Berlin

6.4K 1.1K 78
                                    

Berlin sebuah kota metropolitan di jantung benua Eropa yang merupakan ibu kota Republik Federal Jerman. Berlin terletak di timur laut Jerman dan meruPakan pusat dari kawasan Metropolitan Berlin-Bradenburg, kota yang ramai sekali membuat ketiganya betah dan tidak ingin beranjak dari Jerman. Namun sayang, hari ini hari terakhir mereka harus pulang karena jatah cuti Arkana tidak bisa lama, walau bagaimana pun Axel masih peduli dengan pendidikan Arkana. Axel berjanji akan kembali ke sini ketika liburan datang.

"Setelah menikah honeymoon ke sini lagi sepertinya cocok," ucap Axel tiba-tiba. Yang menggembirakan Fredella akan ikut pulang bersama mereka.

Fredella menoleh. "Mentang-mentang sudah dapat restu dari mama dan maaf dari saya, bicara ganti topik jadi honeymoon," jawab Fredella.

Mereka sedang berdua, terbebas dari Arkana yang tidak mau keluar karena dingin menusuk tulang. Arkana mulai akrab dengan mama Fredella jadi Axel tidak masalah ketika putranya tidak ingin ikut jalan-jalan dihari terakhir. Axel sudah menuruti semua keinginan Arkana dan akibatnya mereka kelebihan bagasi, Axel harus membayar saat akan pulang, di bandara.

Mereka sekarang ada di Grunewald, padahal dingin tetapi keduanya tidak takut akan itu. Grunewald adalah sebuah taman kota yang sangat hijau dan asri di Berlin.

"Mas, fotoin aku dong," ucap Fredella.

Axel mengangguk, mengambil ponsel milik Fredella. Fredella di sana sudah bersiap dengan gayanya tetapi Axel tidak langsung mengambil foto melainkan berjalan ke arah Fredella.

"Jangan dibuka. Dingin." Menaruh kembali ponsel Fredella ke dalam saku, membenarkan jaket tebal milik Fredella yang sempat terbuka.

"Buat gaya doang, please."

Axel menggeleng. Tidak mau nanti Fredella sakit dan semua orang akan menyangka Axel tidak bisa menjaga calon istrinya.

"Nanti kamu sakit, jangan nekat. Ini dingin sekali Fredella."

"Iya deh. Buka sedikit boleh?"

"Tidak! Kamu bisa masuk angin, saat ini saya masih belum bisa membantu kamu untuk mengerok, menghilangkan angin dari badanmu," ucap Axel.

Fredella mengangga. Padahal ia sendiri tidak mau badannya dikerok hanya untuk menghilangkan angin, sejak kecil belum pernah dan selalu Fredella hindari.

"Ada-ada saja, Mas, dari kecil nggak pernah dikerok," jawab Fredella.

"Ya sudah tutup!" perintah Axel.

Fredella menghindari perdebatan menyebalkan dengan Axel, menutup kembali jaketnya. Lalu berdiri biasa saja, Axel berhasil foto Fredella. Fredella meminta kembali ponselnya.

"Yuk." Axel merangkul kembali Fredella. Mereka harus pulang Axel tidak mau terlalu lama di rumah.
Di sepanjang perjalanan mereka, Fredella melihat foto yang baru saja diambil dari Axel, Fredella kaget. Ada lima foto dan hasilnya blur.

"Mas, kok blur sih?" Fredella memperlihatkan hasil foto.

"Nggak kok."

"Blur, Mas, nggak bisa foto ya?" tanya Fredella.

"Iya," jawab Axel santai. Selama ini ponselnya hanya digunakan untuk telepon, mengirim pesan dan email.

"Ish, menyebalkan." Fredella mendengus. Menghapus semua foto tadi, padahal suasana sangat bagus sekali tetapi hasilnya mengecewakan.

"Sudah jangan marah, nanti minta foto sama Arkana," ucap Axel lagi.

"Susah memang kalau calon suami sudah tua, seenaknya." Fredella menggerutu. Menyimpan ponselnya kembali melanjutkan perjalanan mereka pulang ke rumah.

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang