Wanita Dan Saham

11.3K 1.5K 43
                                    

HARTA, tahta dan wanita. Kata-kata ini pas digambarkan untuk Axel saat ini, kedatangan papa secara tiba-tiba ke kantor membuat Axel terkejut sekaligus bertanya-tanya karena tumben tidak ada angin atau hujan pria paruh baya datang
tanpa memberitahu.

"Xel, Papa ingin bicara," ucap papa axel.

Tumben, biasanya papa akan bicara melalui telepon atau mengundang ke rumah.

"Kamu duduk sini," perintah papanya.

Mereka duduk berhadapan, biasanya Axel yang duduk di tempatnya kini, gantian papanya duduk di sana. Sungguh Axel bertanya-tanya apa maksud semua ini.

"Papa malas basa-basi. Tahun depan Papa akan tambah saham untuk perusahaanmu, tapi ada satu syarat, kamu harus menikah tahun ini baru Papa akan beri saham itu."

Axel terkejut, termenung cukup lama. Sampai akhirnya sadar jika ini pasti hanya prank dari papa. Papanya pasti bercanda karena selama ini tidak ada persyaratan yang menyusahakan dirinya.

"Pa, Aku ti—"

"Papa sedang tidak bercanda, Xel, ini permintaan sebelum Papa pergi dari dunia. Kamu sudah cukup umur. Papa ingin lihat kamu punya istri," kata papanya tegas sambil menatap Axel tajam.

Axel berdehem. Soal umur memang tidak ada yang tahu tapi bisakah untuk mencari alasan, memakai alasan umur menurutnya seperti memaksakan. "Kenapa harus mencari wanita, Pa?"

"Ya itu syarat untuk menambah saham di perusahaanmu." Jawab papa santai.

"Tidak ada syarat lain saja, Pa? Misalnya, menyuruh menaikkan omzet penjualan bulan depan?" Axel mencoba merayu papa supaya mendapat keringan dari papa.

"Tidak!" tegas papa.

Axel menghela napasnya, permintaan sulit untuk Axel ini namanya sama seperti kisah rumah tangga dengan Fara semua harus dipaksakan, Axel jadi kesal sendiri.

Axel dan Fara korban perjodohan dan perjanjian orang tua mereka yang sebenarnya mereka sendiri tidak mau menerima, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Umur Fara yang masih sangat muda waktu dan dirinya masih 22 tahun, Fara dan Axel hanya bertautan dua tahun. Menikah muda kata orang bahagia. Namun tidak dirasakan Axel sampai sekarang, lalu papa memaksa Axel lagi untuk mencari wanita demi saham.

Papa memaksa Axel mencari wanita, artinya Papa membiarkan Axel menyakiti wanita kedua kalinya," ucap Axel

Papa berdehem sebelum melanjutkan ucapannya. "Mau sampai kapan tidak menikah? Umurmu sudah tua. Arkana butuh sosok lain, Xel."

"Arkana masih punya Mama, Pa," jawab Axel

"Hanya itu permintaan Papa, terserah kamu menerima atau tidak. Kalau tidak itu artinya papa berhenti memberi saham pada perusahaanmu," ucap papa seraya meninggalkan ruangan Axel diikuti oleh sekretarisnya, papa seorang pengusaha properti.

Sepeninggalan papa, Axel memijat keningnya. Sudah pekerjaan banyak dan papa semakin memperbanyak masalah untuk Axel, mencari perempuan mungkin papa mengira mudah. Menjalin rumah tangga terpaksa segera ia rasakan lagi.

Ingin sekali membanting barang di ruangannya, menyobek dokumen yang baru saja papa berikan.
"Papa membuatku pusing dan mendadak gila!" gerutu Axel. Duduk kembali di kursinya, menyandarkan kepala. Mencari kenyamanan sebelum rapat jam sembilan pagi dengan karyawannya.

Sore kita bertemu, di kafe Fana.

  Axel membaca pesan dari salah satu teman lamanya. Axel langsung mengiakan ajakan sekaligus melepaskan penat.

Pukul lima sore keadaan restoran Fana milik Fredella ramai pengunjung, menu baru mulai dinikmati dan pengunjung memberikan tanggapan positif terhadap menu baru restoran mereka.
Ada Anggara Wijaksono—kakak tertua Fredella, dari Surabaya langsung ke Jakarta tentu bukan menemui Fredella. Selalu pekerjaan yang Anggara urus.

"Mas!" panggil Fredella. Duduk di depan Anggara

"Ramai restoranmu, Mas bangga sama kamu," tutur Anggara menatap takjub restoran Fredella yang penuh dengan pengunjung.

Sore ini Fredella tidak bisa lama-lama bertemu Anggara, apartemen Fredella masih belum beres dan sepertinya Anggara akan bertemu seseorang. Ia tidak mau menganggu.

"Mas, aku pulang ya," ucap Fredella. Mengambil tas, menaruh kembali ponsel ke dalam tas.

"Mau diantar?"

"Aku bawa mobil," jawab Fredella "Hati-hati jangan ngebut!"

Fredella tersenyum. "Ya, Masku."
 
****

Pukul lima sore Anggara masih menunggu teman, ia ingin menawarkan bisnis padanya. Sudah lama mereka tidak bertemu, kesibukan membuat mereka tidak memiliki waktu.

"Hai!"

Anggara menoleh, senyumnya merekah. Yang ditunggu datang dengan kemeja khas kerjanya tersenyum hangat.

"Sudah lama kita tidak bertemu." Setelah bersalaman keduanya saling memandang, berbeda sejak beberapa tahun yang lalu. Mereka sudah berhasil di dunia masing-masing memakai jas warna yang sama, hitam.

"Sedang di Jakarta?"

"Iya, ada pekerjaan di sini."

Menarik kursi untuk mereka duduk, kembali bercengkrama setelah sekian lama termasuk membicarakan tentang bisnis.

-TBC-
Jangan lupa vote dan komentar.

Instagram: Marronad.wp

Marronad

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang