Setelah Menyatakan

8.1K 1.2K 104
                                    

Rasanya jatuh cinta, tidak berhenti tersenyum. Membayangkan hubungan ke depannya, memikirkan bagaimana untuk tidak menyakiti. Salah satu efeknya akan menguras pikiran nantinya.
Jatuh cinta tidak mengenal usia sudah terbukti dan Axel menjadi contohnya, meski sebentar lagi memasuki usia 36 tahun, tetap saja ketika jatuh cinta ia merasa menjadi belasan tahun lagi. Mendekati Fredella dengan cepat pasti tidak ada yang percaya, tetapi apa boleh buat Axel sudah menyukai sosok Fredella ketika perempuan itu dekat dengan Arkana. Pernah gagal bukan berarti akan gagal pula di kemudian hari, Axel mencari perempuan yang tepat sejak dulu, tetapi tidak ada yang cocok untuk hati dan Arkana, anggap saja bertemu Fredella, mencoba masuk ke dalam hati Fredella dengan cepat adalah takdir.

"Pagi!" Sapanya dengan senyum sumringah.

Menepati janji mulai sekarang Axel akan mengantar Fredella ke restoran karena jam kerja mereka sama.
Fredella masih diam, mengalihkan wajah dan ingin segera menjauh dari Axel. Fredella masih marah. "Nih." Fredella memberikan kantong berwarna putih.

"Apa ini?"

"Sarapan pagi. Sengaja bangun pagi-pagi dan saya buat bubur ayam buat sarapan Mas. Mas pasti jarang sarapan, 'kan?"

Axel mengangguk. "Saya kira kamu marah, buang muka."

"Sedikit."

"Marah tetapi masih perhatian, beruntung sekali memilikimu, Fredella. Terima kasih untuk sarapan paginya, Sayang."

Dipanggil sayang oleh Axel seketika ribuan kupu-kupu menggelitik hati dan perut Fredella. Sudah lama Fredella tidak mendengar kata ini setelah ia berkomitmen untuk berhenti pacaran dan fokus melakukan hal baik, sembari menunggu pria mengatakan keseriusan pada Fredella.

Kapan mereka sedekat ini tentu saja kemarin malam pasca Axel membuat keributan di rumah Fara, Arkana yang menangis dan membuat pria itu mengungkapkan perasaannya.

"Iya. Semoga suka."

"Pasti. Kalau setiap hari seperti ini lambung saya benar- benar akan sehat kembali."

"Terdengar seperti omongan para buaya."

Axel tertawa. "Ini serius."

"Ya, ya, ya. Balas Fredella

Mereka berjalan menuju lift untuk turun ke bawah. Tangan Axel terus mengenggam hingga sepasang mata mengarah ke keduanya, Axel tidak peduli. Sampai di lantai satu seorang satpam apartemen ini tampak terkejut lalu tersenyum ke arah keduanya.

"Waduh! Jadi sekarang?"

"Doakan, Pak," sahut Axel sembari berlalu.

Satpam mengacungkan jempolnya kearah Axel. Axel mengantar Fredella ke restoran, padahal Axel ingin seharian bersama Fredella, tetapi menyadari status mereka saja masih abu-abu tetapi tenang Axel benar-benar serius ingin bersama Fredella.

Saya sedang dekat dengan perempuan. Just info, Kamu selalu minta dikabari jika duda satu anak ini dekat dengan perempuan.

Axel mengirimkan pesan sekaligus memberitahu ini juga pamer agar Anggara stop menyuruh Axel mencari perempuan. Anggara membalas pesannya.

Kabar baik, kita perlu bertemu dengan wanitamu juga.

Bisa diatur.

Axel hendak menutup ponsel tapi satu notifikasi kembali muncul, ia membaca pesan dari papa.

Bagaimana sudah dapat?

Bulan kedua, sudah menemukan
perempuan. Papa siapkan saham tahun depan, Axel tunggu. Ingat, Axel sudah menuruti permintaan Papa.

Axel sudah selesai memakan sarapan pagi dan kopi biasanya sarapan pagi Axel hanya kopi dan roti kali ini berbeda, Fredella membuat sarapan dan rasanya enak sekali. Axel mengirim foto pada Fredella— sarapan sudah habis tak tersisa, tidak lupa Axel memberi pujian. Axel sudah sampai di kantor.

Jaga makanmu, Mas.

Iya. Jangan lupa sarapan nanti kalau kamu sakit, tidak ada yang memeluk saya lagi :(

Mas Axel! 😤

Hahaha bercanda.

Axel membalas pesan Fredella. Pagi-pagi saja sudah saling perhatian. Dulu, Axel tidak pernah merasakan seperti ini selain sibuk dengan urusan masing-masing. Axel tidak banyak menuntut Fara tentang memasak dan Fara tidak ada insiatif akan hal ini. Selama berumah tangga sama sekali Axel tidak merasakan masakan Fara selain sandwich buatan Fara dan mie instan.

Jemput atau tidak, nanti sore?

Jemput. Saya rapat dulu. Saya mencintaimu.

Nanti akan dibalas jika waktunya tepat.

Baik. Saya akan menunggu.

Axel menyimpan kembali ponsel lalu bangkit keluar dari ruangan, pagi ini akan mengadakan rapat dengan beberapa CEO es krim, hanya berbeda nama saja.

"Saya curiga sama Bapak, pagi-pagi sarapan, senyam- senyum nggak jelas," ucap sekretaris Axel merasakan ada yang aneh dari bos.

"Kamu curiga terus padahal Saya tidak melakukan kesalahan padamu." Axel kembali ke mejanya sejenak, mengambil beberapa dokumen untuk keperluan rapat.

"Beda hari ini, jujur saya takut, Pak. Nanti malah Bapak membuat kejutan lagi. Seperti kasusnya Mbak Indri, pagi-pagi terlihat ramah pas siang malah pecat orang. Ngeri, Pak."

"Agama tidak mengajarkan berpikir negatif kepada orang lain."

"Tuh kan Bapak mulai bawa-bawa agama."

"Kamu ini curiga terus sama bos sendiri, lagian memecat Indri itu tepat. Saya tidak mau punya karyawan sudah pintar korupsi. Rugi saya," jawab Axel.

"Pak jangan serius ah, tadi saya bercanda. Sepertinya Bapak senang karena menang tender?"

"Iya. Selain tender saya juga menang mendapatkan hati seorang wanita," sahut Axel santai.

Santi terkejut seolah tak percaya dengan apa yang didengar. Berita mengejutkan di pagi hari— setelah rapat ini Santi akan segera menghubungi Larisa. Ada berita hangat, panas. Seperti kopi yang tumpah mengenai kulit kita perih dan panas secara bersamaan.

Mereka berjalan menunju ruang rapat. Sebentar lagi akan digelar, Axel tidak sabar segera selesai agar bertemu Fredella secepatnya. Pertama kali dalam hidup Axel tidak fokus bekerja hanya karena wanita.

-TBC-
Hai hai gimana part ini? Mau lanjut kisah mereka nggak?😂
Kalau yg bingung kok mereka sudah jadian aja, baca versi karyakarsa ya, di sana lengkap. Terima kasih 🥰

Instagram: Marronad.wp
Marronad

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang