Modus Baru

7.7K 1.1K 48
                                    

CELOTEHAN Arkana menambah suasana hangat dalam pertemuan mereka, suara dentingan dari sendok menambah keramaian meski suasana restoran sendiri sudah ramai, pengunjung bercengkrama, dan suara musik sebagai
hiburan. Axel bersyukur Arkana terus menambahkan porsi makan yang tidak sedikit, entah karena Fredella ada di sini atau hal lainnya tetapi Axel senang. Keduanya begitu hangat saling berbicara, Axel hanya jadi pendengar karena tidak tahu dari mana ia harus memulai pembicaraan dengan Fredella.

Panggilan "ayah" yang sempat membuatnya terkejut kini sudah kembali seperti semula. Seorang Axel tidak boleh terlalu terbawa perasaan.

"Yah, kok nggak dimakan, pedas ya?"

Axel mendadak terdiam. Fredella sengaja atau memang tidak terus-menerus memanggil Axel dengan sebutan Ayah.

"Biar nanti diganti kalau pedas," ucapnya lagi.

"Pedasnya cukup," jawab Axel.

Perut yang terasa lapar mendadak kenyang melihat keakraban Arkana dan Fredella, belum lagi gaya Fredella yang bicara dengan Arkana seperti seumuran.

"Tunggu sebentar, saya ambil keripik dulu," pamit Fredella.

"Dua kali Kak Fredella memanggil 'ayah', Kak Fredella sadar tidak sih?" Arkana menghentikan makannya sejenak, menoleh ke arah ayah.

"Tidak sepertinya," jawab Axel singkat.

"Ayah tidak baper?

"Apa itu baper?" Kata-kata yang baru Axel dengar.

"Bawa perasaan."

"Tidaklah. Ayah sudah tua mana bisa bawa perasan."

"Yakin?" Arkana mencondongkan badan lalu tersenyum jail di depan ayahnya.

"Tidak Ar, Ayah bukan remaja lagi. Sudah cepat habiskan makananmu," suruh Axel.

Arkana menuruti. Namun diam-diam ia tersenyum geli saat panggilan ayah dari Fredella, tidak membuat ayahnya berubah sikap tetap saja pendiam penuh ketegasan. Sayang sekali sore ini Arkana harus berpisah, Senin sudah kembali ke sekolah. Liburan singkat bersama ayah setidaknya membuat Arkana merasa liburan kali ini berarti. Ayah selalu menuruti permintaan Arkana, membeli game online, jalan ke mal, ke tempat nenek dan yang terakhir mengantar Arkana berenang.

"Ayah ... terima kasih untuk beberapa Minggu ini. Arkana pasti menganggu waktu Ayah, ya?"

"Tidak. Memang sudah kewajiban Ayah. Lanjutkan makanmu. Terus kita pulang, opa pasti menunggumu."

"Oke," sahut Arkana.

Fredella kembali dengan dua toples besar keripik kentang yang membuat Arkana ketagihan. Mata Arkana berbinar, Fredella memamerkan dua toples keripik kentang setidaknya keripik ini akan menemani belajar Arkana di rumah bunda.

"Terima kasih, Kak. Arkana merepotkan sekali." Arkana menerima dua toples keripik kentang.

"Tidak. Ini khusus Arkana, dari Kakak dan Chef Bian."

"Bukan Kak Fredella sendiri yang buat?"

"Kali ini dibantu biar cepat selesai," jawab Fredella. "

"Mudah-mudahan rasanya tidak berubah."

"Tidak dong." Fredella meyakinkan

Axel mengucapkan terima kasih pada Fredella, mengatakan membayar dua toples ini sebagai ganti rugi, tetapi Fredella menolak keras.

"Ayolah Fredella terima." Axel mengeluarkan dua lembar uang seratus ribu.

"Tidak perlu. Anggap saja ini oleh-oleh dari saya." Mendorong tangan Axel agar menjauhinya.

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang