Eki terbangun di ruangan yang asing, di kamar perempuan yang kini tidak ia dapati sosoknya. Seharusnya mereka sama-sama sedang berbaring di atas ranjang seperti pengalaman Eki sebelum-sebelumnya. Lantas ia memeriksa jam di ponsel dan beranjak dari kasur untuk berpakaian dan membasuh wajahnya di kamar mandi.
Setelah mencuci muka dan kembali duduk di tepi ranjang, tak lama pintu apartemen terbuka. Gia masuk dengan aura yang berbeda dari terakhir Eki melihatnya. Perempuan itu punya karakter wajah yang lucu, membuatnya tampak seperti orang yang mudah bahagia. Namun pagi ini ia kelihatan sebaliknya. Gia juga tampak seperti habis menangis.
Apa yang telah terjadi?
"Gi." Suara Eki terdengar serak dan ia berdeham. "Are you okay?"
Gia mengangguk. "Lo mau balik?"
"Oh," Eki langsung paham bahwa ia tidak bisa berlama-lama di sana. "Iya, gue... balik ya."
Gia mengangguk lagi. Tangan kanannya menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga saat wajahnya menunduk. Ia melihat ke arah sisa-sisa bahan project kuliahnya seolah menolak untuk menatap Eki.
"Gi," panggil Eki lagi. "Gia."
"Iya."
"Seriously, are you okay?"
"Iya, iya. Gue nggak kenapa-kenapa kok." Gia baru mengangkat wajahnya dan menatap Eki. "I'm fine."
"Is it me?"
"What?"
"Apa ada hal yang salah dari gue?"
Ditanya seperti itu Gia lantas terkekeh. "Ki, we barely know each other. It's not about you."
"Okay but I woke up and you were not there," Eki menunjuk tempat tadi ia terbangun.
"Emang harusnya gimana?" balas Gia dengan intonasi yang sama. "Lo maunya gimana? Lo mau bangun dengan gue ada di pelukan lo, gitu?"
"What?" Bukan! Bukan itu maksudnya! Eki hanya tidak tahu harus berbuat apa karena ia tidak mengira akan terbangun sendirian dan mendapati perempuan yang semalam tidur dengannya datang dalam keadaan habis menangis. "Maksud gue bukan—"
"What?" Gia menyelipkan helaian rambutnya lagi dan kelihatan lelah. "Udahlah Ki, I got so much to think about. Initinya ini bukan tentang lo. I had a great time last night, you were sweet, and— and gentle, and thank you. Now you can go."
Eki menghela napas, menatap Gia sembari menahan diri untuk tidak mengatakan apa-apa lagi sebab ia tidak ingin membuat keadaan semakin runyam. Gia juga banyak benarnya. Mereka baru kenal, dan mungkin saja perilaku Gia seperti ini karena alasan lain yang Eki tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Art Of Letting Go (SELESAI)
Romance⚠️🚫 Cerita ini mengandung unsur dewasa (21+). Please be wise! 🚫⚠️ Tidak seperti sahabat-sahabatnya yang lain, Eki lebih sederhana jika diajak berpikir soal cinta. Ia bukan orang yang suka dengan hal-hal runyam, apa lagi jika sampai mempersulit di...