'Before U Go' Part 6

1.5K 147 12
                                    

Anyyeong :) Akhirnya Hime bisa balik upload lagi kelanjutan ceritanya....
Terimakasih nne buat semua yang udah memberi dukungan lewat Vote, Coment dll
Hime sangat menghargai perhatian kalian.
.
.
Jangan bosan dan malas buat memberi Coment nne. Karena Hime merasa bahagia banget tiap dapat Coment dr Reader-nim semua.
Yukkk mari bantu Hime untuk lebih bersemangat lagi melalui dukungan kalian.....
.
.
.
Happy reading :)
.
.
.
.

Terlihat Yunho sedang berjalan mondar mandir cemas di luar kamar Ahra. Sekarang ini istrinya tengah melakukan konseling terapi dengan seorang psikiatri. Ia cemas pada kondisi kejiwaan istrinya itu. Dan sudah 2 jam ia berharap-harap cemas diluar seperti ini.

Ceklek.......suara pintu kamar terbuka dari dalam. Seorang psikiati wanita keluar dari kamar Ahra
"Bagaimana? Apa sekarang kami bisa mengadopsi anak?" Tanya Yunho pada psikiatfi.
"Nne. Kondisi mental dan kejiwaan dari Nyonya Ahra sudah berkembang dengan baik. Saya rasa Nyonya Ahra sudah bisa memenuhi syarat untuk megadopsi seorang anak." Jelas psikiatri.
"Syukurlah kalau begitu. Saya sangat berterimakasih." Ucap Yunho bersyukur dengan kondisi istrinya.
Yunho pun terlihat tersenyum memikirkan sebuah rencana yang sudah ia susun. Demi kehidupan yang ideal dan sempurna, ia akan melakukan apapun itu.
.
.
.
"Jae? Gwenchana?" Tanya seorang wanita pada Jaejoong yang sedang duduk istirahat di depan rumah sambil mengusap kakinya pelan.
"Eoh, Ji Hyo noona? Ania, gwenchana. Aku hanya sedang beristirahat." Jawab Jaejoong ramah menyunggingkan senyumnya pada wanita yang dia panggil noona itu.
"Arraseo. Oh ya aku kemari karena Tuan Park memintamu bertemu dengannya besok. Ia bilang ia ada pekerjaan untukmu." Ucap Ji Hyo duduk di samping Jaejoong.
"Baiklah. Aku akan menemuinya besok." Jawab Jaejoong sembari memandang hamparan langit diatasnya yang berhias bintang-bintang.
"Apa Changminie sudah tidur?" Tanya Ji Hyo menengok ke dalam rumah singkat.
"Nne. Aku rasa ia lelah karena harus berada di penitipan seharian. Aku sungguh tidak tega tapi aku tetap harus bekerja." Curhat Jaejoong, rautnya berubah sedih dan penuh rasa bersalah.
"Mian, Jae. Aku tidak bisa membantumu banyak. Aku juga sedang kesulitan saat ini." Ucap Ji Hyo dengan nada bersalah. Ia merasa tidak dapat membantu apapun.
"Ania noona. Kau sudah membantuku mencari pekerjaan. Aku sangat menghargai nya." Balas Jaejoong yang bersyukur masih ada orang sebaik Ji Hyo.
Dan Ji Hyo hanya bisa tersenyum tulus mendengar ucapan Jaejoong. Malam itu mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing sambil memandang dalam gelapnya langit yang dihiasi taburan bintang-bintang.
.
.
.
.
Esok Harinya Jaejoong bersiap untuk bertemu dengan Tuan Park. Akhirnya ia bisa menambah pundi pundi uang untuk Changmine. Ia akan bekerja dengan baik agar ia bisa dapat mempertahankan pekerjaannya. Yah, Jaejoong tahu jika ia hanya kuki serabutan yang bisa dipanggil untuk jenis pekerjaan apapun, dari menjadi kuli angkat, tukang cuci piring, pelayan hingga sebagai SPG maskot dalam event" tertentu. Ia tidak pilih pilih pekerjaan. Ia akan melakukan pekerjaan apapun selama itu bisa mwnghasilkan uang untuknya.

Seperti biasa, ia akan menitipkan Changmin di tempat pengasuhan dan menjemputnya saat pulang bekerja. Terkadang ia juga harus meminta bantuan Ji Hyo untuk menjaga Changmin saat ia pulang larut. Ji Hyo noona sudah banyak membantu Jaejoong. Ji Hyo menyadari jika Jaejoong mengingatkannya pada ibunya dulu yang banting tulang bekerja untuk menghidupinya. Jadi Ji Hyo merasa tergugah untuk membantu Jaejoong. Terlebih lagi Changmin adalah anak yang sangat pintar dan tenang. Bayi itu seolah tahu jika orang disekitarnya sedang repot jadi ia akan cenderung tenang dan tidak rewel.
.
.
.
"Anyyeonghaseo Tn. Park. Kim Jaejoong imnida. Saya kemari karena kudengar anda meminta saya datang." Jaejoong mengenalkan sirinya dengan sopan.
"Ahhh...nnee....kau anak muda yang diceritakan oleh Ji Hyo nne. Kalau begitu bisakah kau membantuku mengantarkan paket-paket ini ke alamat yang tertulis disini. Kalua kau sudah selesai kau bisa kemari lagi menaruh mobil dan pulang." Ucap Tn Park menjelaskan pekerjaan Jaejoong.
"Ndee. Algesumnida." Jawab Jaejoong patuh. Dengan segera ia bersiap untuk melakukan pekerjaannya.
Satu demi satu paket ia antarkan ke alamat yang dituju. Ia bahkan melewatkan jam makan siang demi menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu dan menjemput Changmin.
'Changmin-ah...tunggu eomma nne. Eomma akan segera menjemputmu.' monolog Jaejoong berusaha meningkatkan moodnya dengan mengingat Changmin-anaknya.
.
.
.
.
.
"Geure. Apakah kita di alamat yang benar?" Tanya Yunho pada supirnya. Pikirannya melayang memandang pemandangan di depannya. Ia bisa melihat anak-anak kecil berlarian di dalam taman bermain dan beberapa pengasuh tampak menggendong bayi-bayi imut di luar. Matanya memandang mengamati satu persatu mencari seseorang yang ia butuhkan.
"Changmin-ah, appa akan segera menjemputmu." Desir Yunho tajam memandang Changmin dalam gendongan seorang pengasuh.

Ia jauh-jauh datang dari Seoul ke Chungnam hanya demi Changmin. Dengan cara apapun ia akan pastikan mendapatkan Changmin kembali. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri.
.
.
.
Hah, hari ini sungguh melelahkan. Batin Jaejoong sambil berjalan menyusuri jalan menuju rumahnya. Yahh hari ini ia pulang larut lagi. Padahal ia tadi sudah bertekat pulang tepat waktu. Semua ini karena ia sempat tersesat saat mengantarkan paket terakhir. Dan mau tidak mau ia harus merepotkan Ji Hyo noona lagi untuk menjemput dan menjaga Changmin sampai ia pulang.
Kreekk suara gerbang terbuka.
"Eoh Jae? Kau sudah pulang?" Tanya Ji Hyo keluar dari dalam rumah menyambut Jaejoong.
"Nne noona. Mianhae, aku harus merepotkanmu lagi." Ucap Jaejoong menunjukkan rasa bersalahnya.
"Annia, gwenchana. Oh ya keberulan kau sudah pulang dan aku harus pergi lagi karena ada sesuatu yang harus ku urus."
"Nne. Arraseo. Maaf aku menghambatmu lagi noona."
"Annia. Sudah kubilang jangan bersikap seperti ini lagi eoh. Kalau begitu aku pergi dulu nne. Oh ya Chabgmin sudah tidur di dalam."
"Nne....gomawo noona."
"Jja..kanda..." Pamit Ji Hyo terburu-buru.

Cekrek suara gerbang kembali terdengar
"Wae noona? Apa ada sesuatu yang tertinggal?" Tanya Jaejoong membelakangi pintu gerbang. Dan betapa terkejutnya dia saat ia melihat sosok yang tengah berdiri memandangnya saat ini.
"Kau-......."

TBC
Don't Forget to Vote, Comment and Share this story if u enjoy it
See ya next Chap !!!!!!!

I'm Not The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang