░II░

24 5 1
                                    

Kerumunan di area kantin masih memantau kegaduhan antara Jason dan Meterolinquez. "Udah bubar ngapain ngeliatin!? Emang konser apa!" Ucap pemuda tiang itu. "El! Beltrand! Udahlah. Tuh suruh bawa Jason dkk ke ruang BP" ucap Rafaell pada temanya yang merupakan titisan jerapah itu. "Dan untuk lu dek, kalo belom makan dari tadi terusin aja makanya, dikasih waktu nanti sama kak Andy". Mendengar itu ia langsung berbalik dan berterima kasih sama Meterolinquez.

Kringgg~~~

.

.

.

Falcon High School, 11:20 AM

Dua puluh menit waktu istirahat telah selesai. Semua murid kembali ke kelasnya masing-masing serta para murid tahun ajaran baru memasuki gedung aula.

Seorang perempuan yang nampaknya murid ajaran tahun baru dengan tas ransel satu bahu terlihat bingung, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sedari tadi gadis itu hanya berputar-putar disekitar situ. Ia masih bingung mencari ruangannya sementara tak ada petugas sekolah atau anggota OSIS di sekitarnya. Hei bung! Siapa yang tak bingung? Luas SMA Falcon sebelas duabelas dengan stadiu Gelora Bung Karno yang berbentuk 'U', berlantai lima dan juga mempunyai dua lapangan besar pada bagian belakang dan satu taman pada bagian depan. Menurut desas-desus yang perempuan itu dengar di kalangan murid-murid yang ada di SMA Falcon, terdapat lantai rahasia. Katanya lantai bawah tanah sih, tapi ya... Sekali lagi perempuan itu tak perduli.

'Pantes aja ini SMA favorit swasta,gedungnya aja bagus banget kaya yang ditv-tv gua berasa di markas negara aja' -batin perempuan itu

Perempuan dengan rambut hitam pendek sebahu berserta dengan bandara yang melilit kepalanya serta postur tubuh ideal dengan tinggi badan menjulang juga mata oxy birunya sedang menyusuri setiap sudut sekolah. Sesekali gadis itu berhenti dan menyengitkan alis.

'kok gua di sini lagi sih' pikirnya. Sembari mengacak-acak rambutnya frustasi.

Sepuluh menit kemudian ia memasuki salah satu gedung, ia berputar menyusuri setiap lorong dan ruangan yang sepi, tapi tak kunjung menemukan suatu ruangan yang besar dan ramai. Ya, ia menyerah. Persetan dengan OSIS yang marah ia tak perduli. Mau bertanya pada siapa pun keadaan di gedung ini cukup sepi. Ia hanya menemukan kelas-kelas yang sepi.

Padahal info dari temannya yang bersekolah di situ katanya ramai, ia menyesal datang terlambat dan tak mengikuti temanya. Padahal kalau ia mengikuti temannya ia bisa saja hanya nebeng, ia menepuk jidatnya.

Tak lama dari belakang seseorang menepuk pundak gadis itu. Perempuan itu terkejut dan reflek dengan mengepalkan tangannya. Pemuda tinggi tak jauh dengannya yang sempat menepuk pundak perempuan itu terkejut oleh aksi yang akan dilakukan gadis itu.

"Woah, santai dong. Saya bukan orang jahat kok, sans aja. Btw saya murid tahun ajaran baru di sini. Tapi lupa jalan menuju ke aula dan saya baru menyadari saya ada di gedung yang salah. Boleh minta tolong tunjukkan jalan ke gedung aula?" Tanya murid dengan kulit sawo matang yang bersurai hitam legam yang dibiarkan agak panjang. Tak lupa ia menunjukkan one dimple. Yang diminta tolong hanya memamerkan senyum lima jari saja.

"Gua juga murid baru dan sama kek lo yang gak tau jalan ke aula" Laki-laki itu hanya berohria sambil menganggukan kepalanya paham. Sekali lagi si perempuan menepuk dahinya menyadari sesuatu "berati dari tadi gua juga di gedung yang salah dong?" Tanya perempuan itu pada laki-lakinya. "Kan saya sudah bilang tadi nona...".

HIDDEN SECRET SCHOOL | [Revisi.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang