Author pov.
Bastian baru saja keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang jauh lebih segar dan fresh. Setelah kejadian tadi sore dimana ia secara mendadak dibuat serangan jantung karena perkataan Anita yang menurutnya sedikit berani itu. Buru-buru ia segera memakai celana pendek selutut dan kaos polos sedikit ketat memamerkan ABS indah miliknya.
Perlahan tapi pasti, Bastian menuruni tangga.
“Anita” gumam Bastian pelan.
Bastian mendekat ke arah Anita yang nampak sibuk membongkar isi kulkas"
“Ada yang bisa aku bantu” ucap Bastian setelah berada tepat di belakang Anita.
"Astaga, Bastian kamu membuat ku kaget” ucap Anita sepontan langsung memukul pundak Bastian pelan.
Yang hanya di balas tawa oleh Bastian, dan menghiraukan pukulan Anita yang nyatanya tak berefek apapun pada tubuhnya.
“Cari apa sih ? serius banget kayaknya”
“Aku itu mau buat susu jahe, tapi sepertinya susunya habis” ucap Anita melirik Bastian sekilas
Bastian tertawa kecil mendengar aduan Anita yang menurutnya sangat mengemaskan.
“Kok malah ketawa. Emang ada yang lucu” ucap Anita galak.
"Eh engak.. ngomong-ngomong soal susu aku juga jadi ingin minum itu. Baiklah aku akan membeli susunya. Tapu inget nanti buatin aku juga satu”
"Oke” ucap Anita menutup pintu kulkas dan langsung menghadap kearah Bastian.
"baiklah, aku akan mengambil jaketku dulu “
Tak berlelang lama Bastian turun dari tangga sambil menenten sebuah jaket. Dengan gerakan pelan Bastian memakai jaket yang tadi ia tenteng.
Anita memperhatikan setiap gerak gerik Bastian dari sofa dan tanpa Anita sadari sebuah senyuman tiba-tiba terukir dibibirnya.
Anita bangkit dari duduknya dan berlari kecil menuju Bastian.
"Sebentar, aku ingin ikut" ucap Anita dan langsung kembali berlari menuju kamar untuk mengambil Jaket.
Bastian seketiaka langsung mengerutkan kening. “Astaga wanita itu” gumam Bastian.
“Stop! Tak perlu sampai berlari. Ingat kata dokter tadi” ucap Bastian kesal saat melihat Anita yang berlarian menuruni tangga.
“Maaf, aku lupa” cengir Anita.
“Kebiasaan”
“Ayo” ucap Anita.
“Tunggu” cegah Bastian dan sedikit menarik pergelangan tangan Anita.
“Kenapa ?” tanya Anita bingung.
“Kamu kan baru aja pulang dari RS. Biar aku aja ya yang beli, lagian kamu kan masih sakit gak baik udara malem buat kesehataan” ucap Bastian mencoba memberi pengertian.
“Bas........ aku gak papa, lagian aku udah sembuh dan lagi aku bosen”
“Tapi Anita ini demi.....”
“CUP”
tanpa Bastian duga sebuah benda kenyal menempel dengan cepat di pipi kanan milikya membuat ucapan Bastian tiba-tiba langsung berhenti. Seperti tersambar petir tubuhnya tiba-tiba langsung menengan.
“Udah kan, yuk keburu kemaleman” ucap Anita sambil menarik lengan Bastian.
“Tunggu, aku belum membawa kunci mobil”
Sepersekian detik Anita menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatap Bastian “Bukankah di samping Apartemant ada supermarket”
“Ya” angguk Bastian.
“Baiklah kita jalan kaki saja”
“Apa tidak-tidak. Diluar sangat dingin dan lagi itu jaraknya lumayan jauh dengan kondisi kamu sedang hamil muda di tambah baru keluar dari rumh sakit” tolak Bastian.
Anita memutar bola matanya malas laki-laki di sampingnya ini benar-benar berlebihan.
“Tidak ada penolakan titik !” ucap Anita final dan langsung meninggalkan Bastian yang masih setia berada di posisinya.
***Bastian menghela nafasnya dan menatap tapakan langkahnya. Hatinya tiba-tiba berdebar ,mengetahui Anita berjalan disampingnya ditambah dengan ciuman di pipi.
"Bas! Kok diam aja sih. kenapa?"
Bastian tersadar dari pikirannya dan menoleh, bersamaan melihat Anita juga menatapnya.
Bastian menaikkan bahunya sekilas "Tidak?" geleng Bastian pelan.
"Kenap kamu menciumku” ucap Bastian akhirnya.
Anita menoleh kesamping, dilihatnya Bastian tengah menunduk. Dengan cepat ia memutar kepalanya kembali menghadap depan.
“Apa itu salah?”
Bastian mengeleng “Tidak, hanya saja sedikit membuat ku terkejut” jawab Bastian jujur.
“Maaf kalau begitu” ucap Anita pelan.
“Tidak bukan begitu Anita, aku sama sekali tak keberatan. Bahkan Aku sangat senang kamu mulai terbuka denganku” ucap Bastian sambil menatap lekat kearah Anita.
“Apa aku begitu buruk. Sehinga kamu meragukan ku” ucap Anita menundukan kepala.
“Lihat aku” ucap Bastian menarik pingang Anita. Sekarang posisinya Tubuh Anita menempel sempurna pada tubuh Bastian.
“Anita lihat aku”
“Tidak !” tolak Anita.
“Hey... lihat aku Anita, kamu tidak buruk. Kamu baik bahkan cantik dan aku sangat beruntung bisa menjadi secuil memory di hidupmu... Aku orang paling beruntung” gumam Bastian pelam sambil menempelkan keningnya ke kening Anita.
“Bastian..... terimakasih. Kamu memang malaikat yang Tuhan kirim untuk ku” ucap Anita sepontan langsung memeluk erat tubuh Bastian.
“Anak muda bisakah kalian bermesraan di dalam kamar saja.... Astaga ini bahkan tempat umum” decak pejalan kaki itu kesal sambil berusaha menutupi mata anak kecil yang ada di sampingnya.
Anita sepontan langsung mendorong tubuh Bastian.
“Sorry Thomas, nanti kita akan melanjutkannya di kamar. Bukan begitu sayang” ucap Bastian sambil mengedipkan sebelah matanya kearah Anita.
“BASSS ...!” sebuah cubitan keras langsung mendarat sempurna di perut bawah Bastian.
“Shit.....sakit Anita” Teriak Bastian sambil mengelus kasar bekas cubitan yang Anita tinggalkan tadi.
“Hahahahah. Mampus lo Bas” Tawa Thomas kegirangan.
“Ayah lepas..... Aku gak bisa melihat”
“Ups, sorry Arsen” ucap Thomas langsung menurunkan tangannya yang sendari tadi menutupi mata anak kecil yang memanggilnya ayah itu.
“Uncle... Bastian” ucap Anak kecil itu langsung berlari kearah Bastian.
“Hallo... Arsen apa kabar” ucap Bastian menyambut pelukan Arsen.
“Baik uncle.... uncle siapa kaka cantik itu. Astaga cantik sekali” bisik Arsen.
“Benarkah.....dia memang cantik” ucap Bastian sambil melirik kearah Anita.
“Apakah dia sudah memiliki pacar” ucap Arsen polos.
“Tanyakan saja sendiri”
“Kaka cantik.... Perkenalkan namaku Arsen. Kaka cantik siapa namanya ?” ucap Arsen polos sambil menjulurkan tanganya kearah Anita yang nyatanya lebih tinggi dari tubuh mungil miliknya.
“Astaga imut sekali” ucap Anita sambil menyamakan tingginya dengan tinggi Arsen.
“Jadi siapa nama kaka cantik” ucap Arsen sambil mengaruk-garuk pipi gembul miliknya.
“Anita” ucap Anita sambil mengelus pipi gembul milik Arsen.
“Ayah..... bisakah aku menikah dengan kaka cantik ini” teriak Arsen kecil melihat kearah Thomas.
“Eh enak aja. Istri uncle ini” ucap Bastian sepontan menonyor kening Arsen penan.
“He gorila sialan, anak gua itu main tonyor tonyor aja” ucap Thomas kesal.
“Abisnya anak lo gemesin sih. Bikin gua laper seketika”
“Sial lo ya. Lo pikir anak gua makanan” dengus Thomas sebal.
“Hay... Anita ya kenalin aku Thomas tetangganya gorila tengik itu” ucap Thomas sambil melirik kearah Bastian.
“Iya. Anita” ucap Anita menerima uluran tangan Thomas tak lupa memberi senyuman terbaik miliknya.
“He... gorila kapan lo nikah kok lo gak ngundang gua” ucap Thomas menatap Bastian.
“Lo begok apa bodoh sih... orang lo jelas-jelas kemaren ke japan. Terus gimana gua caranya ngundang lo”
“Oh iya ya gua lupa.... maap faktor U” cengir Thomas.
“Bilang aja udah tua”
“Sialan lo”
“Kaka cantik kok mau sih nikah sama uncle Bastian yang jelek itu mendingan sama aku aja yang jelas-jelas tampan”
Tawa renyah Anita tiba-tiba terdengar. Mengalihkan pandangan 2 orang beda usia itu.
“Kamu lucu banget sih” ucap Anita gemas.
“Jadi kaka cantik mau gak nikah sama Arsen”
“Iya... iya nanti kalo Arsen udah besar ya. Sekarang Arsen belajar dulu yang giat” ucap Anita mengelus pelan kepala Arsen.
“Janji ya kaka cantik” ucap Arsen sambil mengangkat jari kelingking miliknya.
Tapi belum sempat Anita menyambut uluran kelingking Arsen tiba-tiba Bastian langsung mengangkat tubuh kecil Arsen dan memitingnya pelan.
“Bastian lepas! Gila lo ya anak gua bisa mati itu” teriak Thomas langsung mengambil Arsen dari gendongan Bastian.
“Eh... sorry kelepasan” cengir Bastian.
“Udah lo sono pergi. Gua mau pulang kasian bini gua di rumah sendirian”
“Hahhaha oke oke. Gua pergi dulu, jangan lupa salamin buat bini lo yang cantik itu” kerling Bastian Nakal.
“BASTIAN...!!!”
****
-Supermarket-
Bastian menarik troli belanjaan kemudian mendorongnya hingga deretan susu menyambut penglihatannya. Bastian menatap Anita yang berjalan disebelahnya dengan mimik wajah lucu.
“Bas....”
“Yah”
“Aku rasa bagaimana kalau kita belanja bulanan sekalian. Bukankah stok di kulkas juga sudah habis”
“Iya” anguk Bastian.
“Anita”
“Iya” ucap Anita menoleh kearah Bastian.
“Jangan lupa beli susu hamil sekalian”
Dan hanya di balas sebuah anggukan dari Anita.
Kemudian Anita masuk kedalam dunianya, memilah – milah makanan serta perlengkapan masak lainnya.
Anita memasukan dua kilogram apel kedalam troli kemudian berjalan menuju deretan roti tawar dan selai.
“Bas, kamu mau selai coklat atau kacang?” tanya Anita yang hanya dibalas oleh telunjuk Bastian yang mengarah pada selai coklat.
“apa lagi ya yang kurang? Sayur, daging, beras, minyak, cemilan, susu, roti…” Anita bergumam seraya melihat–lihat belanjaannya.
“Kurasa sudah cukup, mari pulang” ajak Bastian seraya mendorong troli.
Setelah membayar mereka segera pulang. Dengan seluruh belanjaan di bawa Bastian.
“Sini biar aku bantu” ucap Anita menghentikan langkahnya dan menatap kearah Bastian yang tengah kesusahan menenteng dua kantong plastik.
“Tidak perlu, aku masih sanggup membawanya” senyum Bastian membalas ucapan Anita.
“Baiklah” angguk Anita.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan keadaan sunyi. Tidak ada percakapan ataupun canda tawa lagi. Anita sedikit melirik kearah Bastian. Lelaki itu terus barjalan di sampingnya, tatapannya fokus kedepan dengan mimik wajah tegas.
Di persimpangan jalan Bastian menghentikan langkah kaki miliknya. Mengakibatkan Anita yang sendari tadi berada di sampingnya juga ikut menghentikan langkah kakinya.
“Bas, kok berhenti” ucap Anita menatap Bastian heran.
Bastian yang di tanya seperti itu hanya diam saja. Pandangannya tetap fokus mengarah keujung jalan yang dimana terdapat seseorang berdiri dengan masker, topi dan jacket yang sempurna menutupi seluruh tubuh miliknya.
“Bastian” ucap Anita sambil menguncang tubuh Bastian.
“Ah, iya”
“Kamu kenapa sih? Ditanya kok malah diem aja”
“Gak ada”senyum Bastian.
“Aneh banget” gumam Anita.
Tatapan Bastian mengarah kembali ke ujung jalan. Seseorang yang ia lihat tadi sudah tidak ada di sana.
“Bodoh” gumam Bastian pelan, sangat pelan bahkan Anita saja tidak dapat mendengarnya.Author pov end.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ANGEL IS
RomanceAku memang bodoh semua terjadi karena kebodohan ku. Sekarang aku sangat membenci hidup ku sendiri bahkan kedua orang tua ku tak lagi mengakui ku sebagai anaknya, sunguh aku benci kenyataan ini. Tapi semua berubah semenjak dia (Malaikat ku) hadir dal...