Panik 2

10.4K 1.3K 40
                                    

SEPERTI yang sudah dijanjikan, Rabu pagi itu Fredella dan Axel menemani Arkana untuk pengambilan rapor. Suasana sekolah telah ramai oleh orang tua siswa. Fredella bisa saja tidak ikut dan Axel menyuruh tidak perlu ikut kalau Fredella sibuk, tetapi Fredella sudah berjanji pada Arkana— ia tidak mau mengkhianati.

"Sudah selesai ya?" Tanya Axel pada Fredella.

"Sudah."

"Tadi guru bilang apa saja?"

Benar dugaan Fredella bahwa Axel tidak mendengar penjelasan guru, sibuk dengan ponsel. Fredella mulai menjelaskan bahwa setelah pengambilan rapor sudah mulai libur semester satu.

"Soal prestasi anak dan peran orang tua dalam perkembangan anak, mereka berharap sebagai orang tua lebih perhatian ke anak sendiri karena itu mempengaruhi tumbuh kembangnya. Dan soal libur semester." Jelas Fredella

"Bosan sekali rapat di sekolah." Axel mengeluh.

Kurang lebih 45 menit berada di ruang kelas, membahas tentang perkembangan anak dan mengumumkan prestasi. Axel hanya mendengar bagian itu selanjutnya ia memilih sibuk dengan ponsel.

"Anak sendiri lho..." Fredella terlalu terkejut dengan sikap Axel.

"Arka sudah bilang sama Ayah nggak usah ikut," ujar Arkana setelah lama diam. Baru segitu saja sudah bilang bosan bagaimana Mbak Asih yang selalu menjadi perwakilan untuk mengambil rapor.

Axel memilih diam, ia sadar secara tidak langsung menyakiti hati Arkana. Tapi tak bisa dipungkiri ini membosankan.

"Kak, masakan kemarin malam enak meski lauknya sederhana." Lebih baik ia berbicara dengan Fredella agar kesal dengan ayah bisa hilang.

"Serius?" Fredella senang mendengar komentar Arkana tentang masakan.

Arkana mengangguk. "Selama ini Arkana cuman makan hasil karya Mbak Asih, pengasuh Arka sejak kecil."

Ada persamaan antara Arkana dan dirinya. Lelaki kecil ini membuat Fredella iba untuk ke sekian kalinya. Langkah mereka mulai meninggalkan kawasan sekolah.

"Jadi broken home itu nggak enak ya, Kak."

"Sabar. Yang penting kamu bisa berprestasi meski keadaan orang tua kamu berpisah. Orang tua bercerai tidak boleh dijadikan alasan kamu menyerah." Ucap Fredella

"Iya Kak, nggak kok. Arkana menikmati hidup ini dengan baik. Nenek, kakek masih sayang sama Arkana. Semoga Kakak juga demikian." Kata Arkana dengan santai.

Fredella tersenyum hangat. Sementara samar-samar Axel mendengar semua ucapan Arkana. Ada perasaan tidak enak ketika Arkana mengatakan hal tadi, Axel dan Fara dua manusia bodoh yang tega mengorbankan anak mereka.

Sesampainya di apartemen mereka berpisah, hari ini Fredella tidak ke restoran sebab sedikit tidak enak badan sejak bangun tidur. Pusing, mata mulai berkunang-kunang dan kemudian tubuh Fredella melayang.

Untung saja Arkana begitu sigap menahan tubuh Fredella, mereka berada di dalam lift. Keduanya ikut panik dan Axel mengambil alih, menggendong Fredella lalu turun kembali saat sudah sampai lantai enam. Membawa Fredella ke rumah sakit terdekat. Axel menyuruh Arkana kembali ke apartemen, ia akan memberi kabar jika butuh bantuan Arkana.

"Brengsek!" maki Axel. Ia membuka pintu apartemen dengan satu kaki, satpam sedang tidak ada di sini. Terkejut dengan suara robekan kain, ternyata rok yang dipakai Fredella robek.

Setengah dari bagian tubuh Fredella terlihat karena robekan cukup panjang, dengan hati-hati tangan Axel mencoba menutupinya, Axel tidak bisa melepas jas, saat ini tidak memungkinkan. Axel kembali berlari sembari menggendong Fredella, melewati orang-orang yang sedang berjalan. Mengabaikan beberapa tawaran tumpangan dari orang yang melihat mereka, tidak lama kemudian ia menemukan rumah sakit. Apartemen mereka sangat strategis, rumah sakit, apotek tidak jauh.

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang