2. Persoalan Instagram

26.5K 4K 678
                                    

"Bener Gia Messa kali?" Evan yang baru selesai makan menaruh mangkuk buburnya di atas meja sebelum ia mengambil air minum di cangkir hitam. Isi nya air mineral, tapi pakai cangkir.

Hari ini ketiga sahabatnya main ke rumah, bilangnya supaya Evan yang sedang sakit sejak kemarin langsung sembuh hari ini juga. Tapi sejak datang, yang tidur-tiduran di kasur malah Gilang dan Rafi. Evan duduk di pinggirnya sambil menghabiskan sarapan yang super terlambat.

"Nggak ada."

"Bohong kali dia?" sahut Rafi.

"Bohong kalau punya Instagram?" Eki cemberut. "Masa sih dia nggak main Instagram?"

"Namanya bukan Gia Messa kali. Gia messa underscore atau Gia Messa nomer berapa gitu."

"Atau nama IG-nya yang aneh-aneh gitu kali? Kan sekarang banyak yang namanya nggak jelas."

"Coba cari lagi!" suruh Gilang. Laki-laki itu pun membuka aplikasi Instagram di ponselnya sendiri, masih dengan posisi sama sebelum mengetik nama Gia di kolom pencarian. "Gia... Messa. Nih ada paling atas, tapi yang ini bukan orangnya?"

"Bukaaan, yang paling atas itu Messanya nggak double S," Eki masih cemberut. Hampir pupus harapannya.

"Ini double S anjing," sahut Gilang kalem. "Liat dulu, sih."

"Ya gue kan udah cari."

"Fix ini orangnya Ki," ujar Rafi yang ikut melihat ponsel Gilang. Kepalanya bersandar di pundak sahabatnya itu.

"Ga usah sok tauuu!" seru Evan. "Lo aje belum ketemu orangnya."

"Nggak, soalnya ini tipe Eki banget."

Evan mengerutkan dahi, tiba-tiba mengubah posisi dan nimbrung di sebelah Rafi tanpa ada upaya untuk menahan bobot tubuhnya. "Coba liat."

"Coba liat!" Eki ikut-ikutan naik ke atas kasur dengan sedikit kekhawatiran bahwa akun yang diberi tahu Gilang adalah akun milik orang lan. Laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke sisi kepala Gilang dan mengintip layar ponsel dengan sebelah mata tertutup. Dia takut sekali. Sebelah matanya yang terbuka membaca dulu nama akun Instagram di atas sebelum pandangannya tertuju pada foto selfie yang sedang Gilang buka.

Setelah lima detik mengamati, Eki menyadari sesuatu. "DAMN!"

"WOY!" Gilang balas teriak. "Goblok, teriak di kuping gue."

"Anjing."

"Bangsat Eki."

Eki tertawa kegirangan sembari mengambil alih ponsel Gilang. "Ini orangnya!"

"Sakit banget kuping gue!" Gilang beranjak dari tempatnya, menimpuki Eki dengan bantal yang tadi ia pakai bersandar sebelum lelaki itu memukul-mukul ringan telinga sebelah kirinya. "Nggak mau budek ya Allah," rengeknya.

Evan yang sudah bersandar di pinggir kasur hanya tertawa sembari menahan pusing. "Yaudah difollow dong."

"Sumpah pas kemarin-kemarin gue cari nggak ada tapi Instagramnya?"

"Yaudah sekarang kan udah ada. Cepet follow sebelum ada lagi."

"Udah-udah Fi," jawab Eki.

"Lo nge-follow dari Instagram gue?" Gilang mengerutkan dahinya.

"Eh, iya ampun ampun ampun, salah. Udah gue unfollow. Gue buka dari hp lo aja lah biar cepet."

Tawa Evan semakin geli. "Goblok dah lo pada."

"Udah gue follow!" seru Eki, semakin kegirangan. "Terus gimana nih kalau udah gue follow?"

"Ya tunggu," jawab Rafi. "Nanti juga difollowback kalau dia inget."

"Kalau dia inget." Evan mengubah posisinya supaya kepalanya bersandar dengan nyaman. "Kalau nggak?"

"Aaaaah!" Eki tiba-tiba merengek, kelabakan sendiri. Lelaki itu buru-buru menghampiri Evan dan memeluk tubuhnya yang bersuhu tinggi. Kelakuan Eki memang kadang seperti anak kecil, tidak heran kalau ia sering dianggap adik bungsu di antara sahabat-sahabatnya yang bersifat lebih dewasa. Apalagi kalau dengan Evan. Hubungannya seperti anak pertama dan anak terakhir.

"Sabar-sabar," ujar Evan. "Kalau udah jalannya pasti kejadian."

"Gue bikin instastory kali ya?"

Rafi tertawa geli. "Aduh bangsaaat, jadi kayak anak sekolahan lagi gue."

"Tapi Ki," panggil Evan. "Emang lo yakin Gia nggak punya pacar?"

Gilang, Eki, dan Rafiterdiam bersamaan, saling lempar pandangan karena mereka tau pertanyaan Evanadalah hal yang krusial. 

***

The Art Of Letting Go (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang