sebal kearah Bastian yang sekarang masih sibuk dengan tawanya dengan kesal ia mulai beranjak dari duduknya. Belum genapa satu langkah kakinya melangkah sebuat tarikan menghentikan langkah kakinya.

“Apa!” ucap Anita menatap galak kearah Bastian.

“Mau kemana?” tanya Bastian heran.

“Mau cari suami baru” ucap Anita jutek.

Dengan cepat Bastian beranjak dari duduknya. Berhadapan langsung dengan Anita yang sekarang tengah menatap sebal kearahnya. Dengan gerakan cepat Bastian mulai menarik tubuh Anita jadilah sekarang Anita duduk di pangkuan Bastian dengan posisi seperti Anita sedang memeluk tubuh Bastian dari depan.

“Ahhhh hem Basssti” desah Anita tertahan saat merasakan sepasang tangan tengah meremas dua gundukan miliknya.

“Jadi, masih mau cari suami baru” bisik Bastian pelan dengan dua tangan miliknya yang masih setia meremas aset berharga milik sang istri.

“En.... ah gak” geleng Anita.

“Good girl” bisik Bastian. Bibir Bastian mulai mengecupi leher jenjang Anita memberi tekanan di beberapa spot kenikmatan Anita.

“Sayangahhhh” desah Anita saat merasakan sebuah jari mengelitik di area V miliknya.

Anita mengeleng pelan saat merasakan sebuah tangan mulai masuk kedalam celana dalam miliknya. Tangan nya yang semula bebas kini mulai meremas rambut Belakang Bastian.

“Bas, jang...ahh.... an” geleng Anita memasukan wajahnya ke dalam ceruk antara leher dan pundak Bastian.

“Aku ingin sayang” bisik Bastian sensual.

Anita mulai mengangkat wajahnya dari ceruk leher Bastian. Di tatapnya manik mata Bastian yang sekarang sudah di penuhi nafsu, di belainya pelan pipi kanan Bastian oleh Anita. Tatapan mereka masih menyatu. Bastian dengan sabar menunggu jawaban dari Anita.

Anita mengecup pelan pipi yang tadi di elusnya, menatap lekat manik mata Bastian yang sudah mengelap sempurna di penuhi nafsu “Tapi pelan-pelan ya. Inget anak kita didalam”

“Love you” bisik Bastian pelan sebelum di angkatnya tubuh Anita menuju Kamar.

**

Dering ponsel mengema memenuhi seisi kamar, membuat aktifitas panas dua sejoli itu terhenti untuk sesaat. Tapi memang dasarnya sang lelaki yang tak mau menghentikan aktifits mereka, dengan membiarkan suara ponsel itu terus mengema di atas meja dan ia terus saja menyalurkan hasratnya pada sang istri yang sekarang tengah pasrah di bawahnya.

“Hem... Bas, ang... ah...at” desah Anita memberi perintah.

“Biarkan sajahhh... “

“Ahhhhhhhhh. Akhuuuuu ahhhhh” desahan panjang mengema mengakhiri sesi panas mereka. Bastian menatap lekat wajah Anita yang sekarang berada di bawahnya. Tangannya terulur mengelus perut buncit Anita.

“Sayang, papa udah tengokin kamu lagi. Papa harap kamu sehat-sehat ya di dalam”

“Iya papa, aku sehat kok”

“Papa sayang sama kamu”

“Aku juga sayang sama papa”

Seketika tawa mereka pecah memenuhi seisi kamar. Bastian dengan perlahan mengeluarkan miliknya pada intim Anita. Setelah keintiman mereka terlepas Bastian mulai menuntun kepala Anita agar bersandar pada dada bidang miliknya. Di elusnya pelan kepala Anita sayang, di kecupnya beberapa kali rambut sang istri berusaha menyalurkan kenyamanan dan perlindungan secara bersamaan.

Bastian mulai mengambil ponsel miliknya yang tadi berdering. Di layar ponselnya tertera tiga panggilan tak terjawab dan satu pesan. Dengan perlahan di bukanya satu pesan itu. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang membaca isi pesan tersebut. Anita yang menyadari perubahan raut wajah Bastian dengan pelan mengelus pipi Bastian.

“Ada apa?” tanya Anita menatap lekat mata Bastian yang kebetulan sekarang juga menatapnya.

“Aku harus pergi sekarang” jawab Bastian melepas pelukan Anita.

Anita membelalakan mata tak percaya dengan perubahan sikap yang di tunjukan Bastian saat ini.

“Ada apa Bas? Kenapa kamu begitu panik. Bastian he lihat aku!” Bentakan dari Anita seketika sukses menghentikan aktifitas Bastian yang tengah mengenakan pakaiannya.

Di cium pelan pucuk kepala Anita, mengelus pelan pipinya “Maafkan aku, aku harus pergi sekarang. Aku sangat mencintaimu sangat mencintaimu sampaikapanpun mencintaimu” bisik Bastian pelan sebelum benar benar meninggalkan Anita seorang diri dalam keterkejutanya.

Anita hanya menatap kepergian Bastian dengan sebuah tanda tanya besar pada kepalanya. Ada apa dengannya? Apa yang sebenarnya Bastian sembunyikan?

**

Langkah kaki itu tergesa-gesa memasuki sebuah ruangan terba putih. Matanya menangkap dua pantulan tubuh berbeda usia tengah terisak menumpahkan sisa-sisa air mata mereka. Dengan perlahan kakinya berjalan lebih mendekat. Hatinya tiba-tiba terasa nyeri melihat pemandangan yang ia lihat sekarang.

“Mah... pah..”

“Bastian” isak wanita paruhbaya itu dan langsung memeluk tubuh Bastian erat. “Marsel Bas, dia ......”

“Mah, ada apa?” tanya Bastian lirih tak terasa air mata sudah jatuh membasahi pipi miliknya.

“Dia benar-benar pergi Bas..... dia pergi” isakan itu begitu memekakan telinga, sangat pilu dan menyayat hati siapa saja orang yang mendengarnya.
“Mama bohong kan... Pah, mama bohong kan pah” isakan itu keluar bebarengan dengan kalimat yang ia ucap meminta jawaban dari pria parubaya yang berdiri tak jauh dari nya berdiri.

Pria parubaya yang di pangil papa barusah hanya mampu menundukan kepala miliknya dalam-dalam. Engan untuk memberi jawaban atas pertanyaan yang di tujukan padannya.

Dengan perlahan Bastian mulai mendekat kearah sesosok wajah pucat yang berbaring di atas ranjang serba putih itu. Air matanya semakin deras mengalir. Tubuhnya tiba-tiba luruh kelantai seakan tak mampu menopang berat tubuhnya lagi. Fikirannya bercabang dalam benaknya sekarang hanya satu nama yang mampu menenangkan nya saat ini.

Dengan perlahan ia mulai bangkit dan beranjak dari tempat yang menurutnya mimpi itu. Ia terus berjalan meningalkan ruangan itu dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Hatinya seperti di remas kuat saat ini. Begitu sakit dan perih.

Dengan tergesa-gesa ia mulai memasuki mobil miliknya. Dengan kecepatan penuh ia mulai mengemudikan kendaraannya. Bahkan tak sedikit dari beberapa pengemudi lain yang mengumpat kearahnya menyumpahi bermacam sumpah serapah kepadanya.

Tak butuh waktu lama ia mengemudi. ia mulai turun dari mobilnya, berjalan perlahan dengan tenaga yang masih tersisa. Ia bahkan tak perduli beberapa orang yang menatapnya aneh saat ini. Setelah sampai di depan pintu, ia mulai membuak pintu itu matanya langsung bertabrakan dengan satu mata yang juga tengah menatapnya kini.

“Astaga Bastian! ada apa?” teriak Anita saat menyaksikan tubuh Bastian yang perlahan luruh terduduk di atas lantai dengan Air mata yang terus saja membanjiri pulupak matanya.

Perlahan Anita mendekat kearah Bastian, ditariknya tubuh Bastian dalam pelukannya.

“Bastian ada apa?” tanya Anita bingung dengn keadaan Bastian yang sekarang.

“Maafkan aku, aku tidak bisa menyelamatkannya” ucap Bastian lirih membalas pelukan hangat yang Anita beri.

Anita mengelus pelan belakang kepala Bastian “Apa maksud kamu Bas? He tenangkan diri kamu, ayo aku bantu berdiri” ucap Anita lembut membantu Bastian berdiri.

Bastian perlahan mulai berdiri berbarengan dengat tarikan Anita pada kedua lengannya. Dengan cepat di tariknya tubuh Anita kedalam kungkuhan tubuhnya. “Maafkan aku” bisik Bastian sekalilagi.

“Bas, ada apa. Kamu jangan membuat aku takut” Anita mulai mencengkram belakang punggung Bastian kuat dan sesekali memukul mukul kecil punggung itu.

“Maafkan aku” Bastian mengangkat pelan kepala Anita di tatapnya lekat mata itu “Aku bohong selama ini” lirih Bastian.

“Apa maksud kamu!” tanya Anita yang terlihat mulai tak sabaran dengan jawaban Bastian.

“Marsel... dia.... dia benar benar pergi. Dia pergi untuk selamanya Anita dia pergi tingalin kita dan dia..... dia sangat mencintai kamu” ucap Bastian lirih. Matanya takut-takut melihat kearah manik mata Anita yang sekarang sudah mulai berair.

“Jadi selama ini kamu bohong Bas, soal kematian Adit!” teriak Anita berang memukul-mulul dada Bastian dengan membabi buta.

Dengan kasar Anita melepas pelukan Bastian. Pancaran kebencian seketika langsung terpancar di dua bola mata miliknya. Dendan gerakan kasar di dorongnya tubuh bergetar Bastian.

PLAK

Sebuah tamparan keras melayang begitu saja di pipi kiri Bastian tak cukup satu bahkan dua kali Anita menampar pipi Bastian. “Kenapa? Kenapa kamu bohongin aku selama ini. Kenapa Brengsek! Jawab aku!!” teriak Anita menarik-narik baju yang di kenakan Bastian dan sesekali memukul dada bidang Bastian.

“Maaf” lirih Bastian pelan.

“JAWAB BASTIAN!!” air mata tak lagi bisa di bendung, Anita sekarang tengah meraing-raung di dada Bastian mencakar dan memukul sesuka hatinya atas tubuh Bastian.

“Kami melakukan perjanjian, dia menitipkan mu dapa ku. Mengantikannya untuk menikahi mu dan bertangung jawab atas anak yang kamu kandung. Dia sakit dan.....”

“Stop... kamu pembohong” teriak Anita kencang mendorong kasar tubuh Bastian.

“Maaf soal kebenaran Marsel. Tapi sungguh aku mencintai mu Anita, aku sangat mencintaimu. Kumohon maafkan aku.... maafkan aku sudah membohongi mu aku.......”

“Stop!! berhenti bicara. Aku tak mau mendengar apapun penjelasan dari pembohong sepertimu! Aku membencimu Bas!” teriak Anita keras di depan wajah Bastian menumpahkan segala amarah dan kecewanya.

“Anita, aku mohon dengarkan penjelasan aku dulu sayang. Aku bisa menjelaskannya. Aku sungguh tak bermaksud membohongi mu sayang. Marsel yang memintanya dia memintaku untuk melakukan itu. “Maafkan aku” ucap Bastian mencoba memeluk tubuh Anita yang perlahan mulai menjauh.

“Stop aku gak mau denger lagi! Pergi Bas pergi!!” teriak Anita mendorong tubuh Bastian yang hendak memeluknya.

“Tidak Anita” geleng Bastian “Aku sangat mencintaimu” ucap Bastian lantang dan mencoba memeluk tubuh Anita yang perlahan mulai menjauh.

“Pembohong” teriak Anita menepis lengan Bastian.

“lihat aku Anita. Lihat mataku aku tidak berbohong. AKU MENCINTAI MU dan itu kebenarannya sayang AKU MENCINTAIMU SANGAT MENCINTAIMU” teriak Bastian kencang menjambak kasar rambut miliknya bahkan sesekali dengan brutalnya menampar keras kepala dan wajahnya. Sekarang wajahnya sudah lebam dan berdarah karena pukulannya sendiri.

Anita dengan bungkamnya hanya menatap kebrutalan Bastian pada dirinya sendiri. Isakan tangisnya masih terdengar bahkan sekarang semakin kencang, dengan gelengan kecil ia mulai melangkah mendekat kearah Bastian, menarik paksa tangan Bastian yang sendari tadi menyakiti wajah dan kepalanya dengan membabi buta.

PLAK

Tamparan keras sekalilagi mendarat pada wajah Bastian yang sekarang sudah tak berbentuk.

“Bodoh” isak Anita.

Bastian menatap sayu mata Anita. Dengan gerakan pelan di tariknya tubuh Anita dalam rengkuhannya. Menumpahkan segala tangis dan kepedih yang selama ini ia rasa di dalam pelukan wanita yang sangat ia cintai.

“Maafkan aku, aku mencintaimu” bisik Bastian pelan.

“Aku mencintai mu” bisik Bastian lembut merengkuh tubuh Anita lebih dalam kedalam pelukannya.

Anita terus terisak didalam pelukan Bastian menumpahkan semua tangisnya dalam dada bidang Bastian.

Author pov end.









*

*

*

tobeco.......





































MY ANGEL ISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang