TERLIHAT semringah setelah melihat komentar-komentar positif dari pengunjung restoran. Fredella membebaskan pengunjung untuk memberi komentar positif dan negatif, demi restoran semakin baik. Ia akan menyediakan kertas dan pulpen di meja lalu pengunjung akan menulis setelah selesai menyantap makanan. Ada yang mengomentari tentang masakan atau pujian lainnya. Seperti perjanjian mereka sejak awal, setelah puas berolahraga keduanya kembali ke apartemen dalam keadaan rapi. Hari ini Fredella awalnya menemani Arkana berolahraga di sekitaran apartemen, lalu papanya datang menghampiri keduanya.
"Es krim rasa avocado terlalu manis menurut saya. Kurangi gula ya, saya penderita diabetes," gumam Axel membaca foto terakhir melalui iPad milik Fredella.
Axel tidak bisa mengabulkan permintaan pelanggan untuk mengurangi rasa es krim. Akan membuat rasa berubah. Bagi penderita diabetes Axel sarankan agar tidak menikmati es krim avocado terlalu banyak.
"Kamu kreatif, Fredella," puji Axel memberikan kembali iPad milik Fredella.
"Hidup itu harus adil, Mas. Ada kalanya kita tidak terus mendengarkan pujian," jawab Fredella.
Axel setuju ucapan Fredella. "Perusahaan kami ikut mempromosikan Fredella, salah satunya menyebut restoranmu," jelas Axel.
"Oh iya?" Fredella berbinar, restoran ramai bukan hanya usaha mereka, tetapi Axel juga.
Axel mengangguk. "Saya senang bekerja sama denganmu, semoga bisa berjalan baik."
"Iya, Mas." Fredella sedikit kaku, tiba-tiba saja Axel mendekatinya, meraih dagu Fredella. Perempuan itu mengerjapkan mata sangat terkejut ingin menghindar tetapi Axel seperti memiliki magnet, membuat Fredella tak bisa berkutik.
Axel hampir mencuri ciuman pertama Fredella tetapi gagal, suara teriakan dari ujung pintu memisahkan mereka. Tapi ini bukan sebuah ciuman karena Axel melihat ada sisa tisu di bibir Fredella. "Sorry nggak sopan." Ucapnya tidak enak.
Fredella berdehem. Lihatlah betapa kotornya isi otak Fredella bisa-bisanya mengira bahwa pria di depannya akan menciumnya, dugaan Fredella salah. Ia malu.
"Ayah, Kakak! Aku pulang!"
Keduanya terkejut, segera melepaskan diri. Fredella langsung membuang muka dan Axel berdehem menetralkan gugupnya. Bagaimana bisa ada sisa tisu di dekat bibir Fredella yang membuatnya salah fokus.
"Pantas perasaanku nggak enak. Di apartemen ini sedang berduaan. Bahaya sekali." Arkana tiba-tiba duduk di tengah.
Arkana mengernyitkan dahinya, melihat kedua orang dewasa gelisah. "Kalian kenapa?"
"Ha?" Fredella gagal fokus. Malu tetapi tidak langsung pergi dari sini.
"Kalian kenapa?" Arkana mengulang pertanyaan.
"Nggak apa-apa," jawab Axel singkat. Axel dapat melihat sepertinya Arkana belum melihat adegan tadi.
"Pencet bel kalau masuk."
"Buat apa, Yah, biasanya juga asal masuk kok. Kalian berdua di sini ngapain?" Arkana sengaja membuat kedua orang dewasa itu semakin gelisah.
Axel berdehem untuk menetralkn gugupnya. "Gini Ar. Kakak sama Ayah bekerja sama dalam pekerjaan jadi tadi sedang melaporkan hasil kerja beberapa hari ini."
"Oh, begitu." Arkana mengangguk-angguk.
Arkana sebenarnya tahu apa yang terjadi tadi, tetapi untuk kali ini Arkana memilih bungkam, Arkana tidak sengaja melihat hampir saja ayahnya mencium perempuan di sampingnya. Tunggu waktu yang tepat, Arkana akan membongkarnya.
Orang dewasa terkadang tak tahu tempat untuk mesra-mesran. Arkana sedikit kesal.
-TBC-
Tinggalkan vote dan komentar.Instagram: Marronad.wp
Marronad
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love With You
RomanceAxel adalah seorang duda, tetangga sebelah apartemen Fredella. Don't copy paste. Hak miliki dilindungi oleh yang maha melihat.