"Masukan dia" perintah mutlak seorang perempuan dengan surai hitam bergelombang.
.
.
.
South Jakarta, 07:45 PM
Pagi ini adalah hari tersial yang dialami oleh pemuda tampan bersurai merah gelap itu. Maximus merasa pagi ini kurang beruntung. Mulai dari telat bangun, bundanya sibuk, ayahnya mendadak ada rapat, motornya rusak, dan sekarang naik kendaraan umum dengan berdesak-desakan. Parahnya ia telat sekolah dan bisa saja ia berurusan dengan kepala sekolah.
Lihatlah betapa berantakan penampilan Maximus. Rambut merahnya acak-acakan, kemeja yang dikenakannya kusut dan dasi longgar tak enak dipandang. Penumpang busway pun melihat penampilannya itu, ada yang mengeleng karena siswa yang tak tau aturan, ada pula wanita yang sesekali melirik ke arah Max karena rambut merah acak-acakan itu membuat ia semakin tampan.
Memang sekolahnya menyediakan asrama tetapi ia pulang sebentar mengambil laptop untuk tugas makalahnya.
Bukan itu saja, ini pertama kalinya ia naik transportasi Transjakarta sendiri, ia benci hari ini sungguh. Bukan apa-apa dan jangan tertawakan Max, ia parno sumpah.
Bus memang ramai oleh orang-orang yang memang ini adalah jam masuk kerja. Untung saja Maximus mendapat tempat duduk dekat pintu masuk bus. Maximus membuang nafas panjang, ia lelah berlari sekitar 600 meter dari rumahnya untuk ke halte dan ibunya hanya menulis di selembar kertas ia harus turun di halte Universitas Indonesia.
Perlu kalian tahu sekolah SMA Falcon berada di sekitar Universitas terbesar di Indonesia itu.
Bus berhenti dan memberhentikan arahan bahwa halte selanjutnya dengan himbauan agar tak meninggalkan barang bawaan. Pintu bus itu terbuka, orang-orang sudah berdesak-desakan untuk turun.
Terlihat seorang wanita muda yang sedang berbadan dua masuk dengan beberapa sedikit belanjaan yang membuatnya agak kewalahan.
Sayangnya budaya warga Indonesia yang masih melekat pada warga kota ini. Terutama pada busway. Ya, tidak ada yang berniat untuk bangkit dari tempat duduk mereka. Padahal jelas ada orang yang termasuk di bangku prioritas.
Max yang melihatnya cukup prihatin ketika tak ada yang mau memberikan bangku, bahkan corridor busway pun tidak merespon. Walaupun ia anggap ini hari sial, tapi ia tetap perduli pada sekitarnya.
Maximus bangkit dari tempat duduknya dan menawarkan bangku yang ia duduki kepada wanita hamil itu "maaf Bu, silahkan duduk" ucap Max sopan sambil tersenyum yang membuatnya tampan dengan penampilan yang acak-acakan, ia tak lupa mempersilahkan duduk.
Ibu cantik itu tersenyum dan duduk "Terima kasih ya nak, tapi tak apa ibu masih kuat berdiri" ucap ibu hamil itu sungkan, Max tersenyum lagi "nggak boleh begitu Bu, mungkin ibu masih kuat tapi gak baik buat dede bayinya, lagi pula juga saya dudukin bangku prioritas, ini hak ibu" terang Max sambil menunjuk peraturan yang tertempel pada kaca bus.
Ibu itu kagum pada max, pasalnya pemuda ini berfikir secara dewasa dan berjiwa sosial yang tinggi.
"Semoga Tuhan selalu memberkatimu, sudah tampan baik lagi. Dan ini untukmu sepertinya cocok untukmu, terimalah sebagai suatu hadiah, tak baik menerima sebuah penolakan" ucap ibu tersebut sambil menyerahkan sebuah gelang dari benang yang dirajut oleh benang hitam lalu ditengah diberi hiasan bulan purnama berwarna biru metalik.
Max tadinya ingin menolak karena sungkan tetapi apa boleh buat ibu tersebut tidak menerima penolakan. Tapi sudahlah terima saja, mungkin aja ini permintaan dari jabang bayinya dan ia takut jika ia menolak, bayi itu akan lahir ileran, sungguh polos :)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN SECRET SCHOOL | [Revisi.]
Science Fiction𝟤 • ᴀᴡᴀʟ ᴅᴀʀɪ ꜱᴇʙᴜᴀʜ ʀᴀʜᴀꜱɪᴀ 𝟤 ° XCI-41 𝟤 • ʙᴀɢɪᴀɴ ᴅᴀʀɪ ᴀᴡᴀʟ 𝟤 ° ᴀᴋʜɪʀ ᴅᴀʀɪ ꜱᴇʙᴜᴀʜ ᴀᴡᴀʟ 12 anak SMA yang sengaja dipertemukan dalam suatu misi dari sekolah mereka dan bergabung dalam misi kerja sama antara cabang CIA dan perusahaan senjata & tam...