Jilid 2

8.8K 1.2K 84
                                    

Hitam warna rambut setara dengan jas yang ia Pakai, sebulan lalu rambutnya masih berwarna kecokelatan, setelah mendapat komplain putra semata wayangnya buru-buru ia mengubah warna rambut menjadi hitam kembali, Arkana tega ketika mengatakan bahwa ayahnya seperti gembel ketika rambut berwarna cokelat, padahal Axel hanya mengubah gaya hidup agar sedikit bewarna.
Sabtu pagi seperti janji yang dikatakan pada Fara untuk mengunjungi papa, Axel kabulkan meski tanpa Fredella di sampingnya. Berjalan menuju rumah sakit yang pernah berhenti saat mengantar Fredella waktu itu.

"Ayah!" Arkana berlari menyambut Axel untuk memberikan pelukan hangat. Axel buru-buru menghindar, menggoda Arkana sebentar membuat Arkana cemberut.

"Ayah nggak kangen aku?"

"Nggak, buat apa?" sahut Axel santai.

"Bohong banget, selasa kemarin siapa yang kirim pesan bilang, Ar di mana kenapa pesan ayah tidak dibaca. Siapa hayo?" Arkana berhasil memeluk Axel. Dua Minggu tidak bertemu dikarenakan Arkana dan kesibukan yang tidak bisa diganggu.

"Kamu ikut Ayah atau jaga opa?" Axel mengalihkan pembicaraan.

"Ikut Ayah."

"Lepas dulu, Ayah mau ketemu opa."

Arkana menuruti dan ikut masuk ke dalam rawat inap. Axel mulai menyapa papa, keadaan sudah membaik, wajah sudah segar kembali. Penyakit jantung papa kambuh membuat papa tidak sadarkan diri.

"Sudah membaik?" tanya Axel mendekati papa yang menyambut seulas senyuman.

"Papa harus jaga kesehatan, hanya memikirkan hal lain." Papa hanya mengangguk sebagai jawaban.

Menurut penjelasan Asih, lusa sudah bisa pulang. Axel sudah menyuruh salah satu karyawan kantornya untuk menjemput mereka.

"Pa, saya tidak bisa lama-lama. Ada rapat pagi, izin bawa Arkana." Axel sengaja datang pagi hari agar tidak berpapasan dengan Fara, Sabtu menjemput Arkana tentu karena Axel yang meminta. Setelah rapat ia langsung pulang kembali.

"Iya," jawab papa dengan suara lemas.

"Papa cepat sembuh, kalau ada apa-apa segera telepon Fara untuk pulang."

Papa dan Asih mengangguk serempak. Berganti dengan Arkana menyalami lalu meminta izin.
Keduanya keluar dari ruangan papa.
Merangkul Arkana menjadi kebiasaan Axel setiap mereka bertemu, tidak terasa Arkana semakin dewasa. Waktu berjalan terlalu cepat.

"Yah, hubungan Ayah sama Kak Fredella bagaimana?"

"Baik-baik saja," jawab Axel

"Ayah tidak mau menikah lagi?"

"Ada apa denganmu, Ar? Tumben membahas berkaitan dengan Ayah." Axel terheran, selama ini bisa dihitung berapa kali Arkana peduli dengan kehidupan asmara Axel.

"Hanya bertanya biar ada yang mengurusi ayah secepatnya. Ayah sekarang tak terurus, brewok mulai lebat, bulu di tangan, kaki lebat, tubuh juga kurusan. Banyak kerjaan, Yah?"

"Segera. Doakan saja, Ayah malas menjaga diri sendiri."

"Iyalah, semenjak kenal Kak Fredella jadi malas. Jujur saja Ayah sebenarnya mau diurusi Kak Fredella, 'kan?" celetuk Arkana. Tangan Arkana tidak lepas dari pinggang ayahnya, dua Minggu tidak bertemu membuat ia rindu.

"Kalau iya masalah buat kamu?"

"Nggak lah, malah senang, yang penting Ayah bahagia. Arkana selalu support Ayah!" tegas Arkana.

"Thanks anak Ayah."

Arkana tidak menangapi, matanya tertuju pada sosok perempuan yang tengah berbincang bersama pria duduk di kursi roda. "Yah, itu Kak Fredella, 'kan?" tangan Arkana menunjukan pada perempuan yang ia maksud.

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang