Situasi Panas

7.1K 1.2K 75
                                    

"Mas!" tegur Fredella.

"Jujur itu perlu, Sayang," jawab Axel santai. Meski terkejut tapi ia masih bisa menghadapi Anggara.

"Sayang-sayang palamu!" Seperti mimpi di siang bolong bagi Anggara, Axel dan Fredella memiliki hubungan padahal perempuan dan pria di dunia ini banyak. Kenapa mereka harus disatukan, Anggara bukan tidak setuju hanya saja belum bisa terima terlalu mengejutkan.

"Sudah berapa lama kalian dekat?" Anggara kembali mengintegrasi.

"Satu tahun," sahut Axel

"Satu tahun dan kamu diam saja Fredella?" Anggara terkejut dengan jawaban Axel.

"Ish, nggak Mas. Jangan dengarkan Mas Axel," jawab Fredella. Fredella tidak habis pikir, Axel bersikap santai— kepala Axel menyender sofa ditambah kaki menyilang dan kedua tangan melipat di depan dada. Tidak ada takut-takutnya.

"Stop Anggara! Fredella bukan anak kecil lagi." Axel tidak terima saat Fredella terlihat terintimidasi oleh kakak laki- lakinya, "Saya bukan pria brengsek yang meninggalkan perempuan begitu saja. Saya sayang sama Fredella kalau kamu tidak merestui terserah, kita bakalan kawin lari," tegas Axel

"Sinting!" Anggara mendengkus.

"Daripada kamu repot-repot mengenalkan perempuan untuk saya lebih baik restui saja saya dan Fredella. Status duda tidak jadi masalah, bujang belum tentu bisa melindungi Fredella. Tanya Fredella selama kita dekat Saya sudah melakukan apa saja dengannya."

Anggara diam. Menyimak ucapan Axel. Biarkan laki-laki itu berbicara.

"Mas, kenapa nggak bilang kalau mau ke sini?" Fredella mencoba mengalihkan obrolan.

"Kalau Mas bilang kalian tidak akan berdua di apartemen, 'kan?"

"Nggak Mas, jangan negatif terus. Mas Axel tidak seburuk dipikiran Mas. Kalian juga kenapa tidak bicara kalau saling mengenal." Setelah sekian lama akhirnya Fredella memberanikan berbicara.

"Kamu tidak bilang," sahut Anggara

"Aku sudah cerita sama mama." Fredella membela diri.

"Kenapa sama Mas tidak?"

"Aku cari waktu yang tepat, Mas suka seleksi pria yang dekat sama aku. Aku takut Mas Axel tidak nyaman," jujur Fredella.

"Dia duda, tidak pantas."

"Tolong kendalikan ucapanmu, Anggara! Walau duda Saya punya segalanya, tampan apalagi sudah kaya sejak lahir," sahut Axel tidak terima.

"Tetapi kamu punya kekurangan, suka mesum. Saya jadi ngeri," balas Anggara.

"Sesama mesum jangan munafik."

"Saya tidak semesum kamu."

Fredella jadi pusing kenapa keduanya malah beradu mulut sendiri. Suasana yang tegang berubah menjadi hangat, ia kira Anggara akan melemparkan satu pukulan pada Axel karena berani menyentuh adiknya.

"Fredella ikut Mas ke Surabaya untuk sementara waktu."

"Apa? Kekasih Saya jangan diajak kabur." Tangan Axel ingin meraih tangan Fredella tetapi Anggara terus menepis. Axel tidak mau berjauhan dengan Fredella apa pun alasannya.

"Saya kakaknya Fredella, berhak atas semuanya Bapak Axel."

"Baik, berarti bisnis kita dibatalkan." Ancam Axel

"Sialan. Adik saya bukan barang bisnis, duda!" tegas Anggara tidak terima. Bisnis dan Fredella ada dua hal paling penting dalam hidup Anggara, jika Axel membatalkan bisnis mereka itu artinya rencana gagal total dan ia akan kehilangan jutaan rupiah.

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang